Salin Artikel

Merek "Elizabeth" Bertahan 60 Tahun di Bisnis Tas Fesyen, Bermula dari Gang Kecil dengan Modal Minim

BANDUNG, KOMPAS.com- Mempertahankan bisnis selama 60 tahun bukan perkara mudah. Suka duka dan jatuh bangun pasti dilewati. Demikian pula yang dialami merek dagang tas fesyen asal Bandung, Elizabeth.

Namun, ada rahasia di balik suksesnya bisnis yang dijalani merek atau brand Elizabeth yang hingga kini sudah memiliki 90 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Utama Elizabeth Lisa Subali menceritakan, bagaimana di tahun 1963, kedua orangtuanya, Handoko Subali dan Elizabeth Halim yang tinggal di rumah kecil di dalam Gang Kebun Tangkil, Gardujati, Kota Bandung, memulai bisnis tas perjalanan (travel bag) kecil-kecilan dalam kondisi kesulitan ekonomi.

"Bapak Handoko dan Ibu Eli (Elizabeth Halim) memulai modalnya minim sekali waktu itu. Dinilainya dulu pakai batu korek api, karena batu korek api waktu itu berharga, kalau sekarang sama kaya logam mulia. Elizabeth itu tahun 1963 awalnya adalah tas travel, belum merambah ke tas ibu (perempuan)," kata Lisa saat ditemui di Hotel Sensa, Cihampelas, Kota Bandung, Selasa (20/9/2022).

Selain uang seadanya, modal Handoko dan Elizabeth saat itu hanya satu mesin jahit dan satu sepeda kumbang.

Menurut Lisa, ibunya memiliki keterampilan membuat pola baju yang diaplikasikan untuk membuat pola tas. Sementara Handoko menjadi palang pintu penjualan tas buatan tangan mereka yang dikerjakan bersama.

"Pak Handoko waktu itu jualnya pakai sepeda. Dia keliling jual tas itu per pieces. Laku, buat lagi," tutur Lisa.

Usaha Handoko dan Elizabeth berkembang cukup pesat di dua tahun awal. Jerih payah berjualan keliling membuat pesanan tas travel tidak pernah sepi.

Jika di awal usaha Handoko dan istrinya mampu memproduksi dan menjual dua lusin tas setiap hari, di akhir tahun 1963, produksi rata-rata mereka bisa enam lusin sehari dengan bantuan beberapa tenaga kerja.

"Permintaan mulai banyak, cukup cepat dalam dua tahun, permintaan datang terus. Bahkan orang-orang waktu itu bisa sampai nunggu di depan toko," ujarnya.

Membayar utang tepat waktu kepada suplaier bahan baku pembuatan tas adalah salah satu rahasia sukses Handoko dan Elizabeth dalam berbisnis. Menurut Lisa, di awal bisnis tas travel yang dijalani Handoko dan istrinya, suplaier membatasi bahan kain untuk diutangkan kepada keduanya.

"Bahan baku tas dari supplier limited karena Pak Handoko belum terlalu dipercaya. Tapi Pak Handoko selalu membayar utang kepada supplier tepat waktu, karena dengan membayar tepat waktu, akhirnya lama-lama pak Handoko bisa dapat supplay lebih banyak, bayar utang juga bisa mundur, dari situ modalnya bertambah," jelasnya.

Banyaknya pesanan, memaksa Handoko dan Elizabeth memindahkan usahanya pada tahun 1965. Pasangan ini pindah ke rumah milik sendiri di Jal Kalipah Apo, Kota Bandung. Tiga tahun berselang, barulah merek dagang Elizabeth dipatenkan.

"Di Jalan Kalipah Apo mereka punya kios (ruko) dua lantai. Di situ juga akhirnya dimulai membuat tas wanita pelan-plan  karena ada permintaan," jelasnya.

Penjualan tas wanita yang diproduksi Elizabeth pun meningkat, hingga akhirnya, di Jalan Otista, pasangan itu kembali membuka toko yang lebih besar. Hingga kini, Elizabeth pun lebih dikenal sebagai tas wanita ketimbang tas travel.

Rahasia bisnis selama 60 tahun

Rahasia mempertahankan bisnis Elizabeth lainnya yang diterapkan Handoko adalah tidak memiliki utang ke bank. Strategi ini terbukti jitu membawa Elizabeth bertahan di krisis moneter hebat tahun 1998.

Handoko dan istrinya menggunakan kemampuan finansial yang mereka miliki dari hasil penjualan dan perkembangan bisnis mereka sejak tahun 1963, untuk terus memproduksi tas agar bisnis tetap berjalan meski terseok seok.

"Drop ada beberapa kali terutama pada saat krismon tahun 1998, itu lumayan pukulannya. Tapi kita bertahan karena Pak Handoko selalu punya prinsip enggak boleh besar pasak daripada tiang, kalau enggak punya, manfaatkan apa yang saya punya, jangan lebih daripada itu. Jadi saat krismon kita enggak punya utang. Jadi kita bertahan dari situ karena kita tidak usah bayar utang," tuturnya.

Masih ada lagi strategi bisnis yang dilakukan oleh pasangan Handoko dan Elizabeth. Menurut Lisa, sejak awal berbisnis tas, kedua orangtuanya selalu membuat model dan desain baru setiap hari. Bukan lagi hitungan bulanan atau mingguan.

Lisa memastikan, strategi ini tidak pernah berubah. Bahkan sekarang, setiap harinya Elizabeth bisa mengeluarkan lebih dari 6 model baru.

"Setiap hari harus keluar model baru karena ini fashion. Dari dulu Elizabeth itu paling cepat keluar modelnya. Satu hari bisa empat sampai lima model keluar. Saya awalnya juga kaget, kok bisa ya secepat itu keluar model setiap hari," akunya.

Selain karena bakat yang membuat pola yang dimiliki Elizabeth Halim, tas model baru yang keluar setiap hari diakui Lisa  juga banyak dari hasil memodifikasi tas-tas luar negeri.

"Karena dulu belum digital, kita kadang-kadang beli sampel dari luar negeri atau lihat-lihat dari majalah. Jadi memang kita harus keluar cari sampel, cari insirasi," ucapnya.

Pun demikian dengan saat ini, Elizabeth terus mengikuti perkembangan zaman terutama dari sisi model dan variasi produk yang dijual. Bahkan, cara berjualan pun ikut di upgrade dengan digitalisasi dalam bentuk aplikasi Elizabeth Mobile App yang diluncurkan beberapa bulan lalu di Play Store dan App Store.

Menurut Lisa, hal tersebut dilakukan agar merek Elizabeth tidak terjebak di masa lalu dan dianggap sebagai tas fesyen dengan model kuno.

"Yang membuat Elizabeth bertahan juga sampai sekarang  adalah kita konsisten memberikan kualitas. Kita juga adaptasi dengan perkembangan zaman sekarang. Kalau dulu kita buat tasnya lebih sangat ibu-ibu karena warnanya hitam, coklat, hitam,  coklat lagi. Kalau sekarang harus selalu diremajakan, harus dimudakan kembali bentuknya. Modelnya mengikuti mami mami muda atau untuk anaknya lagi, bisa masuk juga ke generasi ketiga dan keempat," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/21/065250078/merek-elizabeth-bertahan-60-tahun-di-bisnis-tas-fesyen-bermula-dari-gang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke