Salin Artikel

Cerita Abah Karun, 44 Tahun Buat Pesanan Perahu Tongkang, termasuk untuk Antisipasi Banjir Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - 44 tahun, waktu yang dihabiskan Abah Karun (66) sebagai perajin perahu tongkang di Kampung Mekarsari, Desa Mekarsari, Kecamtatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Bantaran sungai Citarum yang melintasi kampungnya menjadi saksi keuletan Abah Karun meneruskan keterampilan yang diwariskan dari sang Ayah dan Paman.

Saat dijumpai di tempatnya berkarya, Abah Karun bercerita sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda 2 minggu karena sakit.

"Harusnya satu perahu ukuran normal 5 meter itu selesai cuma 3 hari, tapi kemarin Abah sakit jadi sekarang tertunda," katanya ditemui, Selasa (4/9/2022).

Sambil mengerjakan perahu pesanan warga Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Abah Karun bercerita ihwal perjalanannya menjadi pengiat perahu tongkang.

Tahun 1970-an awal, merupakan masa saat Karun kecil mulai belajar membuat perahu bersama ayahnya.

Saat itu, ayahnya juga merupakan pembuat perahu. Dari sanalah dia pertama kali mempelajari semua petunjuk teknis pembuatan perahu.

"Abah itu mulai belajar sejak kelas 5 SD, awal kenal pembuatan perahu ya dari Ayah," terangnya.

Pada 1974, sang Ayah berpulang. Kendati demikian, Karun kecil tak berhenti mempelajari pembuatan perahu. Kali ini dibantu sang Paman.

"Dan saya meneruskan keterampilan dengan Paman saya, karena anak dari Paman saya gak ada yang bisa," ujarnya.

Empat tahun kemudian atau pada 1978, Karun pertama kali berhasil membuat perahu tongkang dengan kapasitas delapan orang.

Seperti mendapat warisan berharga, sebelum pamannya berpulang, beliau sempat memberikan semua peralatan pembuatan perahu untuk Karun.

"Makanya saya sejak tahun 80-an udah konsisten membuat perahu dan tak pernah kerja di tempat lain," tutur dia.

Menurutnya, bakat dan keahlian membuat perahu tidak datang secara tiba-tiba. Kebanyakan, keahlian yang diturunkan dari leluhur menjadi kunci penting.

"Kalau yang kaya gini (membuat perahu) harus keturunan, kalau bukan keturunan agak repot dan susah," jelas Abah.

Meski begitu, ia menyebut tak menutup kemungkinan kemampuannya diberikan pada orang lain, melalui proses pembelajaran yang panjang.

Tak hanya itu, para sesepuh (orang yang tuakan) di kampung halamannya, termasuk Ayah dan Pamannya, kerap memberikan amanah agar generasi penerus penggiat perahu tak membuat perahu di luar kampung halaman meraka.

"Tapi syaratnya jangan membuat perahu di kampung orang, anak saya juga yang di Cililin saya suruh pulang aja bikin di sini,," ungkapnya.

Dulu di wilayah Bandung Selatan, hanya terdapat dua wilayah yang mampu membuat perahu, yakni Kecamatan Sindangsari serta Kecamatan Baleendah.

"Salah satunya keluarga saya, Paman dan Ayah. Sekarang tinggal saya dan anak saya, karena saya juga menurunkan pengetahuan saya ke anak," beber dia.

Pembuatan perahu

Karun tak ingat, berapa banyak perahu yang sudah dibuatnya. Selain membuat perahu tongkang, dia pun membuat perahu jenis lain dengan ukuran lebih besar atau lebih kecil.

"Bukan hanya perahu tongkang saja di beberapa tempat wisata itu hasil karya saya. Itu masuk 28 orang anak TK," jelas dia.

Satu buah perahu dengan ukuran normal bisa di pesan dengan harga Rp 2,5 juta, sedangkan untuk perahu ukuran besar bisa di pesan dengan harga Rp 9 juta ke atas.

"Saya menjual udah aja gini warna kayu. Kecuali seperti petugas Satgas Citarum pengen di cat, ya saya minta lagi buat cat nya," kata Abah Karun.

Bahan baku kayu yang dibuatnya merupakan jenis kayu suren. Kayu tersebut, kata dia, sejenis dengan kayu jati.

Ia mendapatkan stok kayu dari beberapa daerah di Kabupaten Bandung, mulai dari Arjasari sampai ke Cikalong Pangalengan.

"Kalau ada uang langsung saya simpan di sana untuk beli beberapa kubik kayu. Kayu itu, mengandung minyak kayunya, kalau pake kayu yang lain gak akan kepakai," ungkapnya.

Tata cara pembuatan yang masih mempertahankan peralatan tradisional, pemilihan kayu terbaik serta ketelitian yang bermutu, membuat perahu buatan Abah Karun memiliki ciri khas sendiri.

Abah Karun mengatakan, keunggulan perahunya ada pada papan bagian tubuh yang memiliki tebal 2 cm.

Kemudian, Abah Karun lebih memilih paku dari bambu untuk menyambungkan papan di bagian atas ke bawah, dibandingkan menggunakan paku beton.

"Kenapa menggunakan pengunci kayu, kalau di wilayah lain pake paku. Kalau pake paku kena air itu kan pasti longgar, makanya gampang rusak," tambahnya.

Tak aneh, jika perahu tongkang buatan Abah Karun bisa bertahan hingga 6 tahun, sedangkan pengrajin yang lain hanya 1 tahun saja.

"Karena saya teliti dan nggak mau membahayakan orang lain, kebanyakan yang mesen itu untuk ikan di Waduk Saguling," terang dia.

Tongkang, dibutuhkan saat Bandung Selatan banjir

Ketahanan perahu buatan Abah Karun bukan hanya isapan jempol belaka, buktinya kala banjir Bandung Selatan datang, baik warga atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dipastikan memesan perahu buatannya.

Ia masih mengingat kala Banjir Bandung Selatan terbesar pada tahun 1996, dalam sehari ia menerima pesanan sebanyak 60 unit perahu.

"Waktu banjir Bandung Selatan itu gak kebendung pesanan, sehari saya bisa sampai uang DP Rp 13 juta, sehari melakukan pengerjaan 2 perahu waktu itu, saya dan anak saya waktu itu untuk pengerjaan," kata Abah.

Meski banjir Bandung Selatan sudah bisa tertangani sedikit demi sedikit, Abah menyebut pemesanan perahu untuk antisipasi banjir masih terus ada.

"Sekarang ya banjirnya sudah mulai berkurang, tapi pesanan tetap ada nggak pernah sepi, paling untuk di waduk saguling atau waduk lainnya. Ya, paling buat dipake ngambil ikan, nyari pakan di pinggir sungai atau waduk," ungkapnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/05/155357378/cerita-abah-karun-44-tahun-buat-pesanan-perahu-tongkang-termasuk-untuk

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke