Salin Artikel

10 Tahun Tanggul di Bandung Kerap Jebol, Ketua RW: Saya Malu Minta Terus Swadaya Masyarakat

BANDUNG, KOMPAS.com - Lebih dari 10 tahun warga Kampung Kiaracondong RT 02 RW 05, Desa Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dituntut untuk lebih bersabar ketika banjir datang dan memasuki rumah mereka.

Banjir yang terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Cikeueus itu kerap merendam dua RW 05 dan RW 06.

Salah seorang warga RW 05 yang enggan disebutkan namanya mengaku sudah lelah terus menerus khawatir ketika musim hujan datang seperti sekarang.

Ia menyebut, saat ini tanggul kerap jebol, lantaran tak mampu menahan debit air yang datang dari hulu menuju Sngai Cikeueus.

"Udah cape, bertahun-tahun gini terus, kita harus siaga, apalagi kalau malam hari," katanya ditemui, Selasa (24/5/2022).

Kata dia, banjir yang datang tidak hanya membawa lumpur, namun juga material sampah kerap memenuhi rumah-rumah warga.

"Ya ada aja sampah, lumpur, batu kecil, repot lah kalau udah datang banjir," tambahnya.

Hal tersebut benarkan Ketua RW 05, Asep Andian (39). Asep menuturkan, tanggul Sungai Cikeueus sudah sering dibetulkan warga.

Namun tanggul buatan warga tersebut hanya bertahan sekitar 3 bulan. Wajar saja, lantaran hanya terbuat dari karung yang diisi pasir serta kayu-kayu sisa.

"Kondisinya sekarang ditahan pakai karung pasir ditancapkan pakai kayu, tidak permanen. Itu kalau ada air besar, jebol lagi," beber dia.

Jauh sebelum Asep menjabat sebagai ketua RW, kondisi tanggul sudah seperti itu. Bahkan dalam setahun ini, tanggul sudah jebol 4 sampai 5 kali.

Asep mengungkapkan, selama ini, warga sekitar secara swadaya membangun tanggul tersebut.

Pihaknya mengaku sudah lelah menerima keluhan dan malu harus melihat warga secara swadaya merenovasi tanggul.

"Saya menjabat sebagai ketua RW kurang dari setahun dan sudah empat kali jebol, kita swadaya benerin tanggul ini. Buat kali ini, saya malu minta swadaya dari masyarakat, karena jebol lagi, jebol lagi," ungkapnya.

Hasil swadaya masyarakat, kata dia, tidak banyak. Nominal yang terkumpul hanya mampu menutupi proses pengerjaan saja.

"Tidak banyak kadang tidak sampai dengan apa yang kerjakan, kadang saya yang nutupin, paling juga sejuta kemampuan masyarakat sisanya pake tenaga," bebernya.

Asep membenarkan kondisi seperti itu sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun.

Selama kurun waktu itu pula, belum ada perbaikan baik oleh pemerintah setempat atau pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

"Betul lebih dari 10 tahun, cuman makin ke sini makin parah, air terus mengalir tapi tidak ada perbaikan jadi hanya sebatas tanggul saja," tuturnya.

Ketika jebol, kata Asep, banjir kerap melanda ratusan rumah di beberapa RT seperti, RT 4,5,6,7 dan 8.

"Jadi tanggul itu ada tiga, dengan masing-masing panjang 5 meter. Ketinggiannya beda-beda, kadang sampai 70 cm, kadang sampai lutut pria dewasa, baru surut sekitar kurang lebih 5 jam," jelasnya.

Tak Kunjung Diperbaiki Permanen

Asep menjelaskan, masyarakat sudah bosan dengan kondisi banjir yang menahun tersebut.

Segala cara dan upaya, kata dia, sudah dilakukan termasuk berkomunikasi dengan tingkat Desa.

Namun sayang, jawaban dari pemerintahan setempat, lanjutnya, selalu tidak pasti.

"Masyarakat sudah bosen, cape, sekarang bingung mau diapakan, Saya sebagai ketua RW mikir tindakan apa yang dilakukan supaya tidak banjir lagi," ujar dia.

"Saya ke Desa sudah, katanya lagi diajukan, cuman tidak tahu bagaimana katanya dari pusat nya ga tau belum direalisasikan atau bagaimana," sambungnya.

Dia mengaku, ketika tanggul jebol kerap laporan pada pihak Desa terkait kondisi tanggul dan situasi banjir yang melanda warga.

"Setiap tanggung jebol saya lapor ke Desa, kadang Desa ngasi kayu karung, sebatas itu, sama ngajuin yang berkaitan," tuturnya.

Tak hanya RW 05 saja, Asep menyebut RW 6, 7, dan 8 pun kerap terkena banjir. Namun saat ini kondisi RW yang lain sudah berbeda, lantaran telah dibangun tanggul permanen.

"sama belum ada respon, tapi di RW lain sudah dibenerin, bagian RW saya belum dibenerin, alasannya belum ada dananya lagi digodok. Banjir ini sudah lama, kenapa tidak didahulukan yang kami yang terkena banjir. Di RW yang lain juga sama sebelum ada perbaikan pasti banjir," ungkapnya.

Kini Asep dan warga setempat selalu siaga ketika hujan turun untuk memantau debit dan ketinggian air sungai Cikeueus.

Ia berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul sungai Cikeueus agar ia dan warga bisa beraktivitas normal seperti sediakala.

"Saya selalu stay di walungan, buat ngontrol debit air sama ngeliat tanggul yang suka jebol, kalau jebol saya langsung ke warga agar barang-barang diselamatkan. kalau bisa secepat mungkin dibikin permanen, pondasi, tembok, ini sebatas karung sama kayu tidak akan lama," harapnya.

Sebelumnya, video Asep yang mengeluhkan banjir akibat tanggul sungai Cikeueus tersebar di media sosial Instagram.

Video yang diunggah di akun miliknya @Asep andian s12 ditonton oleh 2000 orang lebih, bahkan beberapa komentar menyebut nama akun Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bandung.

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/24/145520178/10-tahun-tanggul-di-bandung-kerap-jebol-ketua-rw-saya-malu-minta-terus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke