Salin Artikel

Perjalanan Abdul Latip Penganiaya Ade Armando, Modal Rp 30.000 Pergi ke Jakarta, Buron, hingga Menyerahkan Diri

SUKABUMI, KOMPAS.com - Salah satu pelaku pemukulan pegiat media sosial Ade Armando, Abdul Latip akhirnya menyerahkan diri ke Polres Sukabumi diantar keluarganya.

Sebelum menyerahkan diri, ia sempat buron dan dicari-cari polisi hingga ke kampung halamannya di Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kapolres Sukabumi AKBP Dedy Darmawansyah mengatakan, Abdul Latip menyerahkan diri diantar keluarganya, Rabu (13/4/2022) malam.

"Semalam diantar keluarganya," ujarnya via aplikasi perpesanan, Kamis (14/4/2022).

Menurutnya, saat ini Abdul Latip sudah diserahkan ke Polda Metro Jaya, karena Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Jakarta, wilayah hukum Polda Metro Jaya.

"Sudah diambil oleh Polda Metro tadi pagi dan sempat di Polres, karena kasus ditangani Polda Metro, maka kami serahkan ke (Polda) Metro," ucapnya.

Poster

Nama Abdul Latip tiba-tiba mencuat ke permukaan setelah poster wajahnya viral di media sosial. Ia diduga menjadi salah satu pelaku penganiayaan Ade Armando dalam demo mahasiswa di Gedung DPR RI, Senin (11/4/2022).

Polsek Tegalbuleud yang mendapatkan informasi identitas Abdul Latip, langsung melakukan pengecekan, Senin (11/4/2022) malam.

Kapolsek Tegalbuleud AKP Deni Miharja mengatakan, pencekan dilakukan untuk memastikan bahwa Abdul Latip merupakan warga Tegalbuleud.

Benar saja, saat dicek ke rumah orangtuanya, Abdul Latip benar anaknya yang berangkat demo ke Jakarta.

"Tadi malam kita melakukan pengecekan ke rumah orangtua atas nama Abdul Latip yang diduga sebagai pelaku penganiayaan sewaktu demo di depan gedung DPR RI," kata dia, Selasa (12/4/2022).

Berangkat ke Jakarta

Pada polisi, orangtua menyebut bahwa Abdul Latip berangkat dari rumah tujuan ke Jakarta pada hari minggu pagi dengan menggunakan sepeda motor ke Surade.

"Kemudian dari Surade langsung ke Jakarta beserta rekan rekannya. Dan orang tuanya membenarkan bahwa saudara Abdul Latip sebagai anaknya," jelasnya.

Kasi Trantib Kecamatan Tegalbuleud, Denda Sudenda mengatakan, seminggu yang lalu, Abdul Latip minta uang ke orangtuanya dengan alasan mau berangkat ke Jakarta bersama temannya.

Oleh orangtuanya yang sehari-hari bekerja penyadap kelapa hanya dibekali uang Rp 30.000.

"Minggu berangkat pagi, sampai saat ini lebih dari seminggu belum pulang juga," ujar dia.

"Saat saya berkunjung ke rumahnya, ibunya menangis terus ingin anaknya pulang," sambung Denda.

Buron

Seusai pemukulan, Abdul Latip menghilang. Orangtuanya pun tidak mengetahui keberadaan anaknya.

Kasi Trantib Kecamatan Tegalbuleud, Denda Sudenda mengatakan, saat ditunjukan foto dan video Abdul Latif di Gedung DPR RI sedang aniaya Ade Armando, orangtua Abdul Latip menangis.

"Ibunya terus-terusan menangis karena anaknya sampai kemarin belum pulang sudah seminggu," tutur Denda.

Foto dan video Abdul Latip juga sudah menyebar sampai ke ponsel warga di kampung itu sebelum Denda tiba menemui orangtua.

Cerita orangtua, sehari-hari, Abdul Latip seorang penggembala domba dan mengurus serta mencarikan rumput.

"Anaknya pendiam, hanya lulusan SD lalu SMP-nya ikut paket B dan sempat mondok di pesantren di Kecamatan Kalibunder," jelas dia.

Hingga belum lama ini, Abdul Latip dikabarkan menemui ibunya sebelum akhirnya menyerahkan diri ke polisi.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Sebelum Menyerah, Abdul Latip Duda Penganiaya Ade Armando Sempat Temui Ibunya di Sukabumi

https://bandung.kompas.com/read/2022/04/14/233323278/perjalanan-abdul-latip-penganiaya-ade-armando-modal-rp-30000-pergi-ke

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com