Salin Artikel

Sakit Hati Sering Dihina, Pegawai Pabrik Tahu di Garut Bunuh Rekan Kerjanya Sendiri Saat Tidur

GARUT, KOMPAS.com - Gara-gara sakit hati sering diperintah dengan kata-kata kotor dan kasar, YM (34) seorang pekerja pabrik tahu di Kecamatan Cibiuk menghabisi nyawa R (47), rekan kerjanya sendiri yang sedang tidur di mess pabrik tahu tempat kerjanya.

Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono dalam konferensi pers di Mapolres Garut mengungkapkan, YM mengaku menghabisi nyawa rekannya sendiri karena sakit hati sering dihina oleh korban. Kejadian ini dilakukan pada Senin (12/09/2022) dinihari sekitar pukul 02.30.

"Korban sedang tidur, kemudian pelaku datang dan memukul kepala korban dengan besi sebanyak dua kali," jelas Wirdhanto.

Setelah menghabisi nyawa R, menurut Wirdhanto, pelaku langsung kabur. Pada pagi harinya, warga menemukan korban telah meninggal dengan luka di bagian kepala di atas tempat tidurnya dalam kamar mes pabrik tahu yang ada di Desa Majasari Kecamatan Cibiuk.

Menurut Wirdhanto, antara korban dan pelaku sebenarnya tinggal di pabrik tahu yang ada di Desa Majasari Kecamatan Cibiuk dan satu kamar.

YM diketahui warga Kabupaten Bandung Barat dan baru bekerja selama dua bulan di pabrik tahu tersebut. Sementara korban R sudah bekerja di pabrik tahu itu selama kurang lebih dua tahun.

Selama bekerja, menurut Wirdhanto, korban sering mengolok-olok pelaku hingga pelaku menyimpan dendam.

"Beberapa jam setelah korban ditemukan meninggal, kita sudah mengidentifikasi pelaku dan menetapkan tersangka," katanya.

Setelah itu, tim Sancang Polres Garut pun melakukan pengejaran hingga pada Selasa (13/09/2022) malam, pelaku berhasil diamankan di Desa Citapen Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat di rumah saudaranya.

Selain menghabisi nyawa korban, pelaku pun juga mengambil dompet milik korban yang berisi uang sebesar Rp 2 juta dan handphone milik korban.

Pelaku menurut Wirdhanto akan dijerat dengan pasal pembunuhan berencana dan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang menyebabkan meninggal dunia dengan ancaman hukuman mencapai 20 tahun penjara.

Sementara, YM mengaku, selama dua bulan kerja di pabrik tahu, pelaku sering menghina dan menyuruh dirinya dengan kata-kata kasar yang membuat dirinya sakit hati.

YM mengaku, di malam kejadian dirinya saat itu tidur seperti biasa, namun di tengah malam terbangun. Saat terbangun, dirinya pun sempat meminum kopi dan merokok. Setelah itu, dirinya berniat bekerja kembali namun dirinya merasa bingung mau mengerjakan apa hingga akhirnya ide untuk menghabisi nyawa R muncul.

"Saya tidur, terus terbangun, saya minum kopi sama rokok, terus saya mau kerja lagi, tapi saya bingung mau kerja lagi, tiba-tiba muncul ide itu," katanya.

YM mengaku, sengaja membawa besi yang digunakan untuk memukul kepala korban dari rumah warga tidak jauh dari mess pabrik tahu tempatnya bekerja.

Setelah mendapatkan besi tersebut, YM pun kembali ke kamar dan langsung memukulkan besi tersebut je kepala korban yang tengah pulas tertidur.

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/15/181150178/sakit-hati-sering-dihina-pegawai-pabrik-tahu-di-garut-bunuh-rekan-kerjanya

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com