Salin Artikel

Cerita dan Pesan Moral Dongeng Si Kabayan Asal Jawa Barat

KOMPAS.com - Si Kabayan adalah dongeng yang berasal dari Jawa Barat.

Si Kebayan merupakan cerita rakyat Jawa Barat yang cukup populer bahkan tokoh Si Kabayan pernah diangkat ke layar lebar.

Cerita rakyat merupakan salah satu kekayaan budaya suatu daerah yang sarat pesan moral.

Berikut ini adalah Dongeng Si Kabayan Asal Jawa Barat.

Dongeng Si Kabayan Asal Jawa Barat

Dahulu kala di tanah Pasunda, ada laki-laki bernama Si Kabayan. Ia merupakan laki-laki pemalas namun mempunyai banyak akal.

Kepandaian Si Kabayan lebih sering digunakan untuk mendukung kemalasannya.

Si Kabayan memiliki istri bernama Nyi Iteung.

Suatu ketika, Si Kabayan disuruh oleh mertuanya untuk mengambil siput-siput di sawah. Si Kabayan menuruti kemauan mertuanya dengan malas-malasan.

Saat tiba di sawah, Si Kabayan tidak segera mengambil siput yang banyak terdapat di sawah, ia hanya duduk-duduk di pematang sawah.

Lama tidak kembali ke rumah, mertua Si Kabayan menyusul ke sawah. Ia terperanjat melihat Si Kabayan hanya duduk-duduk di pematang sawah.

Mertua Si Kabayan menegur menantunya itu mengapa dia tidak segera turun ke sawah untuk mengambil tutut-tutut (Siput) itu.

Si Kabayan memberi alasan yang tidak masuk akal bahwa ia takut karena sawahnya sangat dalam.

Untuk menguatkan pendapatnya, Si Kabayan menunjukkan kepada mertuanya bahwa langitpun bisa terlihat di sawah.

Mertuanya sangat geram mendengar alasan Si Kabayan, kemudian Si Kabayan didorong ke sawah.

Setelah dirinya terdorong masuk ke sawah, Si Kabayan seolah-olah baru menyadari bahwa sawah itu dangkal.

Ia mengatakan hal itu dihadapan mertuanya sambil senyum-senyum menyebalkan. 

Si Kabayan lantas mengambil siput-siput yang banyak terdapat di sawah.

Memetik buah nangka

Pada hari yang lain mertuanya menyuruh Si Kabayan untuk memetik buah nangka yang sudah matang. Pohon tersebut tumbuh di pinggir sungai dengan batang yang menjorok di atas sungai.

Lagi-lagi, Si Kabayan malas menuruti kemauan mertuanya. Setelah mertuanya terlihat mulai marah, Si Kabayan pun menurut.

Kemudian, Si Kabayan memanjat pohon dan memetik buah nangka yang telah masak. Sayangnya, buah nangka itu jatuh ke sungai.

Namun Si Kabayan tidak buru-buru mengambil buah nangka yang hanyut di sungai. Ia malah membiarkan buah tersebut terbawa arus sungai.

Mertua Si Kabayan heran melihat Si Kabayan pulang tanpa membawa buang nangka. Lalu dengan nada jengkel, mertua Si Kabayan menanyakan buah nangka yang dipetiknya.

Dengan wajah polos, Si Kabayan mengatakan bahwa buah nangka itu telah  dimintanya untuk pulang  lebih dahulu.

Mertua Si Kabayan semakin tidak mengerti maksud menantunya ini.

Kemudian Si Kabayan menceritakan bahwa saat memetik buah nangka, buah tersebut jatuh ke sungai. Ia membiarkan nangka itu hanyut dan akan tiba terlebih dahulu di rumah.

Namun, mertua Si Kabayan tidak mempercayai cerita itu, kemudian sang mertua menuduh Si Kabayan malas membawa nangka ke rumah.

Meski dimarahi mertuanya, Si Kabayan hanya tertawa-tawa.

Memetik kacang koro

Lain waktu, mertua Si Kabayan mengajak menantunya yang malas itu untuk memetik kacang koro di kebun. Mereka membawa karung sebagai wadah kacang koro yang sudah dipetik.

Baru beberapa petik kacang koro yang diperoleh, Si Kabayan malas melanjutkan memetik kacang koro. Ia memilih tidur di dalam karung.

Saat terdengar adzan Dhuhur, mertua Si Kabayan telah menyelesaikan pekerjaannya. ia keheranan karena tidak melihat Si Kabayan.

