Salin Artikel

Kisah Pandi Mulayana, Kumpulkan Sampah untuk Seni hingga Bikin Pameran

BANDUNG, KOMPAS.com - "Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata," penggalan puisi WS Rendra ini mungkin pantas disematkan pada seniman asal Rancaekek, Kabupaten bandung.

Adalah Pandi Mulyana (38), seniman yang begitu total mendedikasikan hidupnya terhadap lingkungan.

Baginya, persoalan lingkungan bukan hanya dipikirkan dan diskusikan saja. Namun, harus dikerjakan melebihi kata-kata.

Saat melewati jalan Walini di Rancaekek pada Minggu (5/6/2022), berjajar berbagai karya seni unik. Ada lukisan dengan pemandangan, vas bunga, replika bonsai, akuarium, plakat, hingga meja.

Semuanya dihias dengan warna-warna alam, seperti cokelat, merah, atau hijau.

Alih-alih terbuat dari cat minyak atau cat warna, Pandi memanfaatkan sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya untuk menciptakan karya indah.

Sampah pampers atau diapers, masker bekas, plastik bekas kemasan, hingga ban bekas disulapnya menjadi karya seni yang indah.

Pameran perdana di sepanjang jalan Walini ini dibuat Pandi untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup.

Dipilihnya Jalan Walini, Kampung Babakan Asta, Desa Rancaekek Wetan untuk memamerkan sekitar 100 karya seninya bukan tanpa alasan. Baginya, jalan Walini memiki arti spesial.

Kembali ke medio 2018, Pandi ingat betul sepanjang jalan Walini penuh dengan sampah.

Padahal, jalan Walini tak pernah sepi. Selalu digunakan warga untuk lalu lalang.

Itulah momen pertama baginya tersadar akan masalah lingkungan.

Saat itu, Pandi mulai jengah dengan tumpukan sampah di sepanjang jalan yang tak jauh dari rumahnya. Dia pun nekat membersihkan sampah. Sebagian ada yang dijual, ada pula yang diolah menjadi karya seni.

"Dan alhamdulillah, dalam waktu 4 tahun perjuangan kita untuk mengubah Jalan Walini berhasil. Tanpa ada anggaran dari pihak manapun kita menggunakan modal dengan menjual sampah. Sampah kita jual, hasilnya kita berikan untuk keperluan sebuah karya," katanya kepada Kompas.com di Jalan Walini, Minggu (5/6/2022).

"Jadi maksud kita dipajang di jalan Walini ini karena banyak orang yang berlalu lalang dan kebetulan ini jalan walini ini waktu tahun 2018 penuh dengan tumpukan sampah. Maka saya berinisiatif gimana caranya jalan Walini ini bersih dan bisa membuat sebuah karya," ujarnya.

Rancaekek Berimajinasi, tidak untuk dijual

Pameran perdana yang bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup ini mengusung tema "Rancaekek Berimajinasi".

Makna dari tema tersebut, kata Pandi, merupakan tujuan dan cita-cita pribadinya untuk mewujudkan Rancaekek bersih dari sampah.

"Betul, jadi untuk judulnya adalah Rancaekek Berimajinasi, yang bertemakan mengubah daerah dengan sampah," kata dia.

Selain memamerkan 100 buah karyanya, kegiatan tersebut juga menampilkan Teater Kasunda.

Teater yang rata-rata diperankan oleh anak-anak kecil itu bertemakan tentang persoalan lingkungan.

Pandi juga mengenalkan pada masyarakat yang datang tentang bagaimana membuat karya seni dari sampah, terutama pembuatan pot atau vas bunga dari diapers.

"Ada penampilan teater, workshop membuat vas bunga dari diapers dan penampilan karya saya juga," kata Pandi.

Meskipun dari tangannya lahir karya-karya yang indah. Dalam kesempatan itu, Pandi sama sekali tak berniat menjual karyanya.

