Salin Artikel

Gedung Merdeka Bandung, Tempat Bersejarah bagi Dunia, Rusak, Atap Bolong dan Air Merembes

Dari luar, gedung yang dijadikan lokasi Konferensi Asia Afrika ini memang tampak baik-baik saja sehingga sering dijadikan sebagai lokasi berfoto wisatawan. Namun di dalamnya, kerusakan tampak di beberapa bagian bangunan.

Berdasarkan pemantauan langsung di lokasi, kerusakan bangunan utamanya terdapat di sayap barat gedung, yakni deretan ruang-ruang VVIP. Bahkan sebagian sedang dalam proses renovasi.

Di semua ruangan VVIP, sejumlah ember diletakkan di sejumlah titik untuk menampung tetesan air dari atap yang bocor.

Ruang-ruang VVIP juga memiliki langit-langit yang sudah bolong serta tembok mengelupas.

Kursi, meja, dan lemari, terpaksa digeser ke titik yang tidak dijatuhi tetesan air saat hujan.

Tidak hanya di ruangan VVIP, kerusakan pun terjadi di sekitar toilet.

Parahnya, dinding bagian barat dari aula paling ikonik di Gedung Merdeka, yang dijadikan tempat Konferensi Asia Afrika, mengalami kerusakan sehingga bagian dalam dindingnya terlihat jelas.

Hal ini membuat miris masyarakat, di antaranya pengunjung Museum Asia Afrika dan wisatawan yang mengunjungi kawasan Braga.

Warga yang tengah mengunjungi Bandung, Hindra (28), mengatakan, sangat menyayangkan gedung bersejarah ini mengalami kerusakan.

"Kalau museumnya sih bagus ya, tapi pas lihat ada tembok bolong di aulanya, kasihan juga. Perawatannya bagaimana ini. Harusnya jadi perhatian, ini kan gedung penting. Sepintas sih oke saja, tapi kalau diperhatikan, memang ya sudah butuh tindakan," kata warga Bogor ini, Kamis (22/9/2022).

Hal serupa juga disampaikan warga Kabupaten Bandung, Dhiya Zain (17).

Ia merasa khawatir kerusakan yang terjadi terus merambat ke bagian lainnya di gedung bersejarah tersebut.

"Banyak yang bilang kalau merenovasi gedung heritage itu ribet. Tapi jangan sampai lah jadi harus mengorbankan gedung bersejarah, hanya karena urusan administrasi. Saya harap cepat diperbaiki ya. Ini gedung penting," katanya.

Zain mempertanyakan kondisi bangunan di kawasan Braga dan Asia Afrika yang sudah usang. Ia khawatir nasib gedung-gedung ini sama seperti Gedung Merdeka.

"Dipakai orang foto-foto, kena polusi, disenderin orang, kena vandalisme, jangan-jangan banyak gedung yang rusak juga. Saya pikir harusnya pemerintah atau siapa pun lah, karena sejarah milik bersama, lebih aware sama gedung bersejarah," katanya.

Segera diperbaiki

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan segera memperbaiki kerusakan Gedung Merdeka.

Pejabat Pembuat Komitmen Pemugaran Gedung Merdeka, Ujang A Mukarom, mengatakan renovasi Gedung Merdeka telah mendapat rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya melalui Surat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Nomor B/TU/4087/Disbudpar/VIII/2022 tanggal 22 Agustus 2022 Perihal Surat Rekomendasi TACB Jalan Asia Afrika Nomor 65.

"Gedung Merdeka terakhir kali direnovasi besar-besaran yaitu saat menjelang Peringatan 25 Tahun KAA pada 1980 sekaligus Peresmian Museum Konferensi Asia Afrika pada 24 April 1980," ujar Ujang di Bandung, Kamis (22/9/2022).

Pemprov Jabar, ujarnya, sudah mengalokasikan anggaran Rp 4,1 miliar untuk memperbaiki sejumlah kerusakan tersebut. Proses renovasi akan dimulai pada September hingga Desember 2022.

"Meliputi perbaikan utama penggantian rangka atap untuk sisi barat, ruang VIP, perbaikan dinding karena udah banyak yang retak, plafon, musala, toilet, pengecatan, tata udara dan tata lampu.," ucap Ujang.

Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Dahlia Kusuma Dewi mengatakan, proses renovasi Gedung Merdeka membutuhkan waktu dan persiapan matang mengingat Gedung Merdeka sebagai cagar budaya.

"Jadi karena ini kan gedung cagar budaya, jadi prosesnya waktu itu agak panjang. Pemprov (Jabar) sudah sejak pertengahan tahun pun sudah siap. Cuma harus izin dulu, karena cagar budaya di sini itu ada tim ahli cagar budaya," katanya.

Sejarah Gedung Merdeka

Gedung Merdeka pernah menjadi tempat kegiatan Badan Perancang nasional lalu menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk pada tahun 1960.

Selain itu pada tahun 1965, Gedung Merdeka menjadi tempat Konferensi Islam Asia Afrika.

Saat pemberontakan G30S/PKI, Gedung Merdeka dikuasai instansi militer dan sebagian gedung menjadi tempat tahanan politik G30S/PKI.

Kemudian pada Maret 1980, sebagai tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25. Pada puncak peringatan diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia ke-2.

Untuk membaca artikel sejarah Gedung Merdeka secara lengkap, silakan klik: Gedung Merdeka di Bandung: Sejarah, Fungsi, dan Arsitek

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul: Gedung Konferensi Asia Afrika Rusak Parah, Dari Luar Terlihat Baik-baik Saja, di Dalam Banyak Ember

https://bandung.kompas.com/read/2022/09/23/113222678/gedung-merdeka-bandung-tempat-bersejarah-bagi-dunia-rusak-atap-bolong-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com