Salin Artikel

Potret Murid SD di Cianjur Belajar di Kelas Tak Layak, Atap, Pintu, dan Dinding Jebol

CIANJUR, KOMPAS.com - Puluhan murid SD Negeri Bina Warga Karangnunggal, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belajar tanpa meja dan kursi.

Tak hanya itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) murid kelas 3, 4, dan 5 ini juga terpaksa digelar di luar karena kondisi bangunan yang rusak parah.

Pantauan Kompas.com, sejumlah murid sedang belajar di teras tanpa alas duduk, dan sebagian di dalam kelas tanpa meja kursi.

Kondisi tiga ruang kelas yang berada dalam satu bangunan itu sudah rusak sejak setahun terakhir.

Langit-langitnya hancur, sedangkan kondisi pintu dan dinding pembatas antar ruangan sudah jebol. Sementara di salah satu ruangan tampak tumpukan meja kursi yang rusak.  

Kepala SDN Bina Warga, Maman Saripudin menuturkan, ada tiga kelas yang saat ini tidak punya ruangan karena kondisi bangunan rusak parah.

Pihaknya mengosongkan tiga ruang kelas tersebut sejak tahun ajaran baru 2022 atau pada pertengahan Juli lalu.

Akibatnya, murid kelas 3, 4, dan 5 terpaksa belajar di luar atau di lorong-lorong kelas.

"Kalau dipaksakan dipakai saya khawatir dengan keselamatan guru dan anak-anak, apalagi kondisi atapnya sudah lapuk," kata Maman kepada Kompas.com saat ditemui di sekolahnya, Senin (5/9/2022).

Maman menyebutkan, kerusakan tersebut karena faktor alam dan usia bangunan. Pasalnya, sejak dibangun 2008, bangunan tersebut belum pernah direhab total.

Terlebih, sambung Maman, hampir dua tahun terakhir kelas tidak dipakai karena ada kebijakan sekolah ditutup selama masa pandemi Covid-19.

“Selama itu kondisi bangunan tidak terawat, termasuk mebeler, meja kursi banyak yang rusak, lapuk karena kena air hujan,” ujar dia.

Saat ini, tersisa tiga ruang kelas yang masih layak dipakai, yakni untuk kelas 6, 1, dan 2, serta ruangan guru atau kantor.

"Karena kelasnya kurang, jadi untuk kelas 1 dan 2 terpaksa berbagi ruangan," ucapnya.

Pihak sekolah sendiri sudah melaporkan kondisi ini bahkan telah mengajukan permohonan bantuan sebagaimana yang diminta pihak dinas terkait.

“Sudah, tapi sampai saat ini masih menunggu realisasinya. Mudah-mudahan saja bisa segera, kasihan ini anak-anak,” ujar Maman.

Siti Fatimah (9), murid kelas tiga SD Negeri Bina Warga mengaku tak nyaman belajar tanpa meja dan kursi. 

Selain punggung pegal, dan kaki kadang keram, kondisi tempat belajar juga kotor dan berdebu. 

“Ingin ada mejanya ada kursinya, tapi sudah pada rusak semua,” ucap Siti.

Selama ini, Siti dan teman sekelasnya belajar di teras, dan sesekali masuk ke kelas kalau di luar sudah mulai panas. 

“Tapi di dalam ini kotor dan takut sama atapnya karena sudah pada rusak,” kata dia.

Siti mengaku, menjalani proses belajar dengan kondisi seperti ini sejak naik ke kelas tiga.

"Ingin punya kelas lagi, jadi belajarnya enak, tidak seperti ini," ujar Siti.

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/06/053500078/potret-murid-sd-di-cianjur-belajar-di-kelas-tak-layak-atap-pintu-dan-dinding

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com