Salin Artikel

Air Situ Ciburuy Hitam Pekat dan Menyengat, Warga: Air Sumur Jadi Bau, Dipakai Mandi Bikin Badan Gatal

KOMPAS.com - Situ Ciburuy di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat (Jabar), mengalami pencemaran. Airnya sampai berwarna hitam pekat dan berbau menyengat.

Kondisi ini berdampak pada warga di sekitar Situ Ciburuy. Sudah berhari-hari, air sumur mereka yang semula bersih, tak bisa lagi dikonsumsi.

Ketua RW 008 Wati mengatakan, tercemarnya Situ Ciburuy membuat air sumur milik warga tak bisa dipakai, terutama untuk minum dan memasak.

"Air sumur milik warga, jadi bau ketika dimasak, terus kalau dipakai mandi badan juga jadi gatal-gatal," ujarnya, Jumat (15/7/2022), dikutip dari Tribun Jabar.

Untuk minum dan memasak, warga terpaksa membeli air galon setiap hari.

"Kalau untuk mandi masih bisa digunakan, kalau untuk masak dan minum tidak bisa, soalnya takut beracun atau berdampak pada kesehatan," ucapnya.

Anggota Komando Rayon Militer (Koramil) Padalarang Sertu Saiful Dani menuturkan, berdasarkan hasil pengecekan, sumur warga yang terdampak pencemaran berada dalam radius 100 meter dari Situ Ciburuy.

"Kondisi air sumur itu saat dimasak menimbulkan bau, jadi tidak bisa dikonsumsi. Untuk kebutuhan lain, warga harus membeli galon Rp 30 ribu per hari," ungkapnya.

Berdasarkan inspeksi petugas gabungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar dan KBB serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) KBB, penyebab pencemaran di Situ Ciburuy diduga berasal pabrik pencucian karung bekas tepung terigu di RW 013, Desa Padalarang.

Penjabat Pengawasan Lingkungan Hidup (PPLH) DLH Jabar Risda Susanti menjelaskan, pabrik itu diduga membuang air sisa pencucian tanpa melalui pengolahan air limbah terlebih dahulu.

"Air dari proses pencucian karung bekas itu tidak dilakukan treatment pengolahan (limbah) tapi langsung dibuang ke saluran drainase yang menuju ke Danau Ciburuy ini," tuturnya, Sabtu (16/7/2022).

Alhasil, air berbau busuk bekas pencucian karung mencemari perairan. Baunya yang menyengat terasa oleh warga di sekitaran Situ Ciburuy sejak satu pekan terakhir.


Di samping itu, pekatnya air Situ Ciburuy diduga berasal dari limbah berbahaya sisa pembakaran batu bara atau fly ash and bottom ash (FABA) dari aktivitas pembuatan batako.

"Kita menemukan fakta adanya aktivitas pembuatan bata yang bahan bakunya fly ash bottom ash, ini limbah industri kategori B3 berbahaya tapi bukan dari PLTU," jelasnya.

Petugas gabungan mendapati masyarakat RW 013 menggunakan limbah sisa pembakaran batu bara untuk didaur ulang menjadi bahan baku material batako.

Limbah yang masuk kategori B3 (bahan berbahaya dan beracun) ini diduga tergerus aliran air melalui parit dan bermuara di perairan Situ Ciburuy, sehingga membuat air di Situ Ciburuy menjadi hitam pekat dan mengakibatkan ikan-ikan di danau tersebut mati.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan limbah B3, DLH akan melakukan kajian terkait kandungan baku mutu air.

"Mungkin nanti kami akan mengambil sampel lanjutan untuk mengetahui parameter apa yang memengaruhi baku mutu air. Karena jika melebihi baku mutu air, dampaknya ke masyarakat sekitar," bebernya.

Selain itu, terang Risda, hasil pemeriksaan sementara ini akan dikaji terlebih dahulu untuk menentukan langkah selanjutnya demi menormalkan lagi air di Situ Ciburuy.

"Hasil (pemeriksaan) ini akan kami sampaikan ke pimpinan apa yang menjadi fakta di lapangan mengapa danau Ciburuy bisa seperti ini. Tindak lanjutnya mungkin nanti bisa jadi kami ada pengambilan sampel lanjutan," paparnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Bandung Barat dan Cimahi, Bagus Aji Panuntun | Editor: Gloria Setyvani Putri)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Jabar.id dengan judul Nestapa Warga Dekat Situ Ciburuy, Akibat Pencemaran, Air Sumur Kini Jadi Bau, Tak Bisa Lagi Dipakai

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/17/110000478/air-situ-ciburuy-hitam-pekat-dan-menyengat-warga--air-sumur-jadi-bau-dipakai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke