Salin Artikel

Libur Lebaran, Kunjungan Obyek Wisata Bandung Selatan Meningkat, Banyak Pengunjung Abai Prokes

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Bandung, Wawan A Ridwan mengatakan, selama libur lebaran 2022, jumlah kunjungan wisatawan di obyek wisata Bandung selatan dan utara meningkat.

Hal ini berpengaruh positif pada ekonomi. 

"Pertama ada geliat ekonomi yang cukup signifikan dengan dikunjunginya objek wisata di Kabupaten Bandung terutama di wilayah selatan mungkin juga utara," ujar Wawan saat dikonfirmasi, Kamis (12/5/2022).

Namun peningkatan tersebut belum sebanding dengan kondisi tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19. 

Bisa dibilang, pendapatan selama libur Lebaran 2022 masih di bawah 50 persen kondisi normal. Untuk itu ia meminta para pelaku usaha pariwisata mempertahankan momentum tersebut.

"Jika dibandingkan 2019, masih di bawah. Hanya belum dihitung secara keseluruhan. Kalau dihitung per destinasi 1000 pengunjuk per hari, angkanya masih di bawah 2019. Mungkin kira-kira di bawah 50 persen," tutur Wawan. 

Meski demikian, jumlah kunjungan wisatawan tahun ini menggembirakan. Ada geliat ekonomi. Masyarakat pun terbantu. 

"Dari tidak ada (pendapatan) menjadi ada, jika dibandingkan saat pandemi. Ini peluang bagi pelaku usaha wisata dalam rangka peningkatan ekonomi di bidang pariwisata," beber dia.

Wawan menjelaskan, target Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) dari sektor pariwisata tahun ini baru mencapai 40 persen.

Belum tercapainya target PAD sektor pariwisata, lantaran belum terintegritasinya kawasan wisata yang menjadi tanggung jawab Disparbud.

Saat ini, obyek wisata di bawah tanggung jawab Disparbud yang mencapai target baru obyek wisata Situ Cileunca.

"Untuk Cileunca sudah tercapai target, untuk kawasan budaya masih terkendala PPKM dengan level dua. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik lagi, sehingga target akhir tahunnya bisa tercapai," tutur Wawan.

Evaluasi

Wawan menjelaskan, selama libur Lebaran 2022, ada sejumlah catatan yang harus dievaluasi, terutama soal penerapan protokol kesehatan (prokes).

Pihak pengelola, masih terlihat memaksakan kehendak dan melanggar aturan batas kunjungan yang tertuang dalam aturan PPKM level 2.

Sedangkan pengunjung, lalai dalam penggunaan masker. Ia khawatir, ada klaster obyek wisata dan lonjakan penularan kasus Covid-19.

"Karena masih pandemi belum endemi, saya melihat pengunjung masih lalai penerapan prokes. Kemudian, pelaku usaha terlihat memaksakan meskipun sudah mencapai batas aturan yaitu 75 persen," ujarnya.

Pihaknya berjanji akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) guna memastikan tak ada lonjakan yang diakibatkan kunjungan wisata.

"Mungkin harus mencari data di Dinkes, karena masyarakat juga merasa sudah vaksin tiga kali, imun sudah kuat jadi abai. sampai sekarang belum ada laporan peningkatan Covid, mudah-mudahan tak ada klaster baru," tutur dia.

Wisata Baru

Pihaknya tak menampik, saat masa pandemi justru lahir destinasi baru di kawasan Bandung Selatan.

Hal ini seiring dengan target bupati Bandung yang menginginkan 100 destinasi wisata di Kabupaten Bandung untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. 

Destinasi baru ini memiliki daya pikat luar biasa. Untuk itu, ia mendorong adanya pembangunan infrastruktur yang masif, terutama akses jalan ke daerah wisata.

"Kami sadari akses jalan belum optimal, mudah-mudahan jadi evaluasi bagi Pemda Kabupaten Bandung, terutama Bupati, agar siap untuk memperbaiki akses jalan ke daerah wisata," ungkap dia.

Akses jalan yang bagus akan meningkatkan daya pikat hingga wisatawan berdatangan, termasuk dari luar daerah. 

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/12/213357678/libur-lebaran-kunjungan-obyek-wisata-bandung-selatan-meningkat-banyak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com