Salin Artikel

Dua Anak SD di Sukabumi Diduga Dipaksa Berkelahi dan Dibuat Video, Polisi Lakukan Penyelidikan

SUKABUMI, KOMPAS.com - Dua anak usia Sekolah Dasar (SD) di Sukabumi, Jawa Barat diduga dipaksa berkelahi oleh anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Adegan perkelahian satu lawan satu dengan diawasi seorang anak layaknya wasit tersebut disaksikan sejumlah anak sebaya lainnya.

Aksi perkelahian keduanya pun direkam dan videonya sempat diunggah ke kanal Youtube.

Selain itu video tersebut juga beredar di beberapa WhatsApp Group.

Diketahui, perkelahian anak usia SD itu berlokasi di wilayah Kelurahan Sindangpalay, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Saat ini perkaranya ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Satuan Reserse Kriminal, Polres Sukabumi Kota.

"Penanganan secara khusus, karena menyangkut anak di bawah umur," ungkap Kepala Polres Sukabumi Kota AKBP SY Zainal Abidin kepada awak media selesai konferensi pers, Selasa (10/5/2022).

Zainal menjelaskan sehingga proses pelaporan, pemeriksaan baik korban dan saksi semuanya dilaksanakan di Polres Sukabumi Kota.

Perkembangan hingga saat ini penyidik Sat Reskrim masih menyelidiki perkara untuk mengetahui gambaran utuh kronologis kejadian.

"Sampai siang ini sudah empat saksi yang dimintai keterangan, termasuk orangtua korban sebagai pelapor," jelas dia.

Terkait adegan pertarungan anak tersebut yang dijadikan konten untuk Youtube, Zainal mengatakan saat ini masih fokus pada pokok permasalahan utamanya dulu.

"Nanti akan dikembangkan pada permasalahan lainnya," kata dia.


Dua anak trauma

Sementara itu M (49) mengakui anaknya menjadi salah satu korban pemaksaan perkelahian di dalam video yang beredar.

Sedangkan yang menjadi lawan adalah anak tetangga yang kenal dekat dengan keluarganya.

"Dipaksa berkelahinya dua bulan lalu, namun saya dan keluarga mengetahui dua hari menjelang Lebaran," akui M saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa malam.

Menurut M, sebelum terbongkar kasus pemaksaan perkelahian, kedua anak yang menjadi korban mengalami trauma. Anaknya sempat mogok sekolah.

Berbagai alasan disampaikan agar siang harinya tidak pergi ke madrasah.

Sedangkan anak tetangga yang juga menjadi korban pemaksaan perkelahian akhirnya tinggal di rumah saudaranya dan tidak mau pulang ke rumah asalnya.

Anak itu ingin pindah rumah dan sekolah dari lingkungannya saat ini.

"Anak-anak sampai trauma ya. Anak saya masih kelas empat, sedangkan anak tetangga kelas enam," katanya.

"Anak tetangga sampai takut sama saya. Sehari setelah Lebaran kami bertemu dan saya bilangin bukan salah kamu," sambung M.

Terkait pelaporan kasusnya ke kepolisian, M menuturkan sebelumnya sempat ingin berkonsultasi pada lembaga perlindungan anak.

Namun karena masih libur Hari Raya Idul Fitri, konsultasi itu tidak optimal untuk dilakukan.

Akhirnya, lanjut dia, pada Senin (2/5/2022) melaporkan kasus dugaan pemaksaan perkelahian anak yang terekam dalam video itu ke Polsek Cibeureum.

Selanjutnya diarahkan ke Unit PPA Sat Reskrim Polres Sukabumi Kota karena menyangkut permasalahan anak.

"Anak saya sudah divisum, ke rumah sakitnya juga didampingi petugas Unit PPA. Juga sudah diwawancara sama petugasnya," tutur dia.

M mengatakan selanjutnya kasus tersebut penanganannya diserahkan kepada pihak kepolisian.

"Bukan persoalan pidananya, tapi yang lebih penting ada pembinaan lebih lanjut agar anak-anak menjadi lebih baik. Karena ini kan menyangkut generasi penerus," kata dia.

"Saya berharap kasus ini berakhir pada anak saya dan tetangga saja yang menjadi korban. Tidak ada korban-korban berikutnya, dan terakhir di Sukabumi," harap M.

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/11/082834878/dua-anak-sd-di-sukabumi-diduga-dipaksa-berkelahi-dan-dibuat-video-polisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke