Salin Artikel

Setiap Hari, Ratusan Pelajar di Cianjur Terjang Derasnya Arus Sungai Demi Sekolah, Bupati Janji Bangun Jembatan Gantung

CIANJUR, KOMPAS.com – Ratusan pelajar di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus bertaruh nyawa menyebrangi derasnya sungai untuk bersekolah.

Kenyataan ini seperti dialami siswa SD dan SMP Padawaras, Desa Sukaluyu, Kecamatan Cikadu, Cianjur.

Setiap hari mereka harus melawan derasnya arus sungai Ciujung agar bisa sampai ke sekolah.

Seorang guru setempat, Iyep (45) menuturkan, kondisi tersebut sudah berlangsung lama atau sejak jembatan di lokasi itu hanyut diterjang banjir bandang.

“Dulu pernah ada jembatan gantung di sana, tapi 2018 putus karena banjir bandang. Sejak itu tidak ada lagi (jembatan),“ kata Iyep saat dihubungi Kompas.com via telepon seluler, Senin (01/08/2022) siang.

Disebutkan, ada seratusan siswa yang tinggal di seberang sungai, dan setiap hari terpaksa menggulung celana dan menenteng sepatu untuk menerjang arus.

Pasalnya, sungai itu akses satu-satunya yang terdekat ke sekolah.

“Sebenarnya ada alternatif jembatan gantung, tapi jaraknya 4 km-an karena harus memutar lewat hutan dulu,“ ujar dia.

“Tapi kalau lewat sungai itu paling jaraknya 500 meter dari rumah mereka ke sekolah,“ ujarnya lagi.

Namun, jika kondisi cuaca tidak memungkinkan, dan arus sungai sedang tinggi, siswa yang berasal dari seberang sungai terpaksa diliburkan,

"Diliburkan saja supaya tidak terjadi apa-apa. Belajarnya di rumah, yang penting selamat mereka," ujar Iyep.

Pihak sekolah pun hanya bisa mewanti-wanti mereka agar senantiasa berhati-hati saat menyebrangi sungai selebar 70 meter itu.

“Di setiap kesempatan kami selalu ingatkan mereka agar berhati-hati, dan mengimbau ke orangtua murid agar mendampinginya saat menyebrang,“ kata Iyep.

Menurutnya, kendati saat ini kondisi sungai sedang surut, namun ia tetap khawatir dengan keselamatan anak-anak didiknya itu.

Iyep pun berharap, kondisi ini mendapat perhatian dari para pemangku kebijakan, mengingat sangat mengancam keselamatan siswa.

“Kami dari pihak sekolah sudah mengomunikasikannya dengan para pihak terkait. Semoga ada respon secepatnya. Harapannya tentu bisa dibangun akses penyebrangan yang layak agar anak-anak bisa ke sekolah dengan rasa aman dan nyaman,“ ujar Iyep.

Tanggapan Bupati

Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berjanji akan membangun jembatan di atas aliran sungai Ciujung agar siswa tak harus menerjang arus saat berangkat ke sekolah.

Bupati Cianjur Herman Suherman menegaskan hal itu saat dikonfirmasi wartawan terkait kondisi ratusan siswa di Kecamatan Cikadu yang sebrangi sungai karena tidak ada jembatan.

“Saya instruksikan ke (dinas) perkim untuk cek ke lapangan, dan segera ditindaklanjuti,“ kata Herman di Pendopo, Senin (01/08/2022).

Disebutkan Herman, di lokasi tersebut rencananya akan dibangun jembatan gantung sebagai akses siswa menuju sekolah, termasuk memudahkan aktivitas masyarakat setempat.

“Ini tentu harus disegerakan apalagi berkaitan dengan dunia pendidikan, ya,“ ujar dia.

Herman tidak menampik jika masih ada beberapa sekolah yang tidak didukung dengan infrastruktur yang layak.

Karena itu, ia langsung menginstruksikan para camat untuk berkordinasi dengan pemerintahan desa guna melakukan pendataan di wilayah masing-masing.

“Jangan ada masyarakat apalagi anak sekolah yang menyebrang tanpa jembatan. Saya sudah tugaskan para camat,“ kata Herman.

Ditegaskan Herman, pemda sangat responsif terkait persoalan ini mengingat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari aspek pembangunan pendidikan di wilayahnya masih rendah.

“Kita tidak akan mewariskan (IPM rendah) ke yang akan datang,“ pungkas dia.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/01/153100778/setiap-hari-ratusan-pelajar-di-cianjur-terjang-derasnya-arus-sungai-demi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com