Salin Artikel

Temuan Komnas PA Soal Bocah 14 Tahun yang Tewas Dianiaya Kakak Ipar, Korban dari Keluarga Tidak Mampu

KARAWANG, KOMPAS.com - S, bocah 14 tahun yang kehilangan nyawa karena dianiaya kakak ipar di Karawang, Jawa Barat putus sekolah. Latar belakang ekonomi keluarganya pun tergolong tidak mampu.

Komisioner Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Jawa Barat Wawan Wartawan mengungkapkan perihal latar belakang ekonomi keluarga S.

Ia mendatangi kediaman orangtua korban yang lokasinya memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan dari Kota Karawang, tepatnya berada di kawasan hutan di Kecamatan Ciampel.

Melihat kondisi rumahnya, kata Wawan, keluarga S tergolong keluarga tidak mampu.

Ayah S bernama SA (45), bekerja sebagai buruh kasar pembuat arang kayu, dan memiliki 4 anak. S merupakan anak ketiga.

"Sangat kurang (mampu)," kata Wawan melalui pesan singkat, Jumat (20/5/2022).

Kedatangan Wawan dan timnya saat itu, bermaksud mengumpulkan informasi dan fakta-fakta di di lokasi kejadian, termasuk mewawancarai keluarga dan orang terdekat S.

Dari informasi yang diidapatnya, S putus sekolah lalu bekerja membantu kakak iparnya menambal ban dan mengisi bensin.

Dari keterangan RT setempat, pemilik bengkel atau kakak ipar S bukan warga Dusun Pejaten Desa Sirnabaya, Telukjambe Timur.

"Dia putus sekolah kelas 6," kata dia.

Wawan mengatakan, anak-anak di wilayah tempat tinggal S perlu perjuangan untuk sekolah. Mereka harus berjalan kaki kurang lebih satu jam dari rumah mereka di kawasan hutan.

"Rumah mereka di kawasan hutan di Kecamatan Ciampel bersekolah ke Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjmbe Barat," ungkapnya.

Menurut Wawan, salah salah satu faktor dari penyebab kemiskinan adalah data administrasi kependudukan yang tidak benar, artinya tidak diperbaharui. Ibu korban misalnya, sampai hari ini belum pernah dilakukan perekaman KTP.

"Anak-anak mereka tidak mempunyai akta lahir, karena ibu bapak mereka menikah secara sirih. Termasuk pernikahan T," kata dia.

Kakak S diketahui menikah saat berumur 14 tahun dan saat ini memiliki anak berusia 6 bulan.

"Ada PR untuk kita semua. Bagaimana isteri, anak pelaku serta adik-adik S untuk bisa keluar dari jerat kemisikinan," ungkapnya.

Kedapatan melamun

Tetangga bengkel milik T, kakak ipar S, mengaku beberapa kali mendapati bocah 14 tahun itu seperti melamun. Tatapannya kosong. Bocah itu menurutnya jarang makan dan lebih sering menyantap mi instan.

"Beberapa kali kayak melamun," kata warga yang enggan disebut itu.

S diketahui kerap membantu kakak iparnya di bengkel di belakang Karawang International International City (KIIC). Bengkel itu terletak sekitar 300 meter dari lokasi tempat S ditemukan tak bernyawa. Jika kakak beserta kakak iparnya pulang ke rumah, ia juga turut serta.

"Bantuin nambal ban juga kalau ada yang mau nambal ban subuh-subuh pas T belum bangun," kata ucap dia.

Ia mengaku beberapa kali memergoki S diomeli. Namun jika dengan kekekerasan tak pernah. S juga kerap menyendiri jika habis diomeli. Lalu kemudian dibujuk agar kembali.

Akan tetapi, perihal kejadian temuan jasad S di kolong jembatan pada Senin (9/5/2022) lalu, ia mengaku tak tahu sama sekali.

Diberitakan sebelumnya, Polisi telah menetapkan tersangka pembunuhan S, bocah 14 tahun yang ditemukan seperti bunuh diri dengan seutas tali, pada Senin (9/5/2022) pukul 19.00 WIB, di bawah jembatan tol Jakarta-Cikampek di belakang KIIC, Dusun Pajaten, RT 003, RW 002, Desa Sirnabaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. S ternyata tewas karena dianiaya kerabat dekatnya.

S saat itu diguga mengakhiri hidup dengan seutas tali setelah dimarahi oleh kerabatnya lantaran bensin yang dijualnya belum dibayar konsumen.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Jawa Barat mendorong kepolisian melakukan autopsi lantaran menemukan sejumlah kejanggalan. Di antaranya kondisi korban saat ditemuka tertelungkup di dasar kolong jembatan.

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/20/174926078/temuan-komnas-pa-soal-bocah-14-tahun-yang-tewas-dianiaya-kakak-ipar-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke