Salin Artikel

Penantian Warga Desa di Kabupaten Bandung, Sudah 12 Tahun Tunggu Jalan Rusak Diperbaiki

Jalan yang menjadi akses satu-satunya itu kondisinya rusak parah. Pantauan Kompas.com, jalan didominasi oleh bebatuan seukuran batu kali dengan berbagai bentuk.

Material tanah, serta lubang-lubang dengan kedalaman yang beragam mewarnai jalan tersebut.

Belum lagi ilalang liar dengan panjang yang beragam pula menambah buruknya jalan utama Kampung Babakan Siliwangi itu.

Lilis (46) salah seorang warga mengatakan, jalan rusak tersebut memanjang hampir 2 kilometer.

Dulu, kata dia, tidak hanya jalan utama, jalan-jalan gang kecil pun kondisinya sama. Layaknya, walungan (sungai) kering.

Kendati sudah di aspal sebanyak dua kali, Lilis menyebut aspal cepat rusak, lantaran kerap diterjang air ketika hujan deras turun.

Ditambah lagi, sepanjang jalan tersebut, selokan untuk aliran sungai sudah tidak berfungsi.

"Ya, selokan juga gak ada, jadi kalau hujan deras airnya bukan ke selokan malah ke jalan, mungkin aspalnya habis karena air yang turun dari atas," kata dia.

Bahkan, saat hujan turun dengan intensitas yang tinggi, kendaraan bermotor sudah dipastikan sulit untuk melewati.

"Kalau hujan gede, jarang ada kendaraan yang lewat, jangan kan mobil, motor aja susah untuk ngelewatin," kata Lilis.

Lilis yang sudah sejak kecil tinggal di Kampung Babakan Siliwangi itu menuturkan, sejak kondisi jalan utama tersebut berubah. Warga sekitar sudah me merasa tak aneh jika ada pengendara yang jatuh.

"Yang lewat juga sudah sering jatuh. Motor gak bisa lewat, jadi kalau ada yang jatuh udah biasa," ujarnya.

"Licin juga karena ada beberapa batu yang sudah berlumut," beber dia.

Lilis mengaku khawatir dengan kondisi tersebut, terutama bagi kaum wanita yang sedang dalam kondisi hamil.

"Khawatir, apalagi Ibu-ibu yang sedang hamil, kemudian juga anak-anak yang sudah sekolah, cukup jauh jalan kaki ke SN Kina 1, yang beraktifitas juga sama khawatir jatuh atau apa," beber dia.

Kondisi tersebut, lanjut Lilis, sangat kontra dengan lokasi wisata yang dibangun dan berdiri tak jauh dari kediamannya.

"Di atasnya tempat wisata tapi jalannya kaya gini. Kalau ke atas ke arah tempat wisata Ci Tiis jalannya lebih rusak lagi, kalau di sini batunya kecil-kecil kalau di atas lebih besar lagi batuan," jelas dia.

Meski kondisi jalan tersebut rusak parah. Lilis mengaku, pihak RT dan RW sudah mengajukan perbaikan jalan ke Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

"Sebetulnya kalau pengajuan perbaikan itu sudah sering, sudah lama, tapi tertunda gak tahu di tunda-tunda, sampai sekarang masih gini," sambungnya.

Meski baru-baru ini mengajukan perbaikan jalan, Lilis mendapatkan informasi bahwa jalan tersebut akan diperbaiki di Bulan September 2022.

"Kebanyak ditunda perbaikan jalannya, saya nyangkanya ditunda-tunda, jadi akhirnya RT dan RW bergerak ke Pemda," terangnya.

Lilis berserta warga RT 03 lainnya, berharap ada uluran tangan dari Pemda untuk melihat langsung kondisi dan segera memperbaikinya.

"Harapan warga ya bisa diperbaiki karena sudah lama kaya gini kondisinya, pengen lebih nyaman aja," pungkasnya.

Dadang mengatakan, terkait jalan tersebut sudah disampaikan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPTUR) Kabupaten Bandung.

"Sudah disampaikan, bahwa itu jalan Desa, tapi kita akan intervensi dari APBD," katanya ditemui Kompas.com, Jumat (29/7/2022).

Menurutnya, perbaikan jalan Desa bisa diperbaiki menggunakan dana desa atau ADPD.

"Harus dipahami juga, ada yang namanya jalan provinsi, ada jalan nasional, ada jalan kabupaten, dan ada jalan desa. Kalau seandainya belum tersentuh, kita ada program tahun depan bantuan keuangan khusus untuk desa," ujarnya.

Pihaknya mengakui, masih banyak di Kabupaten Bandung, jalan desa yang belum tersentuh oleh anggaran desa.

"Faktanya memang ada yang belum tersentuh program ADP atau ADPD, dehingga kita akan lakukan program bantuan keuangan khusus kepada desa-desa seperti yang di Desa Pinggir Sari," katanya.

Kendati demikian, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung akan membantu lewat APBD.

Namun, kata Dadang, dana APBD tersebut harus betul-betul menyentuh lokasi yang betul membutuhkan.

"Ini kan bingung, kita dari APBD kan enggak bisa. Jadi dalam literatur kemarin, ada bantuan khusus diperuntukan untuk lokasi-lokasi betul-betul yang harus kita berikan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/29/205658078/penantian-warga-desa-di-kabupaten-bandung-sudah-12-tahun-tunggu-jalan-rusak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com