Salin Artikel

5 Wisata Jabar yang Punya Cerita Legenda, dari Gunung Padang hingga Goa Sunyaragi

KOMPAS.com - Provinsi Jawa Barat terkenal akan wisata yang punya legenda. Berbagai kisah dapat ditemukan dari beberapa daerah, dan hingga kini tak sedikit yang tetap memercayai kebenaran legenda tersebut.

Tak hanya itu, beberapa di antara kisah legenda bahkan melekat erat di sejumlah tempat yang sampai saat ini menjadi destinasi wisata bagi masyarakat. Adanya legenda tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Berikut ini lima wisata berbalut cerita legenda yang dapat ditemukan di Jawa Barat, dilansir dari situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat:

Kisah Sangkuriang melekat erat dengan Gunung Tangkuban Parahu. Menurut legenda, gunung ini tercipta akibat kemarahan Sangkuriang yang gagal menikahi Dayang Sumbi.

Sangkuriang tak mengetahui bahwa Dayang Sumbi merupakan ibu kandungnya.

Untuk mengagalkan pernikahan itu, Dayang Sumbi memberi syarat agar Sangkuriang membuat perahu dan telaga yang harus jadi dalam semalam dengan membendung aliran Sungai Citarum.

Sangkuriang nyaris berhasil, sebelum akhirnya digagalkan oleh kecerdikan Dayang Sumbi yang membuat waktu seolah-olah sudah pagi.

Karena kecewa, Sangkuriang menendang perahu yang dibuatnya dan secara ajaib perahu itu berubah menjadi Gunung Tangkuban Parahu yang dikenal sampai saat ini.

Terlepas dari itu, gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat tersebut masih tercatat sebagai gunung api aktif.

Ada 3 kawah yang bisa ditemukan yaitu Kawah Upas, Kawah Ratu, dan Kawah Domas. Kawah-kawah tersebut terbentuk akibat besarnya letusan gunung beberapa tahun silam.

Dari 3 kawah itu, Kawah Ratu paling mudah dijangkau dan menjadi daya tarik utama dari destinasi wisata Tangkuban Parahu.

Danau atau Situ Bagendit merupakan daya tarik wisata yang berada di Kabupaten Garut. Danau ini memiliki ukuran yang luas sehingga dijadikan sebagai salah satu sumber air untuk memenuhi kehidupan masyarakat di sekitar.

Menurut legenda, danau tersebut tercipta akibat keserakahan dari seorang tokoh bernama Nyai Bagendit. Meski kehidupannya bergelimang harta, ia enggan berbagi kepada warga yang tidak mampu.

Suatu hari, datang seorang kakek meminta bantuan Nyai Bagendit. Namun kakek itu justru diusir dan dihina. Karena kecewa, kakek misterius tersebut menancapkan tongkatnya ke tanah dan ketika dicabut keluar air secara terus menerus.

Warga yang tinggal di sekitar kediaman Nyai Bagendit berlarian menyelamatkan diri. Nyai Bagendit sendiri terlambat lari sehingga ia dan hartanya tak bisa diselamatkan.

Kini kondisi Situ Bagendit sudah ditata dengan rapi. Presiden RI Joko Widodo berharap Situ Bagendit bisa menjadi wisata kelas dunia.

3. Situ Cangkuang dan Kampung Pulo

Selain Situ Bagendit, Kabupaten Garut juga memiliki Situ Cangkuang yang tidak kalah populer. Di sini wisatawan bisa menikmati daya tarik danau serta bangunan candi kuno yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad 8 M.

Selain Situ Cangkuang, di lokasi ini juga terdapat Kampung Pulo yang kaya akan sejarah.

Menurut cerita turun temurun, dulunya Kampung Pulo dihuni Eyang Embah Dalem Arief Muhammad, seorang penyebar agama Islam yang namanya sudah melegenda.

Eyang Embah Dalem Arief Muhammad memiliki keturunan 6 anak perempuan dan 1 laki-laki.

Sampai saat ini, semua keluarganya tidak ada yang meninggalkan Kampung Pulo karena sudah menjadi tradisi dari leluhur.

Lokasi Kampung Pulo sendiri berada tepat di depan gerbang masuk Candi Cangkuang. Jadi wisatawan bisa mendapatkan banyak daya tarik wisata apabila berkunjung ke tempat ini.

Goa Sunyaragi merupakan situs bersejarah peninggalan Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang konon dibangun pada abad ke-17 hingga 18 M.

Goa ini didirikan sebagai tempat meditasi para sultan dan keturunannya sehingga dinamakan Sunya (sunyi/sepi) dan Ragi (raga).

Berbagai cerita legenda hingga mitos-mitos bisa didengar wisatawan yang berkunjung ke tempat ini.

Di Goa Sunyaragi, terdapat beberapa tempat yang disakralkan. Bahkan, menurut keterangan juru pelihara setempat, ada satu ruangan yang biasa didatangi sultan zaman dulu untuk bermeditasi dan memberangkatkan sukmanya ke Tanah Suci Mekah.

Beberapa ruangan lain juga memiliki makna khusus tersendiri. Contohnya ruang tamu yang dibangun dengan langit-langit tidak tinggi.

Itu dimaknakan agar setiap orang yang datang selalu membungkuk dengan maksud merendahkan diri.

Bangunan lainnya dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai wajah barongsai.

Hal tersebut dimaksudkan sebagai penghormatan kepada bangsa Tiongkok yang tinggal di kawasan Cirebon.

Jawa Barat menyimpan banyak keajaiban, salah satunya Situs Megalitikum Gunung Padang yang tertelak di Kabupaten Cianjur.

Oleh beberapa ahli sejarah, Gunung Padang disebut-sebut sebagai situs tertua di dunia mengalahkan Piramida Gaza yang ada di Mesir.

Situs ini kabarnya ditemukan pada tahun 1891 dan terus diteliti hingga sekarang.

Di sana wisatawan bisa menemukan sisa-sisa bangunan peninggalan zaman megalitikum.

Konon kabarnya, masih terdapat banyak sisa bangunan yang tertimbun dalam tanah sehingga menarik perhatian peneliti dari berbagai penjuru dunia.

Situs Gunung Padang diduga sebagai tempat pemujaan dan upacara masyarakat. Bahkan menurut legenda, tempat ini juga pernah disinggahi Prabu Siliwagi untuk bermeditasi.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/03/085604278/5-wisata-jabar-yang-punya-cerita-legenda-dari-gunung-padang-hingga-goa

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com