Salin Artikel

Masyarakat Minta Pemda Serius Tangani Alih Fungsi Lahan di Kawasan Bandung Selatan

BANDUNG, KOMPAS.com - Masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Budaya dan Lingkungan Kabupaten Bandung melakukan aksi demonstrasi di depan halaman Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

Manager Advokasi dan Kampanye Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Jawa Barat, Wahyudin mengatakan, aksi tersebut dilakukan lantaran Kawasan Bandung Selatan (KBS) yang masuk teritorial Kabupaten Bandung mengalami banyak praktek alih fungsi lahan.

"Kegiatan ini salah satu peringatan hari lingkungan hidup sedunia. Kami menilai bahwa dalam konteks global Indonesia itu sedang mengalami krisis ekologi, krisis iklim, yang mana perubahan iklim itu sangat luar biasa," katanya kepada Kompas.com di depan Komplek Pemda, Kamis (9/6/2022).

Ada banyak faktor yang menyebabkan KBS mulai berubah fungsi, salah satunya adanya intervensi dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah, baik Provinsi, Kota dan Kabupaten.

"Tentunya itu banyak faktor yang mengintervensi situasi kondisi perubahan iklim yang terjadi di Indonesia," kata Wahyudin.

Menurutnya, wilayah KBS mengalami perubahan fungsi kawasan yang cukup signifikan.

Ia mencatat dan setahun, 10 sampai 20 hektar lahan di KBS berubah fungsi. Parahnya lagi, alih fungsi lahan itu terjadi di bantaran gerbang sungai, pesawahan dan perbukitan.

"Per - tahunnya itu semakin tinggi, tidak hanya 10 hektar tapi bisa meningkat 15 sampai 20 hektar perubahan fungsi di Kabupaten Bandung. Rata-rata perubahan fungsi itu terjadi di wilayah bantaran sungai, terjadi di wilayah persawahan dan perbukitan," tuturnya.

Selain itu, kata dia, alih fungsi lahan di KBS juga tidak terlepas dari intervensi izin wisata alam yang semakin marak.

"itu juga tidak lepas izin wisata alam yang begitu marak, tidak lepas dari izin tambang, komoditas baik galian C yang juga sampai sekarang masih berlangsung," terangnya.

Intervensi besar-besaran dari sektor pariwisata, dan infrastruktur terbukti menyebabkan bencana alam marak terjadi kawasan KBS.

Pasalnya, alih fungsi lahan KBS membuat fungsi cagar alam menurun sehingga daya dukung dan daya tampung kawasan yang ada di Kabupaten Bandung mengalami beban yang tinggi.

"Belum lagi penurunan fungsi cagar alam, belum intervensi pembangunan infrastruktur, belum lagi lahan-lahan kritis belum terselesaikan, sehingga daya dukung tampung yang ada di Kabupaten Bandung itu mengalami beban yang tinggi, jika itu dibiarkan maka persoalan banjir, persoalan longsor, lahan kritis itu akan bermuara pada perubahan iklim yang akan terus terjadi di sini," beber dia.

Minta Pemda Transparan Soal Revisi RTRW

Hingga saat ini, pihaknya menilai Pemda Kabupaten Bandung tidak terbuka soal revisi Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Tidak terbukanya Pemda soal Perda RTRW, kata dia, khawatir hanya akan mengakomodir segelintir orang, terlebih ada Undang-Undang Cipta Kerja yang mengamanatkan agar seluruh RTRW di satu wilayah terintegritas.

"Nah, kenapa kita lakukan aksi di Kabupaten Bandung, ini momennya sangat penting karena ada beberapa rencana pemerintah ke depan, pertama terkait revisi RTRW yang berkaitan dengan UU Cipta kerja, itu isinya mengamanatkan agar seluruh RTRW Kabupaten, Kota, dan Provinsi itu terintegritas, jadi akan ada perubahan zonasi," ujarnya.

Pihaknya meminta agar revisi Perda melibatkan banyak pihak. Jika tidak, sambung dia, khawatir Perda tersebut hanya menguntungkan pihak pemodal yang saat ini menyasar KBS.

"Dan kami khawatir perubahan zonasi hanya mengakomodir segelintir orang atau segelintir oknum pemodal untuk kepentingan pembangunan yang tentunya itu akan menyebabkan perubahan fungsi kawasan," bebernya.

"Kami sedang mencoba dengan Komunitas, dengan perwakilan warga Kabupaten Bandung untuk menyelamatkan KBS karena melihat perubahan alih fungsi kawasan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/09/162620178/masyarakat-minta-pemda-serius-tangani-alih-fungsi-lahan-di-kawasan-bandung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com