Salin Artikel

500 Hektar Tambak Garam Cirebon Terendam Rob, Ribuan Petambak Kesulitan

Sekitar 1.000 orang petambak terdampak sehingga tidak dapat memproduksi garam.

Mereka terpaksa bersabar dan mencari pekerjaan lain agar tetap dapat menafkahi keluarga. Produksi garam tahun ini pun diprediksi akan menurun.

Taufik, menyampaikan, banjir rob sudah berlangsung sejak bulan lalu, Juli 2022.

Gelombang air laut yang pasang terus meninggi dan naik ke permukaan hingga merendam lahan tambak garam.

Diperkirakan, luas tambak yang terdampak di sepanjang bibir pantai itu sekitar 500 hektar.

“Dari mulai Juli sudah mulai terendam rob. Dari Kecamatan Mundu sampai Kecamatan Losari, perbatasan Jawa Tengah. Akibat dari letak geografis daerah tersebut. Yang tardampak langsung sekitar 500 hektar,” kata Taufik kepada Kompas.com, Selasa (23/8/2022).

Tambak yang terendam rob ini akhirnya tidak dapat difungsikan apa pun.


Tambak yang semula sudah dislender, sudah masuk air garam, dan siap produksi, namun kembali gagal karena terendam banjir rob.

Akibatnya, sekitar seribu orang petambak garam yang berada di kawasan tersebut tidak dapat beraktivitas.

Mereka berharap pemerintah mau membantu membangun Tembok Pembatas Tanah (TPT) untuk menghalau banjir rob yang tiap saat mengancam lahan tambak garam mereka.

“Solusinya harus ada peranan pemerintah untuk membangun TPT sepanjang pantai yang terkena rob dari Kecamatan Mundu sampai Losari. Terutama daerah yang paling parah, daerah Rawaurip Kecamatan Pangenan, sekitar 2000 meter, di Tawang Sari dan Ambulu dampaknya juga sangat besar terkena rob,” tambah Taufik.

Dasuki (50), petambak garam Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu menyampaikan, rob yang datang beberapa kali membuatnya harus kerja ekstra.

Dia harus membuang air dan menguras ulang tambak, kemudian bekerja dari awal lagi.

Tak hanya itu, cuaca kemarau juga dirasa cukup sulit.

Hingga Agustus ini, masih terdapat beberapa kali turun hujan. Petambak yang seharusnya sudah panen, tapi belum dapat mengerjakan apapun.

“Susah pak. Rob. Hujan. Seharusnya bulan kemarin dan bulan ini sudah panen, tapi kenyataanya sampai hari ini belum bisa apa-apa. Sampai sekarang belum dapat pendapatan,” kata Dasuki kepada Kompas.com di lahan tambaknya.

Para petambak berharap pemerintah memberikan solusi atas masalah ini.

Pasalnya, banjir yang merendam dalam kurun waktu yang lama, dan juga cuaca yang tidak menentu membuat banyak petambak gagal produksi.

Otomatis jumlah produksi garam petani Cirebon diprediksi akan menurun drastis pada bulan mendatang.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/23/150519478/500-hektar-tambak-garam-cirebon-terendam-rob-ribuan-petambak-kesulitan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com