Salin Artikel

Kiprah After Waste Cianjur, Sulap Limbah Plastik Jadi Aneka Produk Ciamik

Kendati telah banyak aturan dan regulasi soal pembatasan penggunaannya, tapi keberadaan limbah anorganik ini tidak bisa dihindari.

Berangkat dari keresahan itu, sekelompok pemuda di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, aktif mendaur ulang sampah plastik menjadi aneka produk.

Mereka yang melabeli diri sebagai After Waste ini mampu menyulap tutup botol plastik bekas menjadi furnitur, coaster atau tatakan, tas, hingga alat musik.

Tidak hanya berdampak secara ekologi, produk daur ulang After Waste ini juga bernilai ekonomi, dan banyak diminati, terutama di market place berbasis digital.

Tidak hanya memproduksi furnitur, art decor, termasuk produk fashion seperti tas, After Waste juga berinovasi membuat badan gitar.

Hasilnya, ternyata mendapat respons positif dari pasar.

Saat ini, Naufal dan tim sedang mengerjakan pesanan tiga buah gitar elektrik jenis telecaster.

Agar produk yang hasilkan maksimal dan sesuai ekspektasi pemesan, gitar-gitar ini pun diuji coba terlebih dahulu oleh pakar dan musisi.

Hasilnya, kata Naufal, sangat laik secara detail, bobot dan resonansi suaranya.

Gitar daur ulang ini bahkan diklaim lebih tahan lama, dan tampak estetis karena memiliki corak dan motif yang kaya warna.

"Kendati tentunya perlu penyempurnaan-penyempurnaan ke depannya," ujar dia.

Bahkan, salah satu produk daur ulang yang dibuatnya, yakni furnitur masuk tujuh besar produk terbaik dari Kementerian Perindustrian.

Namun, setahun bekerja di Jakarta sebagai karyawan sebuah perusahaan, ia merasa ide dan kreativitasnya terbatas.

Karena itulah, Naufal memutuskan keluar dari pekerjaannya, dan memilih pulang kampung untuk mulai merintis usaha sendiri.

"Prinsip saya waktu itu, daripada membersihkan kota orang, lebih baik kota sendiri," ucapnya.

Menggandeng tiga orang temannya semasa SMA, Naufal mendirikan After Waste pada Januari 2022.

Menurutnya, After Waste tidak sekadar label produk, melainkan sebuah gaya hidup bebas sampah melalui upaya pengolahan material plastik dari barang yang sudah terbuang atau tidak terpakai.

"Diolah menjadi barang atau produk baru. Kalaupun barang ini kemudian tidak lagi dipakai bisa dipajang karena ada nilai estetikanya," kata Naufal.

Prinsip itulah yang kemudian mendorong After Waste memproduksi sejumlah produk daur ulang.

Kendati belum genap setahun, produk-produk After Waste menyita perhatian pasar terutama yang berbasis digital.


Tidak sekadar bisnis

Namun demikian, diakui Naufal, produk daur ulang belum begitu familier di kotanya sehinggga memilih platfrom digital.

"Sejauh ini yang order kebanyakan dari luar daerah, dari kota-kota besar seperti Bogor, Jakarta, dan Bandung," ujar sarjana desain produk ini.

Menurutnya, apa yang dijalani saat ini bukan persoalan bisnis semata, melainkan untuk turut mengampanyekan gaya hidup bebas sampah.

“Sampah jenis ini sulit terurai, kalaupun bisa butuh puluhan hingga ratusan tahun. Jadi, alangkah bijaknya kalau mulai mendaur ulang limbahnya, kalau tidak bisa setidaknya mengurangi pemakaiannya," terang dia.

Dalam waktu dekat, After Waste akan menerbitkan katalog desain produk berbahan dasar limbah plastik untuk dibagikan kepada masyarakat.

"Jadi, kalau mengumpulkan sampah sekian kilo itu bisa jadi produk apa saja. Itu kira-kira gambaran isi dari katalog nanti, sedang saya susun," ujar Naufal.

Produk-produk After Waste dibanderol di kisaran harga Rp 25.000 hingga Rp 10 juta. Dalam sebulan, omzet mereka mencapai belasan juta rupiah.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/02/085058778/kiprah-after-waste-cianjur-sulap-limbah-plastik-jadi-aneka-produk-ciamik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke