Salin Artikel

Cerita Chef Asal Karawang Kenalkan Cendol ke Restoran Tertinggi di Dubai

Karena keterbatasan ekonomi, berbekal pendidikan D3 Perhotelan, ia mencoba melamar pekerjaan secara online.

Saat itu ia tengah bekerja di Bandung. Setelah mendapat pengumuman diterima di Shangri La Hotel, Abu Dhabi, tanpa pikir dua kali ia berangkat.

"Saya pikir kesempatan tak datang berkali-kali," kata Saugi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/7/2022).

Selama 3,5 tahun ia menjadi cook helper.

Pria asal Karawang, Jawa Barat itu terus mengasah kemampuan. Ia mengikuti berbagai kompetisi. Dari situ, ia mendapat promosi di tempat berbeda.

Setelah Covid-19 melanda, pria kelahiran Jakarta, 24 November 1987 itu sempat bekerja di Emirates Flight Catering.

Namun karena ada pengurangan staf, ia sempat kembali ke Indonesia selama enam bulan.

Seorang kenalan kemudian mengajak Saugi bekerja di Atmosphere Restaurant, Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirat Arab. Ia kini menjadi chef pastry.

Berhubung di sana makanan Indonesia kurang dikenal, ia dan excekutif chef restoran itu membuat menu khas Indonesia yang dimodifikasi untuk fine dinning.

Tujuannya agar pengunjung dari berbagai negara mengenal dan mencicipi kuliner Indonesia.

"Kita coba bawa menu Indonesia di sini," kata dia.


Misalnya sate maranggi yang dibuat dari daging wagyu lengkap dengan saus kacang yang dikemas dengan teknik marinasi western. Selain itu, ada juga nasi uduk yang disajikan lebih moderen.

Sedangkan untuk pastry, ada cendol dan ketan item. Tentu saja disajikan dengan modifikasi.

"Cendol kita buat musk, gula merah dari indonesia, dengan pandan ice cream," kata dia.

Ia bersyukur penganan-penganan itu mendapat penilaian dan respon baik dari pelanggan.

Bahkan chef sekelas internasional pun mengapresiasi dan mengaku baru menemukan desert yang unik, menarik dan rasa yang pas.

"Pak Ridwan Kamil juga sempat ke sini. Beliau sempet kaget juga dan adanya ini apa. Sempet tebak-tebakan. Kami jawab cendol, dia kaget bisa diginiin juga. Alhamdulillah diapresi," ungkapnya.

Ditanya soal mengapa memilih menjadi chef, Saugi menjawab berawal dari hobi sang ibu.

"Ibu saya suka sekali membuat kue. Dan akhirnya saya diarahkan untuk kuliah di dunia perhotelan," ungkapnya.

Saugi pun menceritakan pertemuannya dengan Menteri Badan Usaha Milik Negera (BUMN), Erick Tohir.

Ia menyebut telah banyak pejabat hingga public figure yang datang ke restoran itu dan ada chef asal Indoensia.

Saugi mengaku bersyukur mendapat kesempatan menjadi chef di Atmospher Dubai dan mengenalkan penganan khas Indonesia.

Apalagi suasana kerja di sana sangat menjunjung tinggi profesionalisme. Di tempat kerja sebagai rekan kerja meski berbeda usia dengan jabatan berbeda. Begitu pun soal gaji, menyesuaikan kemampuan.

"Selain dapat gaji, juga dikasi tempat tinggal dan transport," kata dia.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/14/172535478/cerita-chef-asal-karawang-kenalkan-cendol-ke-restoran-tertinggi-di-dubai

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com