Salin Artikel

Kisah Tukang Becak Asal Majalengka, Nabung Rp 20.000 Tiap Hari untuk Naik Haji

MAJELANGKA, KOMPAS.com - Bagi Eme (65 tahun) dan Icih (62), pergi haji merupakan impian. Untuk mewujudkan impian tersebut, Eme yang berprofesi sebagai tukang becak harus bekerja keras.

Begitupun dengan istrinya, Icih, berjuang keras sebagai buruh tani.

Setiap hari, pasangan warga Dusun Jatiraga, Desa/Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka ini menabung untuk menunaikan rukun Islam kelima ini.

Tidak banyak. Setiap hari, mereka bisa menabung Rp 20.000 hingga Rp 50.000, tergantung ramainya pelanggan.

"Dari mengais rezeki jadi tukang becak saya sama istri selalu niat untuk menabung untuk naik haji. Paling sedikit Rp 20.000, kalau sedang ramai Rp 50.000 sehari," ucap Eme, belum lama ini.

Perjalanan sebagai tukang becak memang tidak selalu mulus dialami oleh Eme.

Suatu ketika, Eme pernah sama sekali tidak memiliki uang untuk makan sehari-hari. Sehingga, mau tidak mau, uang tabungannya diambil dengan harapan akan dikembalikan lebih banyak lagi kelak.

"Pernah waktu itu sama sekali enggak ada yang naik becak saya, jadi ke rumah tuh enggak bawa uang. Mau enggak mau, enggak nabung dan ambil sedikit tabungannya untuk makan hari itu," jelas dia.

Setelah menabung puluhan tahun, pasangan suami isteri ini bisa mendaftar haji. Sepuluh tahun kemudian, ia mendapat kabar bahwa ia dan istrinya menjadi calon jemaah haji 2022.

Bingung Tak Punya Bekal

Di tengah kebahagiaan yang dirasakan, ia mengaku sedih dan bingung. Karena pasangan lansia ini tidak memiliki sepersen pun uang untuk bekal ke Tanah Suci yang rencananya berangkat 11 Juni 2022.

Icih pun bingung saat menjalankan sejumlah program sebelum berangkat haji akhir pekan ini. Seperti manasik haji, pelatihan, dan mondar-mandir mengambil sejumlah fasilitas yang diberi pemerintah.

Ia bingung karena uang di tabungannya sudah tidak ada lagi.

"Saya itu bingung dari awal dinyatakan berangkat haji, ternyata harus ikut program-program, seperti manasik haji. Otomatis saya harus ke sana sama suami, tapi tuh ga ada ongkos ke sana, bekal makan selama di sana," ujar Icih dikutip dari Tribun Jabar.

Menurutnya, sempat saat manasik haji bersama sang suami tak membawa sepersen pun bekal.

Beruntung, saat itu, dalam pelaksanaannya, ada fasilitas makan gratis.

"Waktu di sana juga ditanya, ada bekal berapa untuk naik haji, kata saya gak ada sama sekali. Saya bingung. Uang sudah habis semua untuk biaya haji," ucapnya.

Bantuan Bupati Majalengka

Di kala kesusahan mencari bekal berangkat ke Tanah Suci, Bupati Majalengka Karna Sobahi menemui mereka dan memberikan bantuan.

Selain memberikan bantuan uang tunai, sejumlah pakaian dan peralatan salat, Bupati menjanjikan akan membelikan becak baru untuk Eme.

"Ya, alhamdulillah, ya, Allah, dapat bantuan dari Bupati. Senang sekali pastinya, jadi bisa bekal buat haji buat makan, minum di sana," jelas dia.

Bupati Majalengka, Karna Sobahi menyatakan, pihaknya akan memberikan bantuan berupa becak baru untuk kebutuhan bekerja Eme selepas pulang haji nanti.

Hal itu semata-mata, pihaknya bangga terhadap warganya yang bisa menunaikan rukun Islam ke-5 dengan jerih payah yang luar biasa.

"Kita bisa dengar tadi, mereka bisa menyisihkan uangnya sebagai tukang becak minimal Rp 10 ribu, Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu untuk bisa naik haji. Inikan luar bisa, jarang orang begitu."

"Makanya tadi selain saya dan istri memberikan bantuan untuk bekal, saya juga akan memberikan becak baru untuk Pak Eme agar semangat lagi kerjanya ngayuh becak," kata Karna Sobahi.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Tukang Becak Naik Haji, Tiap Hari Nabung Rp 10 Ribu untuk Berangkat Haji, Sempat Tak Punya Bekal

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/10/184932278/kisah-tukang-becak-asal-majalengka-nabung-rp-20000-tiap-hari-untuk-naik-haji

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com