Pandi menjelaskan, untuk berkarya uang bukan ukuran. Ketika, ia harus menentukan harga untuk karyanya, maka bagi dia, karyanya sudah hilang esensinya.

Untuk saat ini, ia hanya membuka donasi bagi siapapun untuknya bisa terus berproses mengubah sampah menjadi karya indah.

"Tadinya kita mau taro harga, tapi hati kecil saya tidak memberikan ke arah situ, padahal kita udah bilang ke semuanya pas pameran karyanya mau dibanderol, tapi hati kecil saya tidak memberikan itu. Jadi kalau ada yang mau silakan datang ke Rumah Kreatif Mang Pandi. Paling untuk saat ini kita tidak jual beli, paling kalau mau silakan anda berdonasi untuk kegiatan kami," ucapnya.

Kondisi lingkungan di Rancaekek dan respons masyarakat

Kendati telah memberikan separuh hidupnya untuk lingkungan. Pandi mengatakan kondisi lingkungan di Kecamatan Rancaekek tidak berubah secara signifikan.

"Kalau sampah di lingkungan Rancaekek masih sama, sampah masih berserakan di mana mana," katanya.

Pandi menuturkan tidak akan sedikitpun menurunkan semangatnya hingga makna dari Tema "Rancaekek Berimajinasi" bisa terwujud.

"Jadi tujuan kami kenapa melakukan kegiatan pameran ini dengan harapan banyak orang yang menduplikasi kegiatan ini, dan bisa dilaksanakan di daerahnya masing-masing, dan terjadilah Pandi Pandi yang selanjutnya," ujarnya.

Sejauh ini, respon masyarakat terkait pameran tersebut sangat positif. Meski tetap saja stigma "Orang Gila" masih melekat padanya.

Meski begitu, ia tak mempedulikan klaim masyarakat tentang dirinya. Kepada Kompas.com ia mengaku stigma "Orang Gila" justru memberikan energi tambahan untuk membuat Karya baru.

"Respon masyarakat alhamdulillah antusias sekali, tapi awalnya respon masyarakat itu kita di anggap orang gila, seperti orang yang tidak bertanggung jawab, karena dengan kelakuan kita kaya gini. Tapi itulah cara kita untuk merubah suatu daerah," terangnya.

Pandi berharap pamerannya bisa menginspirasi siapapun agar bernai bergerak untuk lingkungan.

Terlebih, pria berkepala plontos ini ingin menularkan kesadaran pada masyarakat bahwa sampah bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.

"Harapan terbesar saya adanya pameran ini bisa menginspirasi semua orang   semua masyarakat terutama yang melintas di jalan Walini dan mengenalkan sebetulnya sampah-sampah yang ada di lingkungan itu sebetulnya bisa kita bikin menjadi sebuah karya dan dibikin sesuatu yang bisa bermanfaat," beber dia.

Sementara, salah seorang pengunjung Aris Fattah (29) warga Desa Rancaekek Wetan mengatakan kagum dan tak menyangka dengan karya-karya Pandi Mulyana.

Awalnya Aris tak tahu karya yang dibuat dan dipajang berbahan baku sampah.

"Saya kagum dan menaruh hormat, ini kan bahannya sampah semua, Kang Pandi membuatnya sendiri, saya takjub," ungkapnya.

Aris datang beserta teman-temannya, ia mengaku mengetahui pameran Kang Pandi dari media sosial.

"Tahu dari Facebook dan beberapa kawan posting di IG Story, jadi hari Minggu sengaja datang ke sini," jelasnya.

Melihat karya Pandi yang terbuat dari Sampah, Aris mengaku salut terhadap seniman yang ada di Kabupaten Bandung, terutama seniman yang tergerak oleh isu lingkungan.

"Jujur saja, saya merasa bangga, jika banyak orang seperti Pandi maka lingkungan di Kecamatan Rancaekek bisa bersih," bebernya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/06/104335878/kisah-pandi-mulayana-kumpulkan-sampah-untuk-seni-hingga-bikin-pameran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke