Salin Artikel

PKL Tolak Direlokasi Selama Pengerjaan Proyek "Malioboro" Tasikmalaya, Pilih Bertahan di Jalan Samping Alat Berat

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menolak direlokasi ke Komplek Olahraga Dadaha dan memilih bertahan berjualan di jalan dekat alat berat saat pengerjaan proyek Malioboro, Rabu (20/7/2022).

Mereka sepakat tak akan menghalangi pengerjaan proyek. Namun, mereka akan terus bertahan di Jalan Cihideung meski tempatnya satu-persatu terusir oleh alat berat proyek saat penggalian.

Proyek "Malioboro" Tasikmalaya merupakan pelebaran trotoar atau pedestrian pejalan kaki di dua jalan pusat bisnis Kota Tasikmalaya dari Dana Alokasi Umum Tahun 2022 sebesar Rp 4,4 Miliar untuk Jalan HZ Mustofa dan Rp 5,4 Miliar untuk Jalan Cihideung.

"Kami sebagai PKL akan tetap menolak relokasi (ke Dadaha oleh Diskoperindag) dan akan bertahan di Jalan Cihideung selagi ada tempat yang bisa dipakai jualan atau berdagang. Kami tak akan menghalangi, dan cari sudut-sudut buat lapak di samping alat berat," jelas Ketua PKL Cihideung, Kota Tasikmalaya, Adang Sutiawan, kepada wartawan, Rabu siang.

Adang menambahkan, selama ini seluruh para PKL Cihideung selalu berdampingan dengan para pemilik toko dan tidak ada masalah sejak puluhan tahun silam.

Tuntutan PKL sama dengan seluruh warga dan pedagang meminta jalan ini tak ditutup akses kendaraan serta tak direlokasi selama pembangunan proyek pedestrian untuk pejalan kaki.

"Jadi ada pedagang rekan kita yang terusir galian alat berat, geser ke tempat aman jualannya, geser lagi, geser lagi, tapi masih tetap di jalan sama. Intinya kita tolak relokasi," tambah Adang.

Sebelumnya, lanjut Adang, para PKL Cihideung sempat diminta direlokasi sementara ke Dadaha oleh Disperindag saat pengerjaan proyek pedestrian oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Tasikmalaya.

PKL masih bertahan dengan tenda-tenda biru depan pertokoan Cihideung berdampingan dengan para pemilik toko sekaligus warga setempat.

"Paling itu solusi buat kami. Hingga kini pihak dinas belum pernah ada pertemuan lagi dengan kami," ujar dia.

Dia mengatakan, selama ini tak pernah mendapat sosialisasi terkait proyek Malioboro-nya Tasikmalaya tersebut.

Pihaknya mengaku sangat mendukung pemerintah kota mempercantik tata kota, tapi mesti mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi warganya.

Apalagi, di jalan Cihideung selama ini dikenal dengan pusat Tata Niaga Kota Tasikmalaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Kita mendukung perbaikan infrastruktur, tapi kalau jalan ditutup total, kami bagaimana usaha. Kami baru saja lewati masa pandemi, saat akan bergerak lagi jalan ditutup. Jelas usaha kami mati kalau jalan ditutup," ujar dia.

Sebelumnya, warga Jalan Cihideung dan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menuntut pelaksanaan proyek pelebaran trotoar mirip Malioboro tak menutup akses kendaraan di pusat bisnis itu.

Selama ini mereka kaget karena proyek itu tak disosialisasikan terlebih dahulu oleh Dinas PUTR kepada warga yang mayoritas pedagang turun temurun tersebut.

Mereka protes pembangunan proyek itu seakan dipaksakan pemerintah daerah tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi para pelaku usaha mulai PKL, toko sampai para tukang parkir.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/20/150531578/pkl-tolak-direlokasi-selama-pengerjaan-proyek-malioboro-tasikmalaya-pilih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke