Salin Artikel

Kisah Perjuangan Ranti Melahirkan Anak Pertama, dari Jalan Rusak sampai Kondisi Fisik Lemah

BANDUNG, KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan seorang ibu selesai melahirkan ditandu dengan kayu dan sarung melewati jalan rusak viral di media sosial.

Peristiwa itu terjadi di Kampung Cicendo, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Adapun sang ibu yang ditandu bernama Ranti (22).

Perjuangan untuk melahirkan sang buah hati bukan hanya menghadapi jalanan yang rusak parah. Kondisi Ranti pun cukup memprihatinkan.

Menurut sang suami Dida Permana (33), Ranti pernah mengalami sakit panas kemudian step, menyebabkan tangan dan kaki sebelah kirinya sulit digerakkan hingga kini.

Untuk berjalan dalam kondisi normal saja, kata Dida, sang istri cukup kesulitan. Apalagi dalam kondisi hamil.

"Kondisi istri saya itu (sulit jalan) sudah lama sejak usia 2 tahun, jadi dulu pernah sakit panas kemudian sempat step. Imbasnya ya sekarang, kaki sama tangannya susah digerakkin, jadi kalau disuruh jalan kan kasihan. Yang viral kemarin itu sebetulnya sesudah melahirkan, bukan sebelum. Jadinya ditandu pakai sarung dan kayu," katanya saat ditemui di kediamannya, Kamis (2/3/2022).

Kondisi jalan yang buruk membuat keadaan semakin parah. Ketika hujan, kata Dida, bukan hanya mobil yang sulit mengakses, sepeda motor yang notabene lebih kecil pun mengalami nasib serupa.

"Terus kondisi jalan juga licin, banyak lumpur, mobil enggak mungkin masuk, motor juga," ujarnya.

Meski demikian, Dida bersyukur, sang istri sehat setelah melahirkan. Demikian juga dengan putra pertamanya yang diberi nama Muhamad Al-Kahfi Rizki.

"Alhamdulilah sehat, anak saya laki-laki," tuturnya.

Sempat viral

Sementara itu, kerabat dari Ranti (22), Nova Novitasari (21), mengatakan terpaksa membuat video ketika Ranti ditandu sehabis bersalin.

Hal ini bukan tanpa alasan, Nova mengaku hanya ingin menyampaikan aspirasi bahwa akses menuju rumahnya masih jauh dari kata sempurna.

"Maaf ya bukan mau menjelekkan warga sini, atau ingin viral buat konten dan lainnya, ini supaya jalan di sini segera dibangun jadi lebih layak," ujarnya.

Kasus seperti Ranti, kata Nova, di daerahnya bukan kali pertama terjadi. Jauh sebelumnya, pernah ada warga yang sakit, dan harus mengalami hal yang sama.

"Waktu itu ada juga yang sakit, sampai dibuatin roda untuk membawanya ke rumah sakit," jelasnya.

Nova mengaku, sejak dulu rata-rata yang melahirkan di Kampung Cicendo tidak menggunakan jasa bidan, tetapi jasa paraji (raji/dukun beranak).

"Biasanya bidannya yang sering datang ke rumah warga, kalau selesai melahirkan oleh paraji," ungkap Nova.

Nova berharap akses jalan di Kampung Cicendo, Desa Rancakole, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, bisa segera diperbaiki supaya tak ada lagi kasus melahirkan atau sakit yang mengalami hal serupa.

"Mudah-mudahan segara diperbaiki akses jalannya, supaya enggak ada lagi hal serupa. Saya enggak maksud menjelekkan atau apa, cuma ingin supaya warga itu diperhatikan," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/03/04/112540678/kisah-perjuangan-ranti-melahirkan-anak-pertama-dari-jalan-rusak-sampai

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com