Salin Artikel

Mengaku Polisi, Pria Ini Culik 12 Anak di Bogor dan Jakarta, 3 Korban Diduga Alami Kekerasan Seksual

KOMPAS.com - Kasus penculikan anak di Bogor dan Jakarta menjadi sorotan. Sebanyak 12 bocah laki-laki yang rata-rata berusia 10-14 tahun menjadi korban.

Pelaku merupakan seorang pria berinisial ARA (27), warga Depok, Jawa Barat. Ia kini telah ditangkap.

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Bogor AKBP Iman Imanuddin mengatakan, pelaku beraksi dengan modus berpura-pura menjadi polisi.

Saat beraksi, ARA menargetkan bocah laki-laki yang tidak mengenakan masker.

Ia lantas mendatangi korban dengan mengaku anggota kepolisian yang bertugas sebagai Satgas Covid-19.

Usai menegur, ARA kemudian membujuk korban untuk ikut bersamanya.

Kasus penculikan anak ini terbongkar usai polisi menerima laporan anak hilang di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.

"Awal memang dari laporan yang kami terima itu di Kemang, ada satu orang yang dibawa dari 5 orang yang diambil oleh tersangka itu empat orang dikembalikan kemudian satu orang dibawa," ujar Iman, Kamis (12/5/2022), dikutip dari Tribunnews Bogor.

Pelaku diduga lakukan kekerasan seksual kepada 3 korban

Iman menuturkan, dari 12 anak korban penculikan, 3 di antaranya diduga mengalami kekerasan seksual yang dilakukan pelaku.

Beberapa korban yang diduga mengalami kekerasan seksual itu dipilih sesuai keinginan pelaku.

Polisi kini masih mendalami adanya dugaan kekerasan seksual ini.

Mengenai para korban, polisi telah menerjunkan tim trauma healing. Di samping itu, pelaku juga bakal diperiksa kondisi kejiwaannya.

"Ya, dari Satreskrim melakukan kerja sama dan koordinasi dengan P2TP2A untuk psikolog baik itu psikologi anak dalam rangka healing terhadap korban, maupun pengecekan psikologi terhadap si tersangka itu sendiri," ucapnya.

Salah satu korban penculikan merupakan anak berusia 11 tahun asal Kabupaten Bogor. Korban menerangkan, dirinya sempat dibawa oleh ARA selama dua hari.

"Saat itu saya tidak tahu dibawa oleh siapa, saya tidak kenal," ungkapnya, dilansir dari Tribunnews Bogor.

Kala itu, pelaku mengajak korban untuk ikut bersamanya. ARA mengaku ingin membawa korban ke kantor polsek.

"Saya disuruh ikut aja sama pelaku dan saya sempat menolak. Saya tidak tahu diajak kemana ketika itu," tuturnya.

Menurut ayah korban, RN, anaknya sempat diajak berkeliling oleh pelaku.

"Namanya anak kecil, anak saya tidak tahu Jakarta, pokoknya dia diajak keliling, kalau malam tidur di masjid dan paginya berangkat lagi," jelasnya.

Usai lepas dari tangan penculik, anaknya sempat menjalani visum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor.

RN menerangkan, hingga Jumat (13/5/2022), kondisi anaknya mulai membaik.

"Alhamdulillah udah main lagi sama teman-temannya, tadi katanya bosan di rumah, terus temannya mengajak main, akhirnya main di sekitaran sini," bebernya.

Artikel ini talah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Cuma Incar Bocah Laki-laki, Penculik di Bogor Pakai Taktik Licik saat Beraksi, Korban Dipaksa Pasrah

Artikel ini talah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul 12 Anak Selamat dari Tangan Penculik, Ini Cerita Korban saat Ikut Pelaku, Ternyata Ada yang Dicabuli

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/14/100000678/mengaku-polisi-pria-ini-culik-12-anak-di-bogor-dan-jakarta-3-korban-diduga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com