Salin Artikel

Kabupaten Bandung Tak Punya Anggaran Pemusnahan Hewan Terjangkit PMK

Pasalnya, sejauh ini belum ada anggaran terkait pemusnahan. Padahal pemusnahan efektif menekan penularan PMK.

"Kita selama ini tidak ada anggaran untuk pemusnahan, sebetulnya kalau pengin efektif itu semua hewan yang kena maupun diduga kena radius 10 kilometer itu harus dimusnahkan atau disembelih. Tapi sekali lagi belum ada anggaran," katanya kepada Kompas.com, Jumat (3/6/2022).

Soal pemusnahan, kata dia, dikembalikan ke masyarakat.

Jika dalam tiga hari hewan yang terjangkit PMK tidak memperlihatkan gejala untuk sembuh, Tisna menganjurkan untuk di potong.

"Daripada nanti terlanjur kurus, terlanjur mati, nanti dagingnya bisa dijual masih ada nilai ekonomis, asal diolah dengan baik," ujarnya.

Sejauh ini, ketersedian daging di Kabupaten Bandung tergolong aman.

Ada 7.000 ekor sapi potong untuk stok daging, sedangkan untuk stok hewan kurban Kabupaten Bandung menyediakan 3.000 ekor.

Tisna menjelaskan, stok untuk hewan kurban mengalami kekurangan.

"Di Cikancung itu tidak kurang ada 7.000 ekor untuk stok sapi potong atau daging, untuk kurban kita ada 3.000 ekor, kalau kurang yang 7.000 bisa di konversi untuk hewan kurban," ujarnya.

Dinas Pertanian Kabupaten Bandung tidak menampik, meski PMK mulai merambah, masih ditemukan bandar yang meminta didatangkan lagi sapi dari daerah luar.

Padahal, lanjutnya, stok di kandang masih tersedia dan dinyatakan sehat dari PMK.

"Yang sudah masuk itu banyak banget. Ada yang di dalam kandang itu sudah 150 bahkan sampai 300 ekor, tapi masih saya temukan bandar yang bandel, baru-baru ini datang ke saya untuk melakukan penambahan sebanyak 100 ekor, tapi saya tegur, saya suruh dia untuk membuat sehat sapi yang ada," kata dia.


Tisna menuturkan, setiap sapi yang masuk kendati ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) tetap akan dilakukan inkubasi selama 14 hari.

Para peternak diminta tidak dengan mudah mendatangkan sapi di tengah PMK yang masih tinggi.

"Kalau misalkan, tetap memaksa mendatangkan. Saya tidak bertanggungjawab, karena kan ada masa inkubasi selama 14 hari. Kalau pas datang dan ternyata stok baru terjangkit, gak sempat inkubasi dan sapi yang sudah sehat tertular siapa yang akan bertanggung jawab dan melakukan inkubasi," terangnya.

Secara tegas, Tisna tidak akan merekomendasikan untuk mendatangkan sapi dari daerah luar di tengah PMK yang belum usai.

"Dari kami tidak akan merekomendasikan kecuali nanti pada saat akan Idul Adha, karena di sana akan terputus karena akan di sembelih, tapi kalau jauh-jauh hari sudah disimpan di sini kalau ada yang positif siapa yang tanggungjawab siapa yang bisa isolasi," ungkapnya.

Butuh vaksin

Guna menanggulangi PMK, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung membutuhkan anggaran, vitamin  dan vaksin.

"Kita membutuhkan itu, terutama vaksin dan vaksin itu wilayahnya pemerintah pusat," tuturnya.

Hingga saat ini, ia masih belum tahu kapan vaksin akan datang dan segera dibagikan

Pemerintah pusat, sambung dia, berencana membuat vaksin sendiri juga mendatangkan langsung dari Jerman.

"Belum dapat kabar vaksin datang kapan tapi kemarin tanya ke kementerian itu ada dua pilihan, bikin sendiri atau impor dari Jerman. Begitu ditanya kapan, pokoknya segera kalau ada segera distribukan katanya. Ini kan hitungannya wabah ini menyebarnya mungkin bukan per hari, tapi per detik mungkin ya, sangat cepat" bebernya.

Tisna menyakini saat ini baik pemerintah pusat beserta kementrian sudah menyiapkan yang terbaik guna mengantisipasi PMK.

"Jadi ya kita harus kompak saja. Saya juga percaya kalau Kementerian lagi mati-matian supaya mendatangkan vaksin, ya mereka juga tahu lah konsekuensinya. Saya tuh kasian ini masyarakat, petani. Cuman yang untungnya kan gak menyebar ke manusia, aman dari konsumsi," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/03/151645778/kabupaten-bandung-tak-punya-anggaran-pemusnahan-hewan-terjangkit-pmk

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com