Salin Artikel

Proses Tak Akan Mengkhianati Hasil, Ujang, Si Tukang Bubur, Akhirnya Naik Haji

Namun, warga Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ini sempat dibuat khawatir.

Pasalnya, jadwal keberangkatannya pada tahun 2020 harus tertunda akibat pandemi Covid-19.

"Ya, waktu itu udah ke mana-mana aja mikirnya, takut enggak bisa berangkat karena Covid. Saya terus pantau perkembangan dari TV sama nguatin doa aja," kata Ujang kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2022).

Hampir gagal berangkat bersama istri

Ujang yang mendaftar haji pada tahun 2015 itu mengaku, hampir saja gagal berangkat bersama dengan sang Istri.

Saat dipanggil oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten Bandung, Ujang mendapatkan informasi bahwa sang istri akan berangkat pada kloter selanjutnya, yakni tahun 2023.

"Saya sempat kaget, karena hampir aja enggak jadi berangkat bareng istri saya. Tapi alhamdulilah, saya waktu itu mengupayakan dan meminta doa dari semua agar bisa berangkat bersama sesuai jadwal, akhirnya bisa," kata Ujang.

Kala itu, ada salah satu calon jemaah haji yang meninggal dunia dan tidak memiliki pengganti, sehingga posisinya diberikan pada istri Ujang.

Menabung sejak tahun 2010

Ujang bekerja keras untuk menabung agar bisa berangkat haji. Pria yang berprofesi sebagai tukang bubur ini sudah sejak 2010 mengumpulkan untuk bisa mendaftar haji.


Pepatah "sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit" dia praktikan bersama sang istri.

Bahkan, mereka sempat menabung di nominal paling kecil, yakni Rp 5.000.

"Enggak langsung ada uangnya. Saya niat waktu itu kumpulin pakai celengan. Dari nominal yang kecil sampai bisa nabung di bank," ujarnya.

Keuntungan yang tak seberapa dari hasil berjualan bubur setiap hari selalu disisihkan.

Sementara sang Istri, membantu mengumpulkan uang dengan berdagang gorengan serta nasi kuning.

"Istri juga ingin banget berangkat. Jadi waktu itu dia niat cari modal buat usaha sendiri, intinya buat keperluan dan pergi haji," ujar Ujang.

Ujang ternyata tak hanya berdagang bubur saja. Setiap akhir pekan, pada jam siang, dia kerap membantu beberapa kios di Pasar Soreang.

Ujang membantu melayani pembeli hingga jadi kuli kasar panggul.

Niat yang tulus dan yakin akan kebesaran-Nya, menjadi jalan dan cara tersendiri untuk bisa memberangkatkan Ujang dan istri ke Tanah Suci.

"Intinya jangan ragu dengan kebesaran Allah. Buktinya, saya penghasilan hanya segitu-gitu saja, tapi saya yakin, tawakal terus, dan bisa, terbukti," jelasnya.

Hingga saat ini dia tak pernah menyangka uang untuk berangkat haji terkumpul hanya dalam kurun waktu empat tahun saja.

"Rezeki dari mana-mana datangnya. Kerjaan dagang bubur, kadang jadi kuli kasar, tapi banyak rezeki dari luar itu. Membantu jaga rumah orang, teman lama minta dibangunin tempat usaha, sampai ngecat sekolah dan madrasah saya kerjain, tenyata mengalir semua," ungkapnya.

Membantu Pembangunan Madrasah

Salah satu yang Ujang yakini sebagai kasih sayang-Nya dan mendatangkan berbagai sumber rezeki adalah ketika dia membantu membangun sebuah madrasah untuk anak-anak di wilayah Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.

Ujang mengatakan, saat itu ibunya meninggal dunia dan meninggalkan sebidang tanah yang di atasnya sudah dibangun sebuah bangunan yang belum usai.

Dulunya ibu Ujang berencana untuk membuat kontrakan. 

Saat itu, dia sempat berpikir untuk merenovasi bangunan itu dengan uang yang dia kumpulkan untuk berangkat haji.

Namun, niat itu diurungkan, lantaran dia khawatir keberangkatannya gagal.

Adapun bangunan dengan luas 5x4 meter persegi itu akhirnya dihibahkan ke temannya yang berniat membangun madrasah.

Ujang meruntuhkan bangunan tersebut dan memberikannya untuk dijadikan fondasi madrasah.

"Saya runtuh kan dan kasih ke dia. Niatnya membantu anak- anak berproses belajar agama. Setelah itu, rezeki enggak berhenti datang dari hal-hal yang tak terduga," ujar Ujang.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/09/054500378/proses-tak-akan-mengkhianati-hasil-ujang-si-tukang-bubur-akhirnya-naik-haji

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com