Salin Artikel

Ridwan Kamil Ungkap "Dry Dam" di Ciawi dan Sukamahi Akan Beroperasi Tahun Ini

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan dua bendungan yang dibangun untuk mengendalikan banjir di Jakarta ini akan segera diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

Ridwan menyebutkan, dua bendungan kering pertama di Indonesia ini dipastikan bakal rampung dan akan berfungsi penuh pada tahun ini.

"Saya ditugaskan presiden ke sini untuk mengecek dan memastikan pembangunan cepat selesai dan melaporkannya kepada masyarakat. Karena dalam waktu dekat akan diresmikan oleh pak Presiden,” ucap Kang Emil, sapaannya, didampingi Plt Bupati Bogor, Iwan Setiawan, Senin.

Kang Emil menerangkan, nantinya dua bendungan kering ini bisa membantu mengurangi volume air atau debit banjir yang biasa mengalir melalui Sungai Ciliwung lalu masuk ke wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Menurut dia, dua dari sembilan bendungan yang dibangun di Jawa Barat ini bisa menjadi contoh betapa pemerintah serius dalam mengurangi kebencanaan.

Kedua bendungan tersebut akan dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).

Pengelolaannya, kata Kang Emil, bisa dikelola sendiri, koperasi, atau dilelang ke pihak ketiga.

Namun, aset ini tetap milik negara hanya saja nanti operatornya fleksibel sesuai dengan aturan yang berlaku.

Di samping itu, dua bendungan ini sangat erat dengan pemandangannya yang indah karena berada di daerah wisata perbukitan Puncak Bogor.


Bendungan Ciawi terletak di Desa Cipayung, Desa Gadog, dan Desa Sukakarya di wilayah Kecamatan Megamendung serta Desa Kopo di wilayah Kecamatan Cisarua.

Sementara bendungan Sukamahi berada di hulu Sungai Cisukabirus (anak Sungai Ciliwung), tepatnya di Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung.

Karena itu, Kang Emil berharap ada nilai ekonomi pariwisata di dua bendungan yang berada di Kabupaten Bogor tersebut.

Menurutnya, objek wisata itu bisa ditentukan oleh kekayaan alam apa yang ada di tiap daerah.

"Saya titip agar ada ekonomi pariwisata bagi dua bendungan ini, sehingga bisa menambah popularitas Kabupaten Bogor yang indah dalam hal pariwisata," ujarnya.

Bendungan tidak identik dengan hal-hal yang sangat teknis saja, kata Kang Emil, tetapi hal-hal visual juga yang bisa membuat orang bangga melihat tempat yang luar biasa indah ini.

Terlebih bendungan Ciawi dan Sukamahi tersebut merupakan bendungan kering yang pertama dibangun di Indonesia.

"Dengan melihat pemandangan yang indah saja sudah dianggap healing. Tinggal kalau orang berkunjung ke sini enggak mungkin kalau enggak makan, jadi bisa ada kulinernya juga. Sehingga orang pulang dari sini bisa senang dan punya memori positif,” terang Kang Emil.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/25/230401178/ridwan-kamil-ungkap-dry-dam-di-ciawi-dan-sukamahi-akan-beroperasi-tahun-ini

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com