Salin Artikel

Cerita Korban Detik-detik Tanah Bergerak di Bogor: Suara Kretek-kretek, Bles Tanahnya, Belah-belah

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Azid (50), warga Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menceritakan detik-detik kejadian bencana tanah bergerak yang merusak rumahnya.

Suara bencana tanah bergerak itu masih membekas dalam ingatannya. Ia mengatakan, bencana tersebut mulai terasa terjadi sehari sebelumnya atau Selasa (13/9/2022). Saat itu, hujan lebat.

Namun tiba-tiba, ia merasakan getaran-getaran kecil. Azid tak sampai berpikiran bahwa getaran itu adalah awal mula bencana tanah bergerak terjadi.

"Nah, Rabu jam 5 subuh itulah mulainya, terdengar bunyi kretek-kretek, bles (ambles) tanahnya, belah-belah. Lampu juga langsung padam," ungkap Azid bercerita saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Senin (19/9/2022) sore.

Pada pagi buta itu, Azid tak sempat berpikiran lagi untuk menyelamatkan barang-barang yang ada di rumahnya.

Ia dan keluarganya panik ketika mendengar suara tersebut, ditambah lagi warga teriak melarikan diri.

Tanpa pikir panjang, ia juga langsung membangunkan orang seisi rumah untuk bergegas ikut menyelamatkan diri keluar rumah.

"Kan saat itu masih gelap ya, habis shalat subuh, ya kita langsung lari keluar rumah dan berlindung ke tempat aman juga bareng warga,” kata dia.

Kini, rumah yang ia tinggali selama puluhan tahun itupun sudah tak bisa ditempati lagi. Kondisi jalan dan keramik di dalam rumahnya ambles kurang lebih setengah meter.

Retakan-retakan di dinding dan plafon terlihat hampir di setiap sudut. Ia bersama enam anggota keluarganya terpaksa mengungsi.

Ia hanya bisa menyatakan kesedihan dan keprihatinan saat mendampingi Kompas.com melihat seisi rumahnya. Di sana, barang-barang berharga miliknya tampak sudah berserakan.

"Jumat dan Sabtu itu masih terasa tanahnya bergeser, jadi kita enggak bisa lagi ke sini. Ya hari Minggu itulah baru bisa ngecek barang-barang di sini," ujarnya.

Sementara itu, kondisi serupa juga menimpa seorang ibu muda bernama Hesti (29). Kini, ia bersama suami dan tiga anaknya mengungsi.

"Iya hujan dulu, nah Rabu subuh itu tiba-tiba langsung belah-belah, ngegeser tanahnya. Pas itu kita mengungsi ke tempat saudara dulu, karena enggak enak kelamaan, akhirnya kita pindah ngungsi ke sini (pos BPBD)," ujar Hesti seraya mengucapkan syukur karena rumahnya hanya retak-retak di bagian dinding saja.

Hesti hanya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kebutuhan pokok bayinya yang masih berusia tiga bulan.

"Kita sih pengennya bantuan susu, pampers buat bayi ya. Karena selama ini susah banget, mau ke rumah aja enggak bisa, kan enggak boleh, bahaya," ucapnya di tempat pengungsian yang disediakan BPBD Kabupaten Bogor.

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/20/105208978/cerita-korban-detik-detik-tanah-bergerak-di-bogor-suara-kretek-kretek-bles

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com