Salin Artikel

Tak Cukup Bukti, Kasus Dugaan Pencabulan di Ponpes Kabupaten Bandung Bakal Dihentikan

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo mengatakan, telah memeriksa beberapa nama yang diajukan sebagai saksi oleh pelapor.

Dari 12 orang, polisi telah memeriksa empat orang. Sementara delapan orang sisanya tidak bisa diidentifikasi.

"Tiga orang santri, Selebihnya adalah warga yang datang untuk berobat rukyah," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/8/2022).

Kusworo menyebutkan, dari semua yang sudah diperiksa, satu orang tidak mau melapor.

"Dia tidak mau dihubungi, yang dua tidak pernah merasa dicabuli. Jadi sampai saat ini belum ada korban masih status saksi semua," ungkapnya.

Selain itu, pelapor tidak bisa mencari keberadaan saksi yang diduga ikut menjadi korban.

Bahkan, lanjutnya, warga sekitar tidak mengenali nama korban yang disebutkan pelapor.

"Sedangkan laporannya sendiri, saksi-saksi yang diajukan banyak yang susah dihubungi," terangnya.

Pihaknya menambahkan, pelapor bukanlah salah satu yang diduga korban.

"Pelapor hanya disuruh melaporkan dugaan tersebut I yaitu mantan istrinya terduga pelaku. Jadi disuruh laporan karena dia ada utang, ada pinjaman yang tidak bisa diselesaikan. Jadi kalau mau utangnya lunas, ya harus buat laporan," kata Kusworo.


Atas proses penyelidikan tersebut, pihaknya berencana untuk menghentikan kasus itu.

Ditanya terkait, adanya dugaan laporan palsu, Kusworo mengatakan tergantung pada terduga pelaku.

"Bisa jadi, kalau terduga pelaku yang dilaporkan, membuat laporan balik," jelasnya.

Tanggapan pelapor

Sementara kuasa hukum pelapor, Deki Rosida menanggapi rencana penghentian kasus yang dilaporkan kliennya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan kewenangan dari polisi.

"Yang pasti kami menilai bahwa dengan adanya hal seperti itu, itu mengindikasikan bahwa ada pihak-pihak yang menghalang-halangi proses penyelidikan," katanya saat dihubungi.

Deki mewajarkan dalam kasus asusila kerap terjadi upaya intimidasi. Hal itu, kata dia, dilakukan untuk menghalangi dan menyudahi proses penyelidikan.

"Iya beberapa nama yang tidak bisa dihubungi itu, karena ada upaya-upaya intervensi dari pihak-pihak tertentu terhadap korban agar tidak melaporkan, sehingga terjadi kesulitan," kata Deki.

Adanya upaya intervensi dalam kasus tersebut, lanjut Deki, membuat korban yang ia tangani mencabut laporannya.

"Karena intervensi itu tadi, hari ini ada pencabutan laporan," kata dia.


Terkait, pelapor bukan seorang korban, Deki meminta awak media untuk mengkonfirmasi hal itu pada pihak kepolisian.

"Kami yang jelas mendengar ada upaya intervensi. Kami tidak diam, kami juga melakukan upaya-upaya untuk itu," jelasnya.

Pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak kepolisian. Ia mengaku tidak bisa memaksakan.

"Mengenai tindak lanjut, apakah merugikan atau tidak itu kembali ke wewenang pihak kepolisian. Tinggal masalah mau melanjutkan atau tidak kan kita juga tidak bisa memaksakan. Kita cuman menyodorkan berkas dan bukti saja," bebernya.

Namun, pihaknya mengaku tidak akan tinggal diam terkait adanya upaya intervensi dalam kasus tersebut.

"Tentu ada upaya, dengan adanya upaya intervensi, tentu kami juga akan melakukan upaya hukum, kita tidak akan diam," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/22/181912678/tak-cukup-bukti-kasus-dugaan-pencabulan-di-ponpes-kabupaten-bandung-bakal

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com