Dengan mengggerutu, mertua Si Kabayan menduga bahwa menantunya tersebut sudah pulang terlebih dahulu.

Mertua Si Kabayan terpaksa memanggul karung yang diduga kacang koro pulang ke rumah.

Sampai di rumah, mertua Si Kabayan terperanjat melihat isi karung itu adalah Si Kabayan.
Ia pun marah-marah kepada menantunya itu.

Masih jengkel dengan dengan peristiwa karung kacang koro, kali ini mertua Si Kabayan ingin membalas dendam perilaku menantunya.

Saat, mereka kembali memetik kacang koro. Diam-diam, mertua Si Kabayan masuk ke dalam karung dan tidur dengan harapan ia akan dipanggul saat pulang ke rumah oleh menantunya.

Saat adzan Dhuhur terdengar, Si Kabayan menghentikan pekerjaannya namun ia tidak melihat mertuanya. Tak sengaja ia melihat mertuanya tengah tidur di dalam karung.

Bukan memanggul seperti yang dilakukan mertuanya, Si Kebayan malah menyeret karung yang berisi mertuanya tersebut pulang ke rumah.

Mertuanya meronta-ronta meminta Si Kabayan berhenti menyeret karung itu.

Namun Si Kabayan malah berdalih bahwa karung digunakan untuk tempat kacang koro sambil terus menyeret karung itu hingga tiba di rumah.

Kakek penunggu lubuk 

Sejak kejadian itu, mertua Si Kabayan mendiamkan Si Kabayan, ia tidak mau berbicara bahkan melengos saat bertatap mata dengan menantunya itu.

Si Kabayan menyadari bahwa mertuanya membenci dirinya setelah kejadian menyeret karung kacang koro. Si Kabayan juga tidak nyaman karena tidak diajak bicara oleh mertuanya itu.

Akhirnya, Si Kabayan mencari cara agar mertunya tidak membeci dirinya. Kemudian, ia bertanya pada istrinya mengenai nama asli mertuanya.

Awalnya Nyi Iteung menolak memberitahu nama asli abahnya karena dianggap pantangan.

Si Kabayan terus membujuk, akhirnya istrinya mau memberitahu nama asli mertuanya yang bernama Ki Nolednad.

Namun, Nyi Iteung berpesan pada suaminya agar tidak menyebarkan rahasia itu.

Kemudian, Si Kabayan mencari air enau yang masih kental dan diambil kapuk dalam jumlah banyak. Ia membasahi tubuhnya dengan air enau dan menutupi dengan kapuk.

Selanjutnya, Si Kabayan memanjat pohon dan duduk di dahan sambil menunggu mertuanya yang akan mandi.

Saat mertuanya sedang mandi, dari atas pohon Si Kabayan berseru dengan menyebut nama asli mertunya, Nolednad.

Mertua Si Kabayan yang tengah mandi kaget mendengar namanya dipanggil dan mencari sumber suara. Ia semakin kaget melihat makhluk putih menyeramkan dalam pandangannya.

Makhluk bertubuh putih itu menyebut dirinya kakek penunggu lubuk 

Kakek penunggu lubuk itu meminta mertua Si Kabayan untuk menyayangi Si Kabayan yang dianggap sebagai cucu oleh kakek itu.

Mertua Si Kabayan juga diminta untuk mengurus sandang dan pangannya. Jika menuruti perintah kakek itu, maka mertua Si Kabayan dijamin keselamatannya.

Sejak kejadian tersebut, mertua Si Kabayan tidak membenci menantunya lagi bahkan mencukupi dengan sandang, pangan, dan membuatkan rumah meskipun kecil.

Si Kabayan juga sadar akan sifat buruknya. Ia mengubah sifatnya dan tidak bermalas-malasan lagi.

Si Kabayan bekerja sebagai buruh untuk mencukupi kehidupan rumah tangganya. Nyi Iteung semakin sayang kepada Si Kabayan.

Sebaliknya, Si Kabayan juga bertambah sayang pada istri dan mertua yang tetap baik terhadap dirinya.

Pesan Moral Dongeng Si Kabayan Asal Jawa Barat

Bahwa seseorang harus rela berkorban untuk kelangsungan hidupnya. Jika seseorang tidak berusaha maka tidak akan mencapai tujuannya.

Sifat malas hanya akan merugikan diri sendiri di kemudian hari.

Sumber:

ppid.bandung.go.id dan labbineka.kemdikbud.go.id

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/20/064600978/cerita-dan-pesan-moral-dongeng-si-kabayan-asal-jawa-barat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com