Salin Artikel

Menengok Masjid Besar Majalaya, Saksi Bisu Perang Ganeas Abad ke-7

BANDUNG, KOMPAS.com - Masjid Besar Majalaya yang berlokasi di Jalan Masjid Agung No 13 Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, dipercaya sebagai masjid tertua di Majalaya.

Dari plang yang tertera di depan masjid, Masjid Besar Majalaya merupakan salah satu Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Bandung.

Masjid tersebut merupakan saksi bisu peristiwa perang Ganeas yaitu perang yang terjadi di abad ke-7, antara kerajaan Cirebon melawan Sumedang Larang yang bersekutu dengan Banten.

Hal itu dipertegas dengan bentuk bangunan masjid yang memiliki kemiripan dengan masjid yang ada di Karatonan Cirebon.

Masjid yang berdiri di atas tanah seluas 1.000 meter persegi ini masih mempertahankan bentuk aslinya.

Masjid Besar Majalaya memiliki atap yang berumpak, ada 4 umpakan dari yang terendah sampai bagian kubah, dilengkapi genting berwarna hitam khas peninggalan masa lampau.

Di dalam masjid, arsitektur khas Cirebon dan Sumedang mendominasi. Tembok masjid ditempel keramik berwarna hijau dengan ukiran khas Kesultanan Cirebon.

Pun dengan bagian depan tempat imam memimpin solat. Keramik hijau dengan ciri khas Cirebon dipadu dengan lafadz Arab mempertegas bahwa Masjid Besar Majalaya merupakan sisa-sisa pertempuran Ganeas pada abad ke 7.

Tak sampai disitu, di dalam, empat pilar dari kayu Jati menjulang setinggi 19 meter. Kusen pintu dan jendela, serta penyangga langit-langit masjid, asli menggunakan kayu jati lengkap dengan ukiran khas Jepara.

Zaenal Arifin (54), Sekertaris Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Besar Majalaya mengatakan, lokasi masjid, dulunya merupakan perkebunan karet.

"Dulunya ini wilayah kebun karet, cuma di dalamnya ada Tajuk atau sejenis Mushola tempat masyarakat yang kerja di kebun karet beribadah," katanya ditemui di Kantor Desa Majalaya, Selasa (5/4/2022).

Ia mengatakan pembangunan Masjid Besar Majalaya, yang semula hanya Tajuk atau Mushola itu di mulai sejak 1939 dan selesai 1941.

Awalnya, seorang kebun karet tersebut, kata Zaenal, milik seorang tokoh bernama Tubagus Zaenudin yang kemudian di wakaf kan untuk pembangunan Masjid Besar Majalaya.

"Dulu mushola, atau tajuk, di bangun tahun 1939 selesai 1941, panitianya para Kades. Tanah wakaf dari Tubagus Zaenudin seorang tokoh," ujarnya.

"Tanah wakaf nya luas, 1000 meter persegi sampai Alun-alun Majalaya ke Makam Kondang," tambahnya

Pada awalnya, kata Zaenal, bentuk asli dari bangunan Masjid Besar Majalaya hanya ruang utama dan selasar masjid saja.

Namun seiring waktu, pemugaran pun dilakukan guna memperkokoh masjid agar bisa terus berdiri.

"bentuk aslinya mah ruang utama, dan selasar saja, di pugar secara signifikan belum, paling selasar yang sekarang ada jendelanya, terus sekarang ada pintu depan, kalau dulu langsung terbuka," ucapnya.

Zaenal membenarkan, Masjid Besar Majalaya pernah menjalani dua zaman yang bersejarah, yakni era perang Ganeas dan perang kemerdekaan.

"Dulu katanya, zaman Sumedang Larang melawan Cirebon ini sempat jadi tempat singgah pasukan Islam. Kemudian di era perang Revolusi juga tempat ini pernah jadi tempat singgah pasukan kemerdekaan," kata Zaenal.

Sisa-sisa dari era itu, kata Zaenal tergambar pada arsitektur di dalam Masjid.

"Secara arsitektur mirip dengan Cirebon, kemungkinan karena pernah dijadikan tempat singgah pasukan Sumedang Larang yang bertempur dengan Cirebon, karena kayu-kayu yang dipakai itu dari Jepara, pilar asli pohon Jati," tambahnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/04/05/183903678/menengok-masjid-besar-majalaya-saksi-bisu-perang-ganeas-abad-ke-7

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke