Salin Artikel

Resah Ada Dugaan Pencabulan di Kabupaten Bandung, Warga Minta Majelis Berhenti Beroperasi

BANDUNG, KOMPAS.com - Adanya dugaan tindakan asusila yang dilakukan salah seorang pemilik Pondok Pesantren di Kabupaten Bandung membuat warga di sekitar pesantren mengambil sikap.

Hal itu, disampaikan langsung oleh Sekretaris Desa setempat, Budi Rosadi.

Menurutnya, warga sekitaran lokasi pondok pesantren tersebut resah dengan adanya dugaan pencabulan itu.

Pasalnya, hampir semua orangtua di lingkungan tersebut menitipkan anak-anaknya untuk belajar mengaji di Majelis tersebut.

"Sebetulnya itu bukan pondok pesantren, tapi Majelis Dzikir dan Majelis Sholawat," kata Budi, dikonfirmasi Senin (22/8/2022).

Biasanya, aktivitas mengaji khusus anak-anak di lingkungan Majelis tersebut dimulai sejak maghrib hingga pukul 20.00 WIB.

Tak ada perlakuan spesial atau khusus terhadap anak-anak warga sekitar yang belajar mengaji di sana.

"Belajarnya biasa aja, kayak pengajian anak-anak di masjid biasanya," tambah dia.

Hingga hari ini, kasus tersebut belum menemukan titik terang karena belum ada korban yang berani bicara.

Namun, rasa was-was dan takut sudah lebih dulu menghampiri orang tua yang menitipkan anaknya mengaju di Majelis itu.

"Khawatir anak mereka turut menjadi korban, sekalipun belum ada kejelasan pasti atau nama korban yang muncul," kata dia.

Saat ini, kata Budi, sebagian besar warga mulai mengambil sikap atas adanya dugaan kasus tersebut. Tak sedikit, orang tua yang melarang anak-anaknya mengaji lagi di Majelis itu.

Pihaknya mengaku, telah berkoordinasi dengan warga serta perwakilan Majelis tersebut untuk memberhentikan aktivitasnya untuk sementara waktu.

Permintaan warga tersebut, lanjut Budi, disambut baik oleh perwakilan Majelis. Hingga satu pekan terkahir, sudah tidak ada aktivitas di Majelis tersebut.

"Orangtua sekarang sebetulnya mulai khawatir juga untuk menitipkan anak ke pesantren, gak hanya di sini tapi ke tempat lain," tutur Budi.

Sejak pertama berdiri, Majelis tersebut pernah ditolak oleh warga sekitar lantaran pengeras suara yang kerap menganggu dan mengalahkan kumandang adzan di Masjid warga yang tak jauh dari lokasi Majelis.

"Soalnya, pesantren bukan tapi spikernya jadi saling keras dengan milik masjid di belakang. Sempat ditolak (warga), tapi akhirnya pak Haji (pemilik majelis) membuka pengajian anak, itu jadi mulai ada penerimaan dari warga," imbuhnya.

Sementara, Ipan (32) salah seroang warga RW 05 yang juga tak jauh dari lokasi Majelis mengaku nama Desanya menjadi tercemar lantaran adanya dugaan kasus tersebut.

"Citra desa jadi jelek, padahal belum tentu benar juga ada korban, buktinya sampai sekarang nggak ada korban yang muncul," kata Ipan.

Permintaan pemberhentian aktivitas Majelis oleh warga, kata Ipan, untuk sementara menjadi pilihan yang bijak di tengah polemik kasus tersebut.

Sambil menunggu kepastian dari kasus tersebut, Ipan dan warga setempat berharap nama Desa nya kembali bisa pulih dan baik.

"Buat sementara dari warga sendiri biar gak gaduh, kita hentikan aktivitas majelis sementara," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/22/140921578/resah-ada-dugaan-pencabulan-di-kabupaten-bandung-warga-minta-majelis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke