Salin Artikel

Soal Penyelundupan 1 Ton Sabu di Pangandaran, Kriminolog Sebut Jaringan Internasional Sengaja Rekrut Warga Lokal

Satu ton sabu-sabu tersebut dikirim dari Iran menggunakan kapal laut melalui jalur perairan Pangandaran, Jawa Barat.

Setiba di Pangandaran, sabu tersebut dipindahkan ke kapal nelayan. Jika dirupiahkan, sabu yang diamankan tersebut mencapai lebih dari Rp 1,43 triliun.

Apabila diasumsikan satu gram sabu dikonsumsi lima orang, pengungkapan kasus tersebut telah menyelamatkan lebih dari 5.950.000 orang dari bahaya penyalahgunaan narkotika.

Kriminolog sebut jaringan sengaja rektrut warga lokal

Yesmil Anwar, kriminolog dari Universitas Padjajaran, Bandung mengatakan kasus penyelundupan narkoba di wilayah Jawa Barat bukan yang pertama.

Menurutnya kasus penyelundupan narkoba pernah diungkap di wilayah Banten dan Sukabumi. Bahkan ia mengatakan pernah ada ladang ganja di wilayah Jawa Barat.

"Namun untuk Pangandaran memang fenomenal dari jumlah dan cara penyelundupannya," kata Yesmil saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (24/3/2022).

Ia mengatakan jaringan internasional sengaja mencari tempat baru untuk menjadi lokasi penyelundupan dan melibatkan warga lokal.

"Kenapa Pangandaran? karena di wilayah perbatasan Malaysia kan mudah ketahuan, jadi mereka cari tempat yang memungkinan untuk dibobol. Ini menjadi tantangan signifikan bagi penegak hukum kita bahwa pedagang narkotika bisa melakukan apa saja dan menggunakan cara apa saja," kata dia.

Salah satu cara yang digunakan jaringan internasiobal menurut Yesril adalah dengan melibatkan mayarakat lokal.

"Dan ini terlihat dari mereka yang terlibat di kasus 1 ton sabu adalah warga lokal. Karena memang uangnya menggiurkan, " ungkap dia.

Ia mengatakan jaringan penyelundupan sabu di Pangandaran sudah mempersiapkan rencana yang detail.

"Perahunya dari mana? pasti dari jaringan orang Indonesia karena pengirimana ini sangat besar," kata dia.

Namun menurut Yesmil pertanyaan besarnya adalah mengapa kasus penyelundupan tersebut bisa dibongkar. Ia menduga ada unsur rebutan pasar hingga pembagian hasil yang tidak merata antar pedagang narkoba.

"Ini kan banyak jaringan, ada yang terlihat sukses jadi dibocorkan saja sindikatnya. Kita seharusnya jangan menunggu orang berkelahi dulu baru bertindak. Karena jaringan internasional ya harus diselesikan secara internasional. Kita ada kebijakan ektradisi dan juga interpol," ungkap Yesmil.

"Kita terbiasa menghadapi orang yang memukul muka kita. Nah tiba-tiba ada orang yang memukul dari belakang, kita juga harus tahu," tambah dia.

Ia juga menyebut Pangandaran menjadi lokasi penyelundupan salah satu alasannya karena banyak jalur yang bisa di akses menuju daerah lain.

"Pantai Madasari ini kan bagian dari wisata besar. Kita dari Sukabumi, Banten bisa menyusuri pantai sampai ke Pangandaran. Kalo naik bisa ke ke Garut dan Subang. Banyak jalannya. Jadi jika di selundukan bisa lebih mudah dibagikan," kata dia.

"Dan jalur-jalur ini yang tahu kan warga lokal," tambah dia.

Selain itu ia juga menyetujui kekhawatiran Gubernur Pagandaran terkait imigran yang ada di wilayah tersebut.

"Ini bagus cara berpikirrnya sangat sosiologis. Dengan banyaknya imigran maka ada interaksi dengan pemasok. Saya tahu banyak penyuka narkotika bukan orang asli Pangandaran," kata dia.

Karena itu perlu berhati-hati karena imigran yang terdampar pasti butuh uang dan pekerjaan. Mereka bisa mendapatkan itu dengan diam-diam membantu menyelundupkan narkotika.

"Ini disebut penyakit sosial. Harus diselesaikan. Menyembuhkannya bukan hanya dengan penegakan hukum, tapi juga melalui politik, budaya hingga rekayasa sosial," kata dia.

https://bandung.kompas.com/read/2022/03/24/210200078/soal-penyelundupan-1-ton-sabu-di-pangandaran-kriminolog-sebut-jaringan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke