Salin Artikel

Cari Keadilan, Korban Doni Salmanan Bikin Paguyuban Sesuai Arahan Kabareskrim

BANDUNG, KOMPAS.com - Para korban penipuan Quotex Doni Salanan membentuk kelompok bernama Paguyuban Korban Doni Salmanan.

Wakil Ketua Paguyuban Korban Doni Salmanan, Ridwan Syaripudin (29) mengatakan, terbentukan kelompok ini sebenarnya atas permintaan polisi atau tim penyidik.

"Pada awal kasus ini naik, Kabareskrim Polri pernah bikin statement untuk korban diimbau membuat satu paguyuban," ungkap Ridwan kepada Kompas.com, Selasa (9/8/2022).

Tujuan dibentuknya paguyuban ini, kata Ridwan, untuk mempermudah komunikasi antar korban dan meminimalisir korban palsu.

"Kabareskrim minta jangan terpecah, untuk koordinasi. Karena takutnya nanti banyak yang mengaku korban, padahal bukan korban," jelas dia.

Setelah dibentuk kepengurusan, Kabareskrim juga meminta anggota paguyuban membantu proses verifikasi korban Doni Salmanan.

"Paguyuban ada kepengurusannya, kita cek korban atau bukan. (Carany) kita lihat rekening korannya, akun Quotex nya kita lihat, walaupun akun itu banyak sudah terblokir tapi kita validasi lewat email. Email itu nanti membuktikan pas awal registrasi ke platform quotex," terangnya.

Untuk menjadi anggota Paguyuban Korban Doni Salmanan tidak dipungut biaya.

"Tidak sama sekali dipungut biaya, asal statusnya korban saja dan tentu kami pastikan dulu benarkah yang mau daftar itu korban atau bukan," jelasnya.

Korban Doni Salmanan ada yang dipenjara

Pada sidang perdana minggu lalu, Paguyuban Korban Doni Salmanan ini membawa belasan spanduk dan karangan bunga.

Terkait aksi pemasangan spanduk dan karangan bunga tersebut, Ridwan menjelaskan bahwa itu merupakan ekspresi dari kekecewaan terhadap terdakwa Doni Salmanan.

Pasalnya, banyak korban Doni yang tertipu dan membuat perekonomian hancur hingga saat ini.

"Karena korban-korban ini sekarang kondisinya sudah kacau, banyak yang di PHK, banyak yang cerai," jelasnya.

Bahkan, salah satu korban penipuan Doni Salmanan di Kota Surabaya sampai masuk penjara karena sudah tidak memiliki apa-apa.

"Bahkan kemarin saya pas di Surabaya, ada satu korban. Dia korban binary option, dia sekarang dipenjara karena sudah stress tidak punya apa-apa lagi, karena mau lebaran akhirnya dia berbuat kriminal," tambahnya.

Menurut Ridwan, korban Doni asal Surabaya itu nekat berbuat tindak kriminal karena kebingungan bagaimana cara membiayai kehidupan sehari-hari.

"Saya dihubungi sama ibunya, akhirnya saya kesana, ngobrol. Dia nggak bilang sih kasusnya apa, tapi dia berbuat seperti itu karena kepepet, tidak punya uang sama sekali," tuturnya.

Soal dakwaan JPU tentang 25.000 korban Doni Salmanan

Adanya dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) terkait 25.000 orang yang mendaftarkan diri menjadi trader di Quotex melalui tautan yang dishare di YouTube Doni Salmanan, menurut Ridwan bisa saja terjadi.

Pasalnya, pada sidang perdana kemarin, ia juga kaget masih ada korban yang belum terdaftar di Paguyuban Korban Doni Salmanan.

"Kemarin waktu sidang perdana juga banyak tuh yang dari Malang pada datang dan belum tergabung tapi kita lanjut komunikasikan," terang dia.

Menurutnya, korban yang belum tergabung, rata-rata keberatan dengan isu biaya masuk ke paguyuban.

Padahal, kata Ridwan Paguyuban sama sekali tidak menuntut biaya apapun.

"Mungkin korban keberatan, merasa tidak punya uang lagi, jadi mereka kebingungan dan banyak yang tidak mau lapor. Korban itu banyak yang sudah habis-habisan, mereka ngeprint rekening koran ke bank pun mereka sudah tidak sanggup," kata dia.

Ridwan dan korban yang lainnya berharap adanya keadilan dari kasus Doni Salmanan. Ia menginginkan adanya keterbukaan informasi terkait jalannya sidang.

"Kita berharap seadil-adilnya saja, aset Doni salmanan yang disita itu kan sekitar Rp 64 miliar. Sedangkan korban yang melaporkan yang terkumpul ini hanya sekitar Rp 34 miliar, kan itu masih di bawah aset sitaan. Itu pun bukan kerugian negara kan, kerugian korban," terangnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga menagih janji Kabareskrim Polri yang menyebutkan uang korban Doni Salmanan bisa kembali, asal membentuk Paguyuban korban Doni Salmanan.

"Saya yakin korban semua ini bukan uang dingin mereka sendiri, ada uang minjem, pinjol dan lain-lain. Waktu itu Kabareskrim bikin statement, uang bisa kembali asal bikin paguyuban, makanya kami di sini kita ikuti aturan Kabareskrim. Jadi bismillah kita ikutin persidangan semoga hasilnya sesuai yang diharapkan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/09/150243978/cari-keadilan-korban-doni-salmanan-bikin-paguyuban-sesuai-arahan-kabareskrim

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com