Salin Artikel

Peternak Ayam Petelur Kuningan Ungkap Sebab Harga Telur Melonjak Drastis

KUNINGAN, KOMPAS.com – Sejumlah peternak ayam petelur di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, menjerit.

Mereka mengeluhkan harga sejumlah jenis pakan dan konsentrat yang dijual pabrik terus mengalami kenaikan beberapa bulan terakhir. Ini menjadi faktor utama yang memicu harga jual telur ayam sangat tinggi.

Hal ini diungkapkan Enjen Januarokhim, salah satu peternak di Desa Sukasari Kecamatan Mandiran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Saat ditemui Kompas.com di kandangnya, Enjen spontan mengeluhkan kondisi harga pakan yang dia nilai sangat memberatkan.

Pria yang sudah memulai usaha telur sejak tahun 2007 mengungkapkan, kondisi harga pakan saat ini, sudah di luar kemampuan peternak.

Sedangkan harga pakan memiliki andil yang sangat besar dalam penentuan Harga Pokok Produksi (HPP), sementara manajemen dan perawatan hanya beberapa persen.

“Faktor utama adalah harga pakan. Sebulan ini saja, kenaikan sudah 1.000 rupiah perkilogram. Harga pakan yang tinggi, peternak tidak ketemu HPP-nya,” kata Enjen kepada Kompas.com di kandangnya, Senin (6/6/2022).

Saat ini, Enjen menyebut, harga pakan sudah di atas Rp 7.000 perkilogram, dari yang sebelumnya sekitar Rp6.000 perkilogram.

Memang kenaikan ini bertahap, tapi dalam waktu yang singkat dan berturut-turut. Peternak, kata Enjen, seakan dipaksa membeli pakan dengan harga yang sangat tinggi.

Kondisi ini sangat memberatkan peternak. Dengan harga pakan yang tinggi, HPP yang ditentukan peternak juga akan tinggi, karena harus disesuaikan. Bila tidak disesuaikan atau tetap menjual harga murah, peternak terancam gulung tikar.

Enjen coba membandingkan, sebelum harga naik drastis, dia bisa menentukan HPP Rp 18.000–19.000 perkilogram. Saat ini, harga Rp22.000 perkilogram saja tidak masuk hitungan HPP. Peternak merugi bila jual harga di jual HPP.

Sedang, setiap hari, enjen harus sedia pakan lebih dari satu ton untuk 1.200–1.500 ekor ayam petelur di beberapa kandangnya.

Pria yang pernah menjadi ketua kelompok peternak di desanya ini dengan tegas menyampaikan, salah satu cara agar harga telur turun, yakni penurunan harga pakan. Utamanya, harga pakan jadi, jenis konsentrat dari pabrikan.

“Kami mohon dengan sangat kepada pemerintah untuk mendatangi pabrik-pabrik pakan agar menurunkan harga. Utamanya itu, harga pakan mahal membuat banyak peternak kesulitan, karena biaya produksi paling tinggi ya pakan,” kata Enjen.

Hal serupa diungkapkan Asep Sutisna, pengelola kandang ayam petelur, Kurnia Makmur Farm, di Desa Mandirancan, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan.

Asep membenarkan fenomena harga telur di tingkat eceran yang mencapai 30.000 rupiah perkilogram. Mereka menjual harga seperti itu karena harga di tingkat peternak juga mengalami kenaikan.

Hari ini, Asep Sutisna menjual telur paling murah Rp 26.500 perkilo dengan kuantitas di atas 1 ton. Sedangkan di bawah 1 ton, harga berkisar Rp 27.000 perkilo.

Harga bisa mencapai di atas Rp 27.000 perkilo untuk kandang dengan populasi ayam di bawah 1000 ekor.

“Paling murah di kandangnya Rp 26.500. itu sudah paling murah dengan kuantitas banyak. Ada yang menjual Rp 27.000, dan di atas itu,” kata Asep kepada Kompas.com saat ditemui di kandangnya.

Kenaikan harga jual telur ayam ini dipicu dari naiknya harga pakan dari pabrik-pabrik yang cukup signifikan.

Kebutuhan pokok ayam itu sudah mengalami kenaikan sejak beberapa bulan terakhir. Yang paling dirasa, terjadi pada April dan Mei, karena dalam satu bulan, kenaikan sampai tiga kali.

Bila sebelumnya harga di kisaran Rp 6.000 perkilogram, hari ini pakan jenis konsentrat naik melebihi Rp 7.000 perkilogram.

Asep terbebani karena harus memberi pakan lebih dari satu ton untuk 18.000 ekor populasi ayam di delapan kandangnya.

Asep menegaskan, kenaikan ini sangat memberatkan para peternak. Pasalnya mereka harus menambahkan modal untuk membeli pakan.

Di sisi lain, peternak juga mendapatkan komplain dari para dagang karena daya beli masyarakat yang tidak kuat dengan harga tinggi.

“Jelas, kami sangat mengeluhkan harga pakan yang naik. Pakan jadi, konsentrat yang terus naik. Akhirnya peternak lokal harus menambah modal lagi untuk dapat membeli pakan. Kalau tidak beli pakan, otomatis ayamnya tidak dapat makan,” keluh Asep.

Asep sangat berharap pemerintah dapat mendatangi pabrik pakan untuk meminta menurunkan harga pakan.

Harga pakan yang stabil membuat perputaran ekonomi di pasar dan pengecer juga stabil.

“Pemerintah sangat diperlukan, dan dibutuhkan agar harga-harga seimbang. Tidak ada pihak yang dirugikan,” kata Asep.

Asep Sutisna, Enjen Januarokhim, dan sejumlah peternak lainnya memohon kepada pemerintah untuk segera turun ke pabrik-pabrik pakan.

Pemerintah meminta pabrik pakan untuk menurunkan harga pakan agar para peternak dapat menurunkan harga jualnya ke pedagang.

Di saat bersamaan, pedagang akan menurunkan harga jual telur ke konsumen dengan harga yang relatif stabil.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/06/161113078/peternak-ayam-petelur-kuningan-ungkap-sebab-harga-telur-melonjak-drastis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke