Salin Artikel

Saat Penumpang Makin Sepi, Angkot di Kabupaten Bandung Dipusingkan Kenaikan Harga BBM

Mereka mulai cemas dan khawatir terkait naiknya harga BBM.

Rasa cemas itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, saat ini angkot perlahan mulai kehilangan penumpang.

Ade Tahya (60) salah satu sopir angkot jurusan Banjaran - Tegalega mengaku kaget ketika mendengar harga BBM mulai naik.

Kepada Kompas.com, ia mengaku mendapatkan kabar tersebut dari sang istri.

Menurutnya, pemerintah seperti tidak berpihak pada masyarakat kecil seperti dia.

Setelah dipusingkan dengan harus menginstal barcode agar mendapatkan BBM bersubsidi, kini pemerintah malah menambah bebannya dengan menaikan harga.

Saat ini, kata Ade, kondisi sopir angkot seperti buah simalakama.

Setelah dibuat babak belur oleh kehadiran angkutan online, dan digalaukan dengan moda transportasi massal lainnya.

Kini, Ade dan yang lain mesti menelan mentah-mentah kebijakan pemerintah tersebut.

"Keputusan pemerintah tidak bisa diganggu gugat, tapi kondisi sekarang parah gak ada jaminan, penumpang lagi sepi BBM malah naik," ungkapnya.


Saat ini, Ade hanya mampu membawa uang Rp 150.000 sehari, itu pun terpotong uang bensin Rp 80.0000.

Ade hanya bisa membawa uang Rp 50.000 untuk diberikannya pada keluarganya.

"Kadang cuma bawa empat sampai lima penumpang sampai ke Tegalega. Kalau enggak ada penumpang ya sampai sini saja, dipaksakan juga makan habis bensin," ungkapnya.

Sejauh ini, Ade mengaku belum ada intruksi dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk menaikan harga ongkos penumpang.

Namun, beberapa waktu lalu baru ada sosialisasi secara halus melalui tulisan yang ditempel di angkot-angkot Kabupaten Bandung.

"Tapi dari organda udah ada sosialisasi terkait permintaan kenaikan ongkos ke penumpang lewat tulisan yang di print," kata Ade. 

Terkait kenaikan ongkos, selain menunggu intruksi Organda juga harus menunggu intruksi Dinas Perhubungan (Dishub).

"Belum ada kenaikan ongkos, masih menunggu dari Dishub," jelasnya.

Disinggung mengenai akan adanya aksi atau mogok dari sopir angkot, pihaknya mengatakan hal itu membuang-buang waktu.

"Enggak ada pemberitahuan aksi. Terkait aksi juga percuma karena banyak membuang waktu dan tenaga," ungkapnya.


Sementara, Asep Nurahim (48) sopir angkot jurusan Ciparay - Tegalega mengatakan kecewa dengan kebijakan pemerintah.

Asep menyebut, kompensasi yang diberikan oleh pemerintah melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) pun sia-sia.

Sejauh ini, Asep mengaku belum pernah mendapatkan BLT dari pemerintah.

"Jelas kecewa lah, enggak ada sosialisasi tiba-tiba naik. Terus soal BLT, saya dari awal asa BLT belum sekalipun dapat, jadi buat saya semua kebijakannya gak berpihak," terangnya.

Asep berharap, solusi yang diberikan pemerintah betul-betul menyentuh dan terasa oleh masyarakat kecil, termasuk kalangan sopir angkot.

"Coba lah sekali aja berpihak gitu ke kita, sudah habis sama online, penumpang sepi, sekarang kaya gini naik BBM nya," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/05/162114278/saat-penumpang-makin-sepi-angkot-di-kabupaten-bandung-dipusingkan-kenaikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke