Salin Artikel

Mukena Tasikmalaya Banjir Omzet Usai 2 Tahun Diterpa Pandemi, Permintaan Naik 200 Persen

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Memasuki Bulan Ramadhan tahun ini jadi berkah tersendiri bagi para perajin mukena khas Tasikmalaya, Jawa Barat.

Mereka banjir omzet sampai produksi ratusan kodi per harinya untuk memenuhi permintaan pasar kota besar seperti Jakarta, Bandung, Balikpapan sampai beberapa wilayah Pulau Sumatera.

Tasikmalaya sendiri selama ini dikenal sebagai salah satu daerah sentra produksi mukena dan baju muslim.

Lokasinya sebagian besar berlokasi di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya juga hampir merata di beberapa wilayah lainnya.

Mukena Tasikmalaya sendiri selama ini dikenal memiliki kualitas dan harga jual tinggi serta mampu menciptakan tren model baru tiap tahunnya terutama saat Ramadhan.

Bahkan tak sedikit pedagang besar di Pasar Tanah Abang, Jakarta dan Pasar Baru, Bandung, merupakan asal Tasikmalaya dan memproduksi dagangannya di kampung asalnya.

"Ramadhan sekarang permintaan pasar sangat besar. Berbeda dengan dua kali Lebaran sebelumnya saat pandemi. Ramadhan tahun ini lonjakan permintaan pasar naik drastis sampai 200 persen. Kalau saat pandemi paling 50 kodi atau 1.000 pcs (1 kodi berjumlah 20 pcs) paling banyak. Sekarang saya sudah kirim sampai 4.000 pcs lebih," jelas Ai Sukminah (57), salah seorang perajin mukena dan baju muslim di Kawalu, Kota Tasikmalaya, Kamis (7/4/2022).

Permintaan pasar tinggi

Tahun ini, lanjut Ai, pemilik usaha mukena dan baju muslim di Tasikmalaya mulai menggeliat kembali usai terpuruk selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19.

Bahkan, permintaan pasar tahun ini bukan hanya di kota besar langganan seperti Jakarta dan Bandung, tapi dari luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Sejak beberapa pekan sebelum memasuki bulan puasa, permintaan berbagai jenis model mukena mulai berdatangan.

Bahkan, beberapa pemesan mukena partai besar luar Jawa meminta hasil produksi mukena Tasikmalaya dengan meminta model sendiri yang dipesan pembeli.

Sebagian besar dari pemesan itu adalah para pedagang besar yang berada di wilayahnya untuk memasarkan mukena jelang Hari Raya Idul Fitri atau selama Ramadhan.

"Ada yang bawa model sendiri pesannya, ada pula yang meminta hasil produksi mukena yang ada di kita. Tapi, rata-rata mereka memesan order dengan jumlah banyak sekali kirim," tambah dia.

Demi memenuhi pemesanan, lanjut Ai, sebagian besar pengusaha menambah perajin mukena untuk menyediakan hasil produksi sesuai tenggat waktu yang disepakati antara perajin dan pemesannya.

Sehingga, di setiap rumah-rumah produksi mukena wilayah Kawalu terlihat sibuk mempersiapkan setiap orderan yang diterimanya selama Ramadhan.

"Makanya lihat sekarang di wilayah Cibeuti, Saguling, Tanjung dan lainnya pada ramai sibuk lagi kan. Alhamdulillah hal ini membuat masyarakat mendapatkan nafkah buat Ramadhan," ujar dia.

Produksi rumahan

Produksi rumahan mukena di Tasikmalaya tentunya bergantung jumlah pengusaha dan perajin mendapatkan pesanan barang.

Jika ramai seperti sekarang, semua masyarakat yang biasa berkecimpung di produksi mukena dan baju muslim di tiap perkampungan akan terimbas mendapatkan rezeki.

Soalnya, sebagian besar produksi mukena di Tasikmalaya secara rumahan mengandalkan para tukang jahit yang tersebar di Kawalu dan wilayah kecamatan di Kota Tasikmalaya lainnya.

"Jadi kalau bosnya (pengusaha) dapat orderan banyak, pasti semua ke bawahnya perajin, tukang jahit, sampai ke finishing membutuhkan banyak orang buat memenuhi jumlah order sesuai waktu ditentukan. Alhamdulillah, semua dapat rezekinya dari usaha ini," tambahnya.

Seperti diutarakan Mamat (58), salah seorang perajin mukena bagian menjahit di rumahanya kawasan Muncang, Kawalu, Kota Tasikmalaya.

Dirinya hampir tiap hari mendapatkan order menjahit mukena beberapa pekan sebelum masuk bulan Puasa sampai pekan pertama Ramadhan saat ini.

Bahkan dirinya sampai menambah pekerja di rumahnya supaya bisa berbagai rezeki dengan para tetangganya yang bisa menjahit.

"Kalau saya biasa menjahit mukena, saya ada mesin di rumah, jadi dikerjakannya di rumah. Bos saya ngirim bahan mukena untuk dijahit ke rumah dan itu tugas saya. Sekarang pesanan tahun banyak sekali, Alhamdulillah," ujar dia.

Setiap rumah sibuk

Sementara itu, di salah satu perkampungan sentra produksi mukena dan pakaian muslim di Saguling, Kawalu, Kota Tasikmalaya, terlihat hampir setiap rumah perajin disibukkan suara mesin jahit beroperasi.

Mulai dari perajin memakai alat manual mesin jahit satuan, sampai mesin komputer yang mampu memproduksi ribuan pakaian dan mukena per harinya.

Namun, untuk produksi mukena biasanya memakai cara manual dari mulai pemotongan bahan kain sampai proses siap jual.

Sedangkan mesin komputer biasanya dipakai proses bordir untuk mempercepat produksi pakaian muslim.

"Iya, orderan mukena dan pakaian muslim tahun ini melimpah. Kami juga setiap hari di sini memproduksi sampai 130 kodi atau 2.600 pcs per hari kalau pakai mesin. Kami mukena dan pakaian muslim bordir," kata Jajang (56) salah satu operator mesin bordir komputer di pabriknya, Kamis sore.

Adapun sentra mukena dengan tren pilihan kain biasanya dilakukan secara manual dan membutuhkan karyawan lebih banyak serta perajin jahit rumahan.

Sehingga pengusaha dan perajin rumahan mukena dan pakaian muslim di wilayanya yang mencapai ratusan orang hampir semuanya sibuk memenuhi pesanan pasar saat ini. 

"Di sini (Kawalu) kan banyak sekali pengusaha dan perajin bodasan (mukena dan pakaian muslim). Semuanya Alhamdulillah lagi pada sibuk Pak di Ramadhan kali ini," pungkasnya. 

https://bandung.kompas.com/read/2022/04/08/043000378/mukena-tasikmalaya-banjir-omzet-usai-2-tahun-diterpa-pandemi-permintaan-naik

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com