Salin Artikel

5 Biografi Singkat Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat

KOMPAS.com - Indonesia bisa menjadi negara merdeka dan berdaulat tak lepas dari jasa dan pengorbanan para pahlawan.

Peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 adalah hasil dari perjalanan panjang perjuangan merebut kemerdekaan di berbagai daerah.

Pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional atas tindakan yang dianggap heroik yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya atau berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.

Terkait pemberian gelar pahlawan nasional, persyaratannya telah diatur dalam UU No. 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

Beberapa tokoh dari Jawa Barat telah tercatat namanya sebagai pahlawan nasional.

Dilansir dari laman Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial, berikut adalah biografi singkatnya.

DR. Kusumaatmadja adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 8 September 1898 di Purwakarta, Jawa Barat

Beliau adalah Ketua Mahkamah Agung Pertama dan Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Beliau lulus dari Sekolah Tinggi Kehakiman (Rechtschool) pada tahun 1913 dan meraih gelar doktor pada tahun 1922 setelah mendapat beasiswa ke Universitas Leiden, Belanda.

Setelah proklamasi kemerdekaan, pada 19 Agustus 1945 DR. Kusumaatmadja ditugaskan untuk membentuk Mahkamah Agung dan sekaligus diangkat menjadi Ketua Mahkamah Agung RI yang pertama.

DR. Kusumaatmadja wafat pada usia 53 tahun pada 11 Agustus 1952 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

DR. Kusumaatmadja kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 14 Mei 1965 melalui SK No.124 Tahun 1965.

Raden Eddy Martadinata adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 29 Maret 1921 di Bandung, Jawa Barat.

Beliau merupakan tokoh Angkatan Laut RI yang sempat diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Laut pada masa presiden Soekarno.

R.E Martadinata wafat pada usia 45 tahun dalam kecelakaan pesawat helikopter pada 6 Oktober 1966 di Gunung Riung, Pangalengan dan dimakamkan di TMPN Utama Kalibata.

R.E Martadinata kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 7 Oktober 1966 melalui SK No.220 Tahun 1966.

Raden Dewi Sartika adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 4 Desember 1884 di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat.

Beliau adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita dan telah mendirikan sekolah pertama untuk perempuan yaitu Sekolah Keutamaan Isteri.

Beliau bahkan mendapat penghargaan bintang perak dari pemerintah Hindia Belanda untuk Sekolah Keutamaan Isteri yang didirikannya.

Sekolah Keutamaan Isteri berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi pada 1929. Kurikulum sekolah pun semakin bertambah, dari membaca, menulis, pelajaran agama, menjahit, menyetrika, memasak, membatik, hingga keperawatan orang sakit.

Raden Dewi Sartika wafat pada usia 62 tahun pada 11 September 1947 dan dimakamkan di Astana Anyar, Bandung.

Raden Dewi Sartika kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 7 Oktober 1966 melalui SK No.252 Tahun 1966.

KH. Zainal Mustofa adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 1899 di Bageur, Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya,Jawa Barat.

Beliau adalah sosok yang menyatakan perlawanan dan menolak bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda maupun Jepang.

KH. Zainal Mustofa juga menjadi pendiri Pondok Pesantren Sukamanah pada 1927, di mana nama Sukamanah memiliki makna suka berpikir atau suka belajar.

KH. Zainal Mustofa wafat pada usia 45 tahun pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Sukamanah, Tasikmalaya.

KH. Zainal Mustofa kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 6 November 1972 melalui SK No.064/TK/1972.

R. Otto Iskandardinata adalah sosok pahlawan nasional kelahiran 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat.

Beliau adalah Pejuang Kemerdekaan Indonesia yang merupakan anggota BPUPKI dan PPKI.

Sebelumnya pada tahun 1930 ia menjadi anggota Volksraad dan dijuluki “Si Jalak Harupat” karena keberaniannya.

Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, R. Otto Iskandardinata mengusulkan agar Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

R. Otto Iskandardinata wafat pada usia 48 tahun pada 20 Desember 1945 dan dimakamkan di Pasir Pahlawan, Lembang.

R. Otto Iskandardinata kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada 6 November 1973 melalui SK No.088/TK/1973.

Sumber:
indonesiabaik.id
direktoratk2krs.kemsos.go.id

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/24/150700178/5-biografi-singkat-pahlawan-nasional-asal-jawa-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke