Salin Artikel

Sebelum Meninggal, Bocah SD di Tasikmalaya Dipertemukan dengan Para Pelaku, Kasus Selesai di Tingkat RW

Aan mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan bahwa sebelum meninggal, korban dan para pelaku sekaligus teman-temannya sudah dikumpulkan oleh petugas RT dan RW setempat. 

Namun, P2TP2A sangat prihatin saat mendengar korban meninggal akibat depresi yang dialaminya usai kejadian tersebut.

"Kami prihatin. Sebetulnya sebelumnya sudah dibereskan dengan Pak RT dan RW setempat (kasus itu). Kemudian anaknya meninggal dan perlu ditindaklanjuti. Anak-anak para pelaku pun mesti direhabilitasi dengan pengawasan penuh orangtuanya masing-masing," jelas Aan kepada Kompas.com, Kamis (21/7/2022).

Aan menambahkan, pihaknya mencatat ada tiga kasus bullying di Kabupaten Tasikmalaya. Tiga kasus ini terjadi di sekolah dan lingkungan perkampungan.

Ketiga kasus itu sudah selesai ditangani, termasuk kasus yang viral saat ini yang terus dilakukan monitoring terkait perkembangan usai kejadian yang mereka alami.

"Tidak sering juga (kasus bully di Kabupaten Tasikmalaya). Data ke kita ada tiga tiga kasus bullying selama setahun. Kami sudah lakukan perlindungan dan sudah diatasi para korban dan pelaku tindakan bullying. Kami juga kebetulan membentuk desa ramah anak. Semua mensosialisasikan perlindungan anak," ujar dia.

Aan mengatakan, tak menutup kemungkinan kasus bullying anak bisa saja bertambah karena dinilai sebagai fenomena gunung es atau kemungkinan masih bisa terjadi.

Sehingga, peran orangtua serta orang dewasa di lingkungan sekitar sudah seharusnya mencontohkan sikap anti bully atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan sebutan "popoyok", terutama terhadap anak.

"Tiga kasus, satu di Cigalontang sudah selesai anaknya dipulihkan. Sekarang ini (viral kasus dengan kucing) dan satu lagi itu tidak terlalu ekstrem, tetap kita selesaikan dan pulihkan," kata dia.

Secara keseluruhan, kasus anak yang ditangani oleh tiga lembaga yakni P2TP2A, KPAID Kabupaten Tasikmalaya, dan Polres Tasikmalaya, seluruhnya berjumlah 53 kasus.

Dari jumlah itu, pihaknya menangani 35 kasus dan tiga di antaranya adalah kasus bullying.

"Sebetulnya pengasuhan utama dan paling utama anak adalah orangtua. Kita semua di dinas tidak mungkin datang ke per keluarga dari 351 desa yang ada di Kabupaten Tasikmalaya untuk mengawasi, enggak mungkin. Kita selama ini berjejaring dengan elemen masyarakat yang ada," ujar dia.

Sebelumnya, F, seorang bocah SD berumur 11 di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dipaksa teman-temannya menyetubuhi kucing sembari direkam menggunakan ponsel.

Akibat rekaman itu tersebar, korban menjadi depresi dan tidak mau makan dan minum sampai kemudian meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit pada Minggu (17/7/2022).

Selain menjadi korban perundungan selama masih hidup, bocah itu kerap dipukuli oleh teman-teman bermainnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/21/132737878/sebelum-meninggal-bocah-sd-di-tasikmalaya-dipertemukan-dengan-para-pelaku

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke