Salin Artikel

Kabupaten Bandung Direndam Banjir, Warga Duga Kiriman Air dari Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Hujan yang mengguyur wilayah Bandung Raya sejak pukul 14.00 WIB mengakibatkan banjir di wilayah Kabupaten Bandung.

Beberapa titik seperti Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang kerap dilanda banjir kiriman dari Kota Bandung atau dari luapan sungai Citarum.

Seperti halnya Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang sudah dikepung banjir sejak Jumat (7/9/2022) pukul 16.00 WIB.

Aki (39) warga RW 14 mengatakan, hujan sejak tadi siang mengakibatkan beberapa RW di Kampung Bojongasih terendam air kiriman dari Kota Bandung.

Banjir yang datang pasca hujan resa tersebut, mulai merendam beberapa wilayah seperti RW 1,2,3,4,5, dan 14.

"Di sini RW 04 yang paling lama surut, karena titik paling rendah, semakin ke sana, semakin dekat tanggul Citarum ya semakin rendah," katanya ditemui, Jumat (7/9/2022).

Saat ini, kata dia, ketinggian air masih setinggi mata kaki orang dewasa. Namun, setiap RW memiliki perbedaan, lantaran kontur tanah yang berbeda.

"Kalau dilihat semua, ya paling sekarang setinggi mata kaki. Tapi kalau masuk lagi ke RW yang lain, ya pasti lebih dalam," ungkapnya.

Ia mengatakan hingga kini arus air masih mengarah ke sungai Citarum, artinya air kiriman belum selesai terkirim semua.

Sebaliknya, jika air tenang dan mulai melawan arah, lanjut Aki, artinya air akan segera surut.

"Jadi kita warga sini sudah terbiasa, kami juga sudah bisa menduga kapan air datang dan air surut," ujarnya.

Aki meyakini bahwa banjir yang melanda Desa Bojong pada hari ini, merupakan banjir kiriman dari Kota Bandung.

Hal itu, sambung dia, bisa dilihat dari warna air yang datang. Jika, air kiriman dari Kota Bandung cenderung berwarna coklat tapi kalau air dari sungai Citarum, dipastikan berwarna agak kekuningan.

"Perbedaan air kiriman dari Kota dan Citarum, kalau dari kota (Bandung) warna airnya cokelat, kalau Citarum sedikit kuning," terangnya.

Aki menjelaskan, warga asli sudah bisa memprediksi jika hujan di Kota Bandung masih tinggi maka di Desa Bojong pun akan sama.

Kendati begitu, ia menyebut air kiriman atau luapan sungai Citarum yang melanda wilayahnya sekarang sudah tergolong lebih cepat surut.

Hal itu folder air yang sudah dibangun, kemudian pintu air yang berada dekat dengan tanggul sungai Citarum sudah ditutup.

"Sekarang paling surut hanya dalam waktu 3 jam, terus kalau hujan di Kota sudah berhenti, maka di sini juga udah berhenti karena sekarang sudah ada folder air. Ini mah air kiriman, kalau di sini karena pintu air yang dekat makam di RW 2 sudah di tutup kemungkinan air Citarum gak naik," jelasnya.

Selain cepat surut, saat ini banjir di wilayahnya tidak terlalu parah. Ia menyebut tahun 2021 banjir paling parah hanya setinggi 1 meter saja.

Selain itu, ketika hujan datang, ia dan warga sekitar sudah mempersiapkan banyak hal untuk mengantisipasi meluapnya air sungai citarum atau banjir kiriman yang tak mereda.

"Paling begadang saja kalau ada air yang sudah datang dekat pintu, barang-barang saya masukin ke para, paling kendaraan motor yang di pindahkan," ungkapnya.

Meski cenderung lebih cepat surut, namun ia masih khawatir adanya tanggul jebol akibat intensitas hujan yang tak berkurang.

"Tanggul yang dekat RW 4, RW 5, RW 2 masih menggunakan karung berisi tanah belum permanen, itu khawatir takut jebol dan itu pasti nambah kekhawatiran," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/07/204437478/kabupaten-bandung-direndam-banjir-warga-duga-kiriman-air-dari-bandung

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com