Salin Artikel

Kisah Desy Pesepak Bola Perempuan, Ditentang Orangtua hingga Masuk Timnas

BANDUNG, KOMPAS.com - Desy Amelia (29) merupakan salah satu atlet sepak bola perempuan. Ia berhasil masuk timnas setelah sebelumnya sempat ditentang orangtua.

Perjuangan Desy di tim sepak bola merupakan bentuk dari perlawanannya terhadap batas dan ketidakmungkinan.

Bagi Desy, sepak bola adalah panggilan hati. Sejak kecil, ia menyukai olahraga ini. Berawal dari hobi itu pulalah Desy terjun lebih dalam lagi menggeluti dunia sepak bola.

Saat bermain sepak bola, itu menjadi momen menyenangkan tanpa beban.

"Sempat ditentang dari orangtua juga sebenarnya, 'Untuk apa perempuan main sepak bola'. Tapi setelah saya 'dijebak' sampai masuk tim nasional (timnas) tahun 2016, orang tua lihat hasilnya seperti apa, jadi lebih percaya kalau anaknya ini mampu dan berpotensi," ujar Desi, akhir pekan lalu.

Ia menceritakan, kesempatan masuk timnas sepak bola putri bermula dari ketua RT di rumahnya yang tiba-tiba mendaftarkan ia masuk dalam turnamen setempat.

Sampai akhirnya ia mendapatkan kesempatan masuk ke tim Jabar hingga dipanggil bergabung dalam timnas.

Meski awalnya sempat kaget dan bingung, tapi Desy merasa bersyukur bisa 'dijebak' masuk dalam timnas sepak bola putri.

"Bermula dari 'jebakan' Pak RT, akhirnya saya dapat tawaran masuk timnas. Meski kaget, tapi ya ternyata menyenangkan juga terjebak seperti ini. Bisa bertemu orang-orang baru, bahkan masih muda-muda," ungkapnya.

Bertemu dengan lingkungan baru membangun perspektif berbeda dalam benak Desy.

Ia mengaku, biasanya di tempat ia berlatih dan bertanding sepak bola lebih didominasi pemain senior. Sedangkan di timnas, banyak pemain segar yang usianya masih sangat muda.

"Jadi ada perspektif dan semangat baru yang bisa dipelajari dari orang-orang di pusat. Mereka muda-muda, tapi sangat berbakat," akunya.

Tak hanya sampai di sana, Desy juga menjajal peran lainnya, yakni menjadi wasit sepak bola berlisensi.

Sudah lima tahun ia mendalami pekerjaan ini. Meski begitu, ia tetap aktif menjadi atlet sepak bola sekaligus atlet futsal putri.

Bagi Desy, menjadi pesepak bola harus siap diposisikan di mana pun sesuai dengan instruksi pelatih. Terlebih jika tengah bermain dalam liga futsal, semua peran harus bisa ia jalankan dengan apik.

"Kalau aslinya saya ada di posisi tengah. Tapi karena kebutuhan tim, pelatih kadang menunjuk saya ke libero, wing back, bahkan pernah jadi penjaga gawang. Posisi mana pun yang dipilih pelatih, saya siap," tuturnya.

Meski Desy menjadi atlet di dua bidang olahraga yang relatif mirip, tapi baginya tantangan paling besar saat ia bermain di pertandingan futsal.

"Pergantiannya sangat cepat, perputaran pemainnya juga sangat fleksibel, sehingga kita harus siap ditempatkan di posisi mana pun. Beda dengan sepak bola yang masih bisa saling backup, flownya juga beda," paparnya.

Menurutnya, tak banyak orang yang mengetahui bagaimana peran perempuan dalam dunia sepak bola. Sehingga turnamen Wali Kota Cup ini menjadi momentum yang baik untuk menyampaikan pada masyarakat jika banyak atlet perempuan yang berpotensi di Kota Bandung.

"Apalagi dibuka untuk umum ya, jadi banyak regenerasi buat ke depannya. Ini juga bisa menambah antusias buat pesepak bola putri karena tidak bisa dipungkiri kalau sepak bola putri itu belum bisa sederajat dengan sepak bola putra," tuturnya.

Ia berharap, turnamen ini bisa menjadi pencetus agar ke depannya semakin lebih banyak lagi acara pertandingan yang akan digelar untuk para atlet sepak bola putri di Kota Bandung. Sehingga akan banyak anak muda yang semangatnya semakin lebih meningkat.

"Karena dengan adanya turnamen mereka jadi punya tujuan dan itu juga bisa menambah jumlah timnas kita. Apabila banyak usia muda yang antusias, maka jadi banyak pilihan pemain di masa yang akan datang," imbuhnya.

Berbeda dengan masanya dahulu yang sangat minim acara turnamen, sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui potensi para atlet perempuan. Pun jika ada penyelenggaraan turnamen, informasinya tak semasif sekarang.

Tingginya animo para turnamen kali ini yang sampai diikuti 352 atlet dari 30 kecamatan se-Kota Bandung menjadi angin segar bagi dunia sepak bola putri.

Namun, bagi Desy, para bibit atlet ini masih perlu didampingi untuk diasah lebih lagi melalui pelatihan dan kompetisi turnamen.

"Ada 300 lebih atlet yang ikut dan pasti banyak bibit unggul, tapi para atlet ini masih mentah. Dengan adanya turnamen ini, bisa memunculkan tim dan sponsor yang mau mewadahi sepak bola putri agar ke depannya mereka bisa lebih maju lagi," katanya.

"Karena sayang kalau sudah banyak bibit atletnya tapi tidak punya wadah, tidak ada eventnya, ya tidak akan berjalan. Sehingga semuanya harus beriringan," imbuhnya.

Sebab, jika tidak ada wadah yang menyambut antusiasme para atlet ini, lama kelamaan semangat mereka bisa meredam karena tak tahu harus berlatihan di mana dan untuk apa.

Baginya, tak bisa dimungkiri jika proses itu tidak akan mengkhianati hasil.

"Adik-adik ini harus kita bina dari bawah, harus ada prosesnya juga agar hasilnya juga mengikuti secara positif. Dari sekian banyak anak muda di Indonesia, pasti akan terbentuk para atlet yang bisa membela tanah air," harapnya.

Ia juga berpesan agar para atlet muda harus keluar dari zona nyaman mereka dengan mencoba peran-peran dan posisi baru demi memaksimalkan potensi.

"Tidak semua atlet sepak bola bisa main futsal, pun sebaliknya. Jadi, para bakal calon atlet yang masih muda-muda ini, maksimalkan potensi kita agar bisa ditempatkan di mana pun nantinya," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/02/133823878/kisah-desy-pesepak-bola-perempuan-ditentang-orangtua-hingga-masuk-timnas

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com