Salin Artikel

Paceklik, Petani Cabai Kabupaten Bandung Keluhkan Cuaca Ekstrem hingga Gangguan Hama

BANDUNG, KOMPAS.com - Harga cabai rawit di pasaran masih melonjak tinggi. Pantauan Kompas.com, harga cabai rawit merah di beberapa pasar di Kabupaten Bandung menginjak angka Rp 90.000 per kilogram, sedangkan untuk cabe rawit hijau Rp 82.000 per kilogram.

Hal tersebut disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, semakin berkurangnya jumlah pasokan dari petani cabai ke pasar Kabupaten Bandung.

Minimnya pasokan cabai pun bukan tanpa alasan. Salah satu petani cabai menceritakannya kepada Kompas.com.

"Sekarang penanaman (cabai) memang kurang, karena itu otomatis kebutuhan bertambah. Nah jadi barang kurang, kebutuhan banyak, otomatis harga melonjak," kata Ujang (58) salah satu petani cabai di Cimaung, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (19/7/2022).

Selain itu, faktor cuaca yang tak menentu, kata dia, menjadi faktor paling bahaya dalam proses penanaman cabai.

"Karena jika cuaca sedang buruk atau anomali, pasti banyak yang gagal panen hasil produksi pasti menurun," jelasnya.

Kendati begitu, harga cabai pelbagai jenis dari petani ke pasar sudah mengalami penuruan.

"Jenis cabai keriting merah itu saat ini dari petani itu sekitar Rp 40.000 sampai Rp 50.000 per kilogram. Kalau dulu-dulu mencapai Rp 60.000 per kilogram. Itu turun setelah lebaran Idul Adha. Kalau cabai rawit merah juga sama sekitar Rp 40.000-50.000 per kilogram," ujarnya.

Jika, musim sedang baik, dan hasil panen tidak ada yang gagal, lanjut dia, para petani di Cimaung mengirimkan cabai sampai ke Pasar Cibitung, Jakarta.

"Ya, kalau pasokannya lagi sedikit, kita kirim ke Pasar Induk kaya Caringin, atau pasar lokal di Kabupaten Bandung," beber dia.

Bukan hanya penanaman dan faktor cuaca yang jadi masalah. Ujang mengatakan, merebaknya hama yang membuat cabai busuk juga menjadi ancaman kelangkaan cabai.

Tak tanggung-tanggung, Ujang menyebut, penurunan hasil panen akibat hama bisa mencapai 50 persen.

"Soalnya kalau hama ini tidak bisa ditangani, jelas parah. Sekarang kan lagi banyak cabai rawit merah yang terserang hama patek itu," terangnya.

Sejauh ini, para petani cabai, khususnya yang berada di Cimaung, Kabupaten Bandung masih mencari dan meneliti obat penangkal hama patek.

"Sementara petani udah mencoba pakai obat ini, obat itu, segala macam masih aja seperti itu. Sekarang juga para petani lagi penelitian tentang itu obatnya," jelasnya.

Jika sudah terserang hama patek, sambung dia, petani cabai Cimaung hanya bisa mengirim ke pasar sebanyak 10 sampai 15 karung saja.

"Jadi saat ini cabai yang terserang hama ya mau ga mau dibuang paling jadi sampah," bebernya.

Ujang berharap Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung, bisa mencarikan solusi bagi ia dan petani lainnya.

"Bantuan dari pemerintah kepada petani itu pertama, cara penanganan hama, kedua masalah pupuk, ketiga obat-obatan. Kan sekarang banyak yang mengeluh masalah obat patek, karena banyak yang tidak mampu. Karena ini juga otomatis produksi jadi menurun," katanya.

Pedagang pasar kebingungan

Ditemui terpisah, Lila Cahyati (42) salah seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Banjaran mengakui saat ini harga cabai masih melonjak tinggi.

Diakuinya, sebelum Idul Adha, ia sempat menjual hingga harga yang cukup fantastis.

"Saya sempat menjual Rp 100.000 per kilo, sebelumnya jauh cuma Rp 50.000 per kilo itu untuk cabe rawit, kalau bawang Rp 70.000 per kilogram, sebelumnya Rp 30.000 per kilogram," ujarnya.

Kendati, hari ini harga cabai rawit baik hijau atau merah sudah mengalami penurunan.

Ia mengaku, pasokan cabai dari distributor masih terbilang jarang.

"Ya masih jarang, untungnya daya dapet kiriman dari petani yang kualitas bagus jadi bisa bertahan aga lama dari biasanya," kata dia.

Lila mengaku bingung di tengah pasokan yang minim, apakah harus menaikan harga atau menyesuaikan dengan yang lain.

"Mau gimana ya? Bingung juga, naikin takut pelanggan bubar, paling sejauh ini mah menyesuaikan saja," kata dia.

Informasi yang didapatnya, minimnya pasokan ke kiosnya, lantaran faktor cuaca yang tak menentu, sehingga menyebabkan gagal panen.

"Sempat nanya, katanya banyak yang gagal panen, cuacanya buruk, jadi ya ada imbas ke sini," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/19/193120078/paceklik-petani-cabai-kabupaten-bandung-keluhkan-cuaca-ekstrem-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke