Salin Artikel

Kasus Penembakan Kucing di Sesko TNI, Pelaku Sudah Beraksi Sejak Masa Pemerintahan SBY

KOMPAS.com - Kasus penembakan kucing di Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI) di Jalan RAA Martanegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/8/2022), masih berlanjut.

Monica Roose, perwakilan Rumah Singgah Clow Bandung, mengatakan bahwa penyidik dari Puspom telah meminta keterangan dari para saksi di Sesko TNI, pada Jumat (26/8/2022).

"Semua sudah dimintai keterangan, saksi-saksi juga sudah," kata Monica kepada Kompas.com, Senin (29/8/2022).

Dia menambahkan, tim penyidik pun telah meminta rekam medis kucing-kucing korban penembakan yang masih hidup, serta hasil autopsi korban yang mati akibat peluru pelaku.

Monica menjelaskan, tersangka pelaku, Brigjen NA, juga telah menjalani pemeriksaan pada Sabtu (27/8/2022).

Menurut pengakuan pelaku kepada saksi, Monica mengungkapkan, alasannya menembaki kucing-kucing di Sesko TNI karena makanannya diganggu.

"Kalau dari penyidik bilang, pelaku itu kesal dengan kucing-kucing di sana (Sesko TNI) karena suka pup di mana saja, pipis di mana saja, nanti makanan-makanan siswa tuh diganggu," ujar Monica.

"Jadi supaya "aman", dia membasmi kucing-kucing (di Sesko TNI) dengan cara ditembak," imbuhnya.

Monica pun menyampaikan, pelaku mungkin saja nantinya akan menjalani pemeriksaan kejiwaan untuk mengetahui kesehatan mentalnya.

Pasalnya, meski menembaki kucing-kucing liar di Sesko, namun pelaku membiarkan seekor induk kucing melahirkan di ruangannya dengan alasan kasihan jika dipindahkan.

"Saat mau dipindahkan oleh Yansis (Pelayan Siswa) karena takut mengganggu, pelaku tidak membolehkan, justru pelaku bilang sudah biarkan saja di situ, kasian, tapi yang lain ditembaki," ungkapnya.

Tak hanya itu, menurut informasi yang diperolehnya, Monica menuturkan, pelaku telah menembaki kucing sejak bertahun-tahun lalu.

"Kalau ditotal memang ratusan (kucing yang ditembak) karena sejak pemerintahan SBY dia (pelaku) memang sudah seperti ini," ujarnya.

Dia beranggapan, aksi pelaku baru terkuak saat ini karena mungkin saja pernah ada yang melaporkan tapi tidak ditindaklanjuti oleh aparat hukum.

"Mungkin juga kalau yang kemarin-kemarin dia berbuat pun orang takut begitu tahu pelaku adalah Jenderal TNI," ucap Monica.

Monica pun membandingkan dengan kasus penembakan kucing yang dilakukan Brigjen NA saat ini.

"Kalau yang kejadian terakhir karena memang sudah dapat respons dari Panglima (Jenderal Andika Perkasa) dan aspri Pak Prabowo, jadi mau tidak mau, sudah viral juga kan," paparnya.

Monica mengaku, penyidik menanyakan alasan Rumah Singgah Clow memviralkan kasus penembakan kucing di Sesko TNI Bandung.

"Saya bilang, sejak awal kejadian tidak diviralkan, kalau dari pihak Rumah Singgah Clow hanya menyebutkan bahwa ada kasus penembakan kucing di Sesko TNI, terus kucing-kucingnya dibawa ke klinik, kan hanya itu beritanya," terangnya.

"Sesko TNI disebut karena kan memang di sana TKP-nya. Jadi, sebetulnya tidak ada niat untuk mencemari nama baik suatu lembaga, karena memang TKP-nya di sana," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/30/140837678/kasus-penembakan-kucing-di-sesko-tni-pelaku-sudah-beraksi-sejak-masa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com