Salin Artikel

Potret Sekolah Ketahanan Iklim Pertama di Cianjur, dari Paperless hingga Larangan Berkendara

CIANJUR, KOMPAS.com - Berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan yang semakin tidak baik-baik saja, sebuah sekolah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menerapkan konsep ketahanan iklim.

Melalui gerakan ini, guru dan siswa di SD Negeri Sukatani, Mayak, Kecamatan Cibeber, Cianjur secara bersama-sama berperan aktif dalam mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

Sejumlah upaya dan kebijakan dilakukan pihak sekolah, mulai dari penerapan paperless atau upaya mengurangi pemakaian kertas, hingga larangan memakai kendaraan ke sekolah.

“Setiap hari Sabtu, guru dan siswa dilarang memakai kendaraan ke sekolah, apalagi yang tinggalnya dekat, wajib jalan kaki atau bersepeda bagi yang punya,” kata Kepala SDN Sukatani Nurhayati kepada Kompas.com, Minggu (16/10/2022).

"Sementara untuk yang tinggal jauh dapat menggunakan angkutan umum, sehingga sekolah steril dari keberadaan kendaraan," sambung dia.

Tujuan dari kebijakan ini, ditegaskan Nurhayati, sehari dalam sepekan lingkungan sekolah setidaknya bisa terbebas dari asap karbon yang dihasilkan dari kendaraan.

“Semoga ke depanmya gerakan zero emisi ini tidak hanya diakhir pekan, tapi juga bisa diterapkan di hari yang lainnya," ucap Nurhayati.

Pemakaian kertas dibatasi

Sementara kaitan dengan gerakan paperless, pihaknya berupaya mengurangi pemakaian kertas bagi kebutuhan sekolah.

Dokumen-dokumen yang bisa dibuat dalam bentuk soft file, maka tidak harus dicetak.

“Kalau sekira bisa tidak di-print, ya nggak usah (dicetak), cukup PDF saja, misalnya seperti RPP guru, surat tugas, termasuk soal ulangan, juga SK-SK," kata Nurhayati.

Kendati begitu, ia tidak menampik jika langkah ini belum bisa sepenuhnya diterapkan karena masih ada dokumen yang harus dicetak di atas kertas.

"Upaya ini bukan berarti meniadakan pemakaian kertas sama sekali. Tapi setidaknya kita berupaya menekan seminimal mungkin penggunaannya,” ujar dia.

Kebutuhan kertas secara global terus meningkat sehingga kebutuhan akan ketersediaan bahan baku kayu sangat tinggi. Karena itu, semakin banyak kertas diproduksi, maka akan banyak pohon yang harus ditebang,

“Kalau misalkan rata-rata satu sekolah saja bisa menghabiskan 5-10 rim dalam sebulan, berapa kertas yang dibutuhkan jika dikalkulasikan secara global,” kata Nurhayati.

Sebagai catatan, kebutuhan kertas secara nasional per tahun mencapai 5,6 juta ton, dan diperlukan sebatang pohon berusia 5 tahun untuk memproduksi satu rim kertas.

Lagi pula, ditegaskan Nurhayati, upaya paperless ini sejurus dengan metode pendidikan berbasis digital yang tengah gencar digelorakan saat ini.

“Perihal digitalisasi atau sentuhan IT ini sendiri kan siswa dan guru sudah sangat adaptif, karena selama masa pandemi kemarin dipaksa untuk itu," ucapnya.

Visi ketahanan iklim

Nurhayati berharap, melalui konsep ketahanan iklim ini, masyarakat sekolah dapat meningkatkan kapasitasnya dalam memahami perubahan iklim melalui aksi adaptasi dan mitigasi.

Selain itu, juga mampu mengantisipasi dampak dan resiko dari perubahan iklim hingga potensi kerusakan lingkungan yang terjadi di kemudian hari.

“Sejatinya ketahanan iklim ini menjadi salah satu upaya untuk mencegah resiko perubahan iklim tersebut,” ujar Nurhayati.

Menurut dia, perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi Bumi dan seisinya karena dapat memicu krisis sosial ekologis yang luas dan berkelanjutan.

Cetak Generasi Penyelamat Lingkungan

Nurhayati menambahkan, selain langkah-langkah tersebut, pihak sekolah melalui pelibatan siswa secara aktif juga melaksanakan program pengolahan dan pemanfaatan limbah secara berkelanjutan.

“Untuk (sampah) jenis anorganik seperti plastik, diolah menjadi produk ecobrick, sedangkan yang organik kita jadikan bahan baku pembuatan ekoenzim,” terang dia.

Sejauh ini, hasilnya telah dimanfaatkan untuk lingkungan sekolah, salah satunya dijadikan ornamen kebutuhan interior dan eksterior.

Nurhayati menegaskan, upaya-upaya yang dilakukan ini tak lebih dari sebuah langkah kecil wujud kepedulian sekolah terhadap masa depan Bumi.

“Pada akhirnya semua upaya ini diharapkan dapat menjadi bagian dari gaya hidup, dan siswa khususnya, bisa menjadi duta lingkungan, setidaknya bagi dirinya sendiri,” ucap Nurhayati.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/17/055714778/potret-sekolah-ketahanan-iklim-pertama-di-cianjur-dari-paperless-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke