Salin Artikel

Kisah Abah Damiri, Dulu Dapat Bantuan Satu Ekor Domba Kini Bakal Haji Sekeluarga

Pria 58 tahun itu dulu bagian kecil dari kelompok ternak yang diberi bantuan oleh Dedi Mulyadi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta pada 2009.

Seperti diketahui Kang Dedi Mulyadi sejak awal berkarir menjadi Anggota DPRD Purwakarta pada 1999 silam itu dikenal sebagai orang yang kerap memberikan hewan ternak pada warga.

Dedi lebih suka memberi hewan ternak dibanding uang tunai karena untuk mengajarkan warga hidup mandiri.

Pada 2009, kelompok ternak Gembala yang salah satu anggotanya adalah Abah Damiri mendapat bantuan domba. Abah Damiri sendiri saat itu mendapat satu ekor domba betina.

Domba milik Damiri kembali beranak hingga akhirnya total keseluruhan mencapai 13 ekor.

Awalnya mulai kewalahan mencari makanan untuk 13 domba. Ia sempat berpikiran akan menjualnya.

Sang istri saat itu meminta Abah Damiri tak menjualnya. Hingga akhirnya 13 ekor domba tersebut ia tukar dengan satu ekor munding atau kerbau.

Seekor kerbau yang ia rawat kemudian ditukar dengan dua ekor kerbau kecil.

“Setelah besar dua kerbau itu saya tukar lagi jadi empat ekor kerbau kecil,” ucap dia.


Setelah empat kerbau tersebut besar, Abah Damiri kemudian menjualnya menjadi dua petak sawah di kampung.

Hingga akhirnya ia memiliki penghasilan dari menjual padi dan kembali membeli membeli kerbau.

“Alhamdulillah sekarang ada penghasilan dari sawah sama munding yang lagi hamil,” ujar Damiri.

Abah Damiri yang datang ke Lembur Pakuan bermaksud untuk bertemu Dedi Mulyadi dan mengucapkan terima kasih.

Sebab dari satu ekor domba pemberian Dedi belasan tahun lalu, ia telah menjadi petani yang sukses. Anak-anaknya juga telah lulus sekolah.

Abah Damiri juga telah mendaftar haji bersama sang istri. Uang untuk haji telah disetor Rp 40 juta.

“Sekarang saya mau berterima kasih dari jasa kecil Kang Dedi sekarang jadi besar," ungkapnya.

Dedi Mulyadi yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu mengapresiasi keteladanan Abah Damiri.

Sebab dari rasa menerimanya, kejujuran dan keuletannya Damiri menjadi salah satu orang sukses di kampungnya.


Dari Abah Damiri, kata Dedi, kini semua orang bisa belajar bahwa kesuksesan bisa diraih oleh semua orang yang jujur dan mau berupaya.

Pria setengah baya itu memiliki aset ratusan juta dari hasil satu ekor domba.

“Sekarang Abah sudah kaya, sudah ada niat untuk haji juga. Sekarang giliran yang lain harus mencontoh Abah, ajarkan pada yang lain. Abah harus jadi inspirator,” ucap Dedi.

Dedi ingin keberhasilan Abah Damiri bisa dilihat semua orang bukan dalam artian ria, melainkan sebagai motivasi bahwa sekecil apa pun bantuan yang didapat akan membawa manfaat.

“Keberhasilan harus diperlihatkan pada orang lain agar orang lain tahu bahwa bantuan satu ekor domba kalau dikerjakan dengan ikhlas bisa kaya seperti abah. Jangan diam saja. Abah sudah jadi contoh, tauladan kalau Abah teh peternak unggul,” ujarnya.

Dedi juga berpesan agar Abah Damiri meneruskan usahanya dengan menjadi petani sekaligus peternak sukses yang bisa menginspirasi semua orang, terutama generasi muda.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/28/190654378/kisah-abah-damiri-dulu-dapat-bantuan-satu-ekor-domba-kini-bakal-haji

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com