Salin Artikel

Cerita Abah Jae, Awalnya Bikin Bet Pingping karena Anak, Akhirnya Jadi Mata Pencarian

BANDUNG, KOMPAS.com - Kemampuan Abah Jae mengolah limbah kayu bukan isapan jempol belaka. Dengan jarinya, kayu jenis apa pun berhasil ia ubah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Tak terkecuali limbah kayu jati yang berhasil diubah menjadi bet pingpong.

Bermula dari permintaan sang anak tiga tahun lalu, kini bet pingpong buatannya terjual hampir ke seluruh pasar nasional.

Abah Jae bercerita, semua berawal saat adanya hibah meja pingpong dari kampung halamannya, Kampung Singagati, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

"Pertamanya, ada meja pingpong dari Desa, terus ada juga keinginan dari anak yang ingin bikin bet pingpongnya," kata Abah Jae saat ditemui, Selasa (2/8/2022).

Baginya, limbah kayu jati merupakan media katalis yang mengekpresikan kemampuannya.

Mendengar keinginan sang anak yang meminta bet pingpong, Abah Aje langsung mengubah limbah kayu jati yang ada di rumahnya.

"Kebetulan ada bekas mebel di rumah, saya pakai aja bahan itu buat bet pingpong anak," katanya.

Membuat bet pingpong tentunya bukan perkara sulit bagi pria yang sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan yang memproduksi furniture.

"Sedikitnya bisa, membayangkan cari contoh, ya alhamdulilah enggak terlalu sulit," jelasnya.

Jadi ladang usaha kala pandemi Covid-19

Rasa ingin memuaskan keinginan sang anak, nyatanya membuat Abah Jae menemukan jalan lain.

Awal tahun 2020, Abah Jae kehilangan pekerjaannya akibat pandemi Covid-19. Tempat ia bekerja kehilangan pendapatan.

Namun, bukan Abah Jae namanya jika tak mampu berpikir keras. Akhirnya, bet pingpong yang pernah ia buat untuk sang anak diproduksi secara masal dan dijual kepada orang-orang.

"Ya karena perusahaannya bangkrut, saya mentok, jadi sebetulnya iseng-iseng membuat bet untuk dijual. Alhamdulilah sampai sekarang jadi ada pemasukan," jelasnya.

Dalam pembuatan bet pingpong, Abah Jae lebih sering memanfaatkan limbah kayu jati bekas mebel atau joglo-joglo tua yang menggunakan kayu jati.

Kayu jati jadi pilihan bukan tanpa sebab. Abah Jae mengatakan, kekuatan juga kekerasan kayu jati tidak diragukan, apalagi yang sudah kering dan telah digunakan puluhan tahun.

"Saya pakai bekas furnitur zaman dulu yang menggunakan jati karena sudah tua dan kering. Kalau pakai jati sekarang atau yang masih basah, akan melengkung (hasilnya)," bebernya.

Bet yang terbuat dari kayu jati, menurut Abah Jae, akan memengaruhi kecepatan pukulan bola laiknya bet buatan pabrik.

"Enggak cuma kayu jati sih, ada juga bahan dari mahoni dan pinus. Kalau yang bagus itu, bekas furnitur yang sudah kering," imbuhnya.

Selain memiliki keunggulan dari sisi kekuatan. Abah Jae juga menyanggupi pembuatan bet pingpong custom sesuai dengan selera pemesan.

Setiap bet yang diproduksi juga ditimbang. Rata-rata berat bet antara 90 gram sampai 110 gram sesuai standar.

"Kalau (bet) custom, sesuai dengan selera. Baik itu handle, ketebalan, maupun bentuk bet. Bahkan bisa juga membuat logo atau nama sendiri pada bagian handle," tuturnya.

Berkat media sosial dan promosi dari mulut ke mulut, kini selalu ada pesanan bet pingpong yang dikirim ke seluruh Indonesia.

Bet jati custom buatan Abah Jae dipatok dengan harga antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000, tergantung dari bentuk dan kerumitannya juga tambahan material seperti carbon yang banyak digunakan oleh petenis meja profesional.

Pembeli juga bisa memesan bet yang telah dipasang karet dengan tambahan harga sesuai jenis karet yang diinginkan.

Namun, karena masih menggunakan peralatan tradisional, Abah Jae hanya memproduksi antara 5-6 bet setiap harinya.

"Ya mudah-mudah bisa kebeli alat produksi yang modern, karena kan saya sudah punya cara dan keunggulan sendiri," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/02/145628578/cerita-abah-jae-awalnya-bikin-bet-pingping-karena-anak-akhirnya-jadi-mata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke