Salin Artikel

Teka-teki Kasus Penusukan Bocah SD oleh Pria Tak Dikenal di Cimahi Masih Jadi Tanda Tanya

KOMPAS.com - Teka-teki kasus penusukan yang menewaskan bocah sekolah dasar (SD) di Kota Cimahi, Jawa Barat oleh seorang pria tak dikenal masih menyisakan tanda tanya.

Dalam kasus tersebut, polisi telah memeriksa empat orang saksi termasuk keluarga korban.

Selain itu, polisi juga memeriksa bukti rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian untuk mengungkap identitas pria misterius tersebut.

Polisi lakukan pendalaman

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, pihaknya masih berusaha mengumpulkan data sebanyak mungkin baik dari rekaman CCTV maupun keterangan saksi.

Hal itu dilakukan agar kasus tersebut menemukan titik terang.

"Semua data dan informasi itu bakal sangat berguna bagi penyidik, nanti semua akan dilakukan pendalaman, semoga itu bisa membantu untuk mempercepat pengungkapannya," kata dia, Sabtu.

Pihaknya tak membeberkan secara rinci hasil penyelidikan sementara agar tak menghambat proses penyelidikan.

"Jadi kasusnya itu masih lidik, kita belum mau ngasih statemen yang lebih karena sebenarnya nanti malah menghambat penyelidikan," jelas dia.

Ciri-ciri pelaku dari CCTV

Sebelumnya, pihak keluarga berupaya menelusuri ciri-ciri pelaku yang tega menghabisi nyawa PS (12).

Berdasarkan rekaman CCTV di sekitar lokasi, detik-detik peristiwa tragis itu terjadi di Jalan Mukodar Tengah I RT 04 RW 07 Kelurahan Cibereum.

Paman korban, Galih Pratama (30) mengatakan, pelaku tertangkap kamera saat datang menggunakan kendaraan sepeda motor matic merah.

Pelaku merupakan seorang pria dengan pakaian putih bercelana jeans dan memakai tas slempang.

Saat itu, pelaku memarkirkan kendaraannya di dekat persimpangan perumahan di Jalan Mukodar Tengah II RT 06 RW 07, Kelurahan Cibereum.

Sementara, korban yang baru pulang dari mengaji di Lembaga Pendidikan Agama Islam (LPAI) At-Taqwa sedang berjalan bersama temannya.

Kemudian, bocah perempuan itu berpisah dengan temannya di persimpangan.

Saat korban mulai berjalan menuju rumah, pelaku kemudian menyerang dari belakang dan menikam korban dengan senjata tajam.

"Seketika pelaku menusuk bagian punggung korban," kata dia.

Setelah menikam korban, pelaku kemudian berlari menuju kendaraan dan kabur ke arah Jalan Mukodar Tengah II.

Sedangkan, korban yang mendapat luka tusuk sempat berlari menuju rumahnya di Jalan Mukodar RT 04 RW 07 Kelurahan Cibeureum.

Namun, setibanya di Jalan Mukodar Selatan tepatnya di depan depot air mineral korban berhenti berlari.

Bocah kelas 6 SD itu sempat berteriak memanggil 'mama' untuk meminta tolong.

Setelah itu korban kehabisan darah dan tergeletak di Jalan Mukodar beberapa meter dari rumahnya.

Kemudian, warga yang melihat kondisi itu bergegas memberikan pertolongan dan membawanya ke Rumah Sakit Rajawali, Kota Bandung.

"Korban sempat berlari kurang lebih 150 sampai 200 meter dari lokasi penusukan sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir," ujar dia.

Berbekal rekaman kamera CCTV, keluarga telah mengetahui identitas sementara terkait wajah dan kendaraan pelaku.

"Pelaku mungkin masih usia muda. Itu dilihat dari rekaman kamera CCTV. Tapi memang tidak ada yang kenal. Pasti bukan orang sini," ucap dia.

Barang tak dicuri

Keluarga korban pun masih menyimpan tanda tanya soal motif pria tak dikenal itu tega menikam bocah perempuan berusia 12 tahun dari belakang.

"Saya juga bingung. Soalnya tidak ada barang yang diambil pelaku. Setelah melakukan penusukan pelaku langsung kabur," ucap dia.

Menurut dia, keluarganya juga tidak memiliki permasalahan pribadi dengan siapa pun.

Mereka hanya warga sipil biasa yang tinggal di komplek perumahan tersebut.

"Enggak ada. Enggak ada masalah sama siapapun," ungkap dia.

Saat ini, keluarga menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.

"Semoga polisi bisa cepat menangkap dan mencari tahu motif pelaku," tutur dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Bandung Barat dan Cimahi, Bagus Puji Panuntun | Editor Gloria Setyvani Putri, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/22/182757078/teka-teki-kasus-penusukan-bocah-sd-oleh-pria-tak-dikenal-di-cimahi-masih

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com