Salin Artikel

[POPULER JAWA BARAT] Puncak Arus Mudik Terjadi pada 30 April | Menhub Tinjau Nagreg

KOMPAS.com - Puncak arus mudik Lebaran 2022 telah terlewati.

Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol Gatot Eddy Pramono mengatakan, puncak arus mudik terjadi pada Sabtu (30/4/2022).

Berita lainnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meninjau kawasan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Budi menuturkan, puncak arus mudik di Nagreg sudah terjadi sebelum H-1 Lebaran.

Berikut berita-berita yang populer di sub-rubrik Bandung pada Minggu (1/5/2022).

Puncak arus mudik Lebaran 1443 Hijriah telah terlewati.

"Jadi saya kira puncak arus mudik sudah lewat, yang puncaknya kemarin (30/4/2022) yang mencapai 130 ribu," ujar Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, Minggu.

Pada Minggu (1/5/2022). kendaraan yang melintas Tol Jakarta-Cikampek mengalami penurunan menjadi sekitar 35.000 kendaraan.

Angka tersebut, kata Gatot, jauh lebih kecil dari jumlah kendaraan yang melintas dalam situasi normal, yakni sejumlah 60.000.

Ia menambahkan, rekayasa lalu lintas satu arah atau one way juga sudah dihentikan pada Minggu pukul 14.00 WIB.

Baca selengkapnya: Wakapolri: Puncak Arus Mudik sudah Lewat

Menhub Budi Karya Sumadi mengunjungi kawasan Nagreg pada H-1 Lebaran, Sabtu.

Ia menjelaskan, arus lalu lintas di Nagreg pada H-1 Lebaran lebih lengang dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Menurutnya, puncak kepadatan arus mudik di kawasan itu sudah terjadi sebelum H-1 Lebaran.

"Nagreg memang kawasan titik kemacetan awal di jalur selatan, tapi hari ini kita bahagia, arus mudik di Nagreg berjalan dengan lancar. Bisa dibayangkan puncak mudik telah terjadi kemarin," ucapnya.

Dia menyebutkan, walau sempat terjadi penumpukan di beberapa titik, arus mudik pada H-1 Lebaran di kawasan Nagreg lebih lengang dari hari sebelumnya.

Baca selengkapnya: Menhub: Kita Bahagia Arus Mudik H-1 Lebaran di Jalur Selatan Nagreg Lancar

Polisi menangkap pria berinisial BA (36) karena mencuri 1 kilogram cabai milik pedagang di Pasar Citeureup, Kabupaten Bogor, Jabar, Minggu.

Aksi BA awalnya sempat diketahui pedagang dan langsung menegurnya. Namun saat ditegur, BA justru melawan menggunakan gunting hingga pedagang tersebut terluka.

BA lantas mengambil satu kilogram cabai dan memasukkannya ke dalam karung. Setelah itu, dia kabur.

“Memang kerjaannya begitu, minta (malak) buat THR. Sudah ditegur sama pedagangnya, tapi malah nekat ngambil cabai satu kilogram," ungkap Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Citeureup Kompol Eka Chandra, Minggu.

Eka menerangkan, pelaku nekat mencuri karena tak menerima tunjangan hari raya (THR).

Baca selengkapnya: Tak Dapat THR, Pria di Citeureup Bogor Nekat Curi 1 Kilogram Cabai

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kawang, Farida Farhan; Kontributor Bandung, M. Elgana Mubarokah; Kontributor Kabupaten Bogor, Afdhalul Ikhsan | Editor: Khairina, Andi Hartik, Dita Angga Rusiana)

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/02/051500678/-populer-jawa-barat-puncak-arus-mudik-terjadi-pada-30-april-menhub-tinjau

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com