Salin Artikel

PVMBG Selidiki 5 Lokasi Pergerakan Tanah di Sukabumi, Retakan di Rumah Warga Melebar

SUKABUMI, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di bawah Badan Geologi menyelidiki lima lokasi bencana pergerakan tanah atau tanah bergerak di Sukabumi, Jawa Barat.

Ada lima lokasi bencana gerakan tanah di enam desa, lima kecamatan yang diselidiki. Pertama di Dusun Cihurang, Desa Limusnunggal, Kecamatan Bantargadung, Kampung Nyalindung Desa Pasirsuren, dan Desa Tonjong Kecamatan Palabuhanratu.

Kampung Sukawayana Desa/Kecamatan Cikakak, Kampung Cilengka Desa Pasirbaru Kecamatan Cisolok dan Desa Sampora Kecamatan Cikidang

Di Kampung Nyalindung, bencana geologi sudah berlangsung setahun dan melanda dua desa, yakni Desa Pasirsuren dan Desa Tonjong, Kecamatan Palabuhanratu. Tepatnya, di ruas Jalan Raya Nasional Cibadak-Palabuhanratu atau 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Sukabumi di Palabuhanratu.

Bencana pergerakan tanah ini mengakibatkan jalan pariwisata mengalami retak-retak hingga amblesan di beberapa titik.

Pantauan Kompas.com di Kampung Nyalindung, Senin (28/3/2022), penyelidikan dimulai dengan tim yang berjumlah empat orang mengikuti arah retakan jalan di kawasan pemukiman padat penduduk tersebut.

Tim penyelidik geologi didampingi sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, aparat desa dan sejumlah warga kampung setempat.

Ketika tim menelusuri retakan jalan, tak sedikit warga yang mengeluhkan retakan di rumahnya akibat fenomena pergerakan tanah. Mayoritas warga melaporkan retakan di dinding dan lantai rumah yang terus melebar.

Salah seorang warga, Asep Odang (49) mengakui retakan di lantai dan dinding rumahnya terus melebar. Hingga saat ini, rumahnya masih bisa ditempati meskipun dengan rasa khawatir.

"Retakan yang di dinding kamar depan sekarang terus melebar, dan yang di lantai teras depan juga begitu," kata Asep Odang saat berbincang dengan Kompas.com.

Senada dengan Asep, Sumarni (50) juga menyampaikan kondisi di dalam rumahnya semakin amburadul. Retakan di lantai terus melebar dengan kedalaman yang semakin dalam dan retakan dinding juga semakin mengancam pondasi.

"Kalau dilihat luarnya memang bangunan rumah saya seperti tidak terdampak. Kalau di dalamnya sebenarnya sudah hancur, takut ambruk," ungkap Sumarni.

"Retakan yang di lantai sudah diurug berangkal. Tapi sekarang malah semakin dalam, kalau berada di dalam rumah juga semakin takut," tutur dia.

Akhirnya, lanjut Sumarni, setelah rumahnya semakin hancur memutuskan untuk mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman. Bahkan perabotan rumah tangga sudah dititipkan juga ke tetangga.

"Sudah seminggu lebih kalau malam tidur di tenda pengungsian Pak, tidak di rumah saudara. Kalau pagi hingga petang kami di rumah sambil beres-beres rumah," papar dia.

Mengecek tanah ambles di perbukitan

Selain menyusuri pemukiman, tim geologi bersama BPBD dan warga mengecek sumber mata air yang berlokasi di perbukitan.

Jarak lokasi mata air dari permukiman sekitar 1 kilometer dengan menyusuri jalan setapak yang menanjak.

Sumber mata air yang sudah dimanfaatkan masyarakat secara turun temurun ini berlokasi di dalam lahan milik perkebunan karet.

Juga sebelumnya lahan di sekitar sumber mata air ini dimanfaatkan secara tumpang sari menjadi lahan persawahan oleh warga.

Kini lahan yang sebelumnya sawah sudah rimbun dengan berbagai jenis tanaman.

Di lokasi ini, sekitar lima atau sepuluh tahun lalu sempat terjadi tanah ambles dengan kedalaman antara 1 hingga 2 meter sepanjang sekitar 2 kilometer.

Mengenai tanah ambles ini diungkapkan salah seorang tokoh warga Kampung Nyalindung, Haji Ece Haetami.

"Panjang amblesannya ini sekitar dua kilometer, dalamnya ada yang satu meter hingga dua meter," ungkap Ece sambil menunjukkan tanah ambles yang kini sudah dirimbuni tanaman liar.

Dia juga menjelaskan bila kampung halamannya sejak dulu subur makmur dengan air bersih. Di sepanjang jalan ini merupakan lahan persawahan dan kolam yang besar-besar.

"Warga di sini punya tempat mandi umum yang sumber airnya melimpah. Sekarang masih ada, tapi jarang dipakai karena masing-masing rumah sudah punya kamar mandi," jelas Ece.

https://bandung.kompas.com/read/2022/03/30/073054678/pvmbg-selidiki-5-lokasi-pergerakan-tanah-di-sukabumi-retakan-di-rumah-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke