Salin Artikel

Perkebunan Teh di Bandung Akali Langkanya Bahan Bakar Wood Pellet Imbas Perang Ukraina-Rusia

BANDUNG, KOMPAS.com - Perang antara Rusia-Ukraina berimbas pada produksi teh di Perkebunan Walini, Kabupaten Bandung. Pasalnya bahan bakar yang digunakan untuk proses pengeringan teh langka di pasaran.

Masinis Kepala Kebun Rancabali, Dani Sudibyo mengatakan, bahan bakar utama yang digunakan PTPN VIII, pengelola Perkebunan Walini adalah wood pallet.

"Sejak terjadinya konflik Rusia-Ukraina awal 2022 menyebabkan pabrik di berbagai negara yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih ke wood pellet," ujar Dani saat dihubungi belum lama ini.

Akibatnya, terjadi kelangkaan dan kenaikan harga wood pellet, termasuk di Indonesia. Padahal bahan bakar itu penting untuk proses pengeringan.

Pengeringan, sambung Dani, merupakan salah satu tahapan yang sangat penting atau krusial pada proses pengolahan teh.

Proses ini bertujuan menghentikan proses oksidasi enzymatis sehingga enzym tidak aktif pada saat komposisi senyawa-senyawa pendukung kualitas mencapai keadaan optimal, menurunkan kadar air sampai batas tertentu.

Lalu mensterilkan dari kemungkinan adanya bakteri pada bubuk teh yang terbawa dari proses sebelumnya, memberikan warna hitam pada kenampakan teh, memperpanjang masa simpan produk, dan memudahkan proses sortasi dan penanganannya.

Mesin yang digunakan untuk menghasilkan udara panas ke mesin pengering di pabrik teh adalah mesin Heat Exchanger (HE).

Saat ini, mesin HE yang digunakan sebagian besar pabrik teh masih berkonsep bahan bakar tunggal, sehingga sangat bergantung pada ketersediaan satu jenis bahan bakar. Yakni wood pellet.

Namun sejak terjadinya konflik Rusia-Ukraina awal 2022, pabrik di berbagai negara yang semula menggunakan bahan bakar minyak beralih ke wood pellet.

Akibatnya terjadi kelangkaan dan kenaikan harga wood pellet, termasuk di Indonesia. Perkebunan Walini pun sempat pusing.

Inovasi Baru

Hingga akhirnya, ia mencoba berinovasi membuat mesin yang bisa menggunakan 3 jenis bahan bakar. Ia menamakannya mesin Heat Exchanger (HE) Hybrid 3 in 1.

Salah satu alternatif bahan bakarnya adalah Compressed Natural Gas (CNG), yaitu gas alam yang dikompresi pada tekanan 200250 bar.

Selain Bahan bakar wood pellet dan CNG, bahan bakar lain yang bisa diolah oleh mesin Hybrid 3 in 1 ini ialah kayu.

Dani mengungkapkan, inspirasi teknologi hybrid 3 in 1 di pabrik teh ini berasal dari perkembangan teknologi di dunia otomotif saat ini, yaitu teknologi hybrid pada mobil.

Mobil hybrid adalah tipe kendaraan yang menggunakan dua jenis bahan bakar sebagai sumber tenaganya.

Prinsip kerja mesin HE adalah memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda dimana transfer panas dapat dilakukan secara tidak langsung (indirect) maupun langsung (direct).

Yang pertama ialah Sistem indirect pada HE berbahan bakar wood pellet dan kayu dan Sistem direct pada HE berbahan bakar CNG.

Berdasarkan hasil uji coba, secara teknis sudah berhasil mencapai sasaran mutu yaitu tercapainya suhu inlet/outlet dan kadar air (MC) teh kering. Sehingga CNG layak digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pengeringan teh.

"Teknologi Hybrid mesin Heat Exchanger (HE) merupakan inovasi pada proses pengeringan teh yang memungkinkan mesin HE dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar baik padat (wood pellet, cangkang sawit, briket, kayu bakar) maupun gas (CNG, LPG, LNG)," ucapnya.

Hal ini bertujuan diversifikasi bahan bakar, menghasilkan profitability dan efisiensi, serta aplikatif atau mudah diterapkan.

"Kami saat ini mengelola 7 kebun teh dan 22 pabrik pengolahan teh. Produksi teh yang dihasilkan PTPN VIII rata-rata 30 juta Kg per tahun atau 2,5 juta Kg per bulan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/20/223252478/perkebunan-teh-di-bandung-akali-langkanya-bahan-bakar-wood-pellet-imbas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke