Salin Artikel

Ridwan Kamil Minta Maaf ke Warga Palembang, Jelaskan Konteks Kritik LRT

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan duduk perkara soal kritikannya terhadap proyek LRT Palembang yang tak optimal.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam kunjungannya ke Sillicon Valey Jababeka pada Jumat (21/10/2022).

Dalam unggahan Instagram pribadinya @ridwankamil, ia menyampaikan permohonan maaf kepada warga Palembang yang merasa tersinggung dengan pernyataannya.

"Permohonan Maaf Kepada Warga Palembang. Jika poin diskusi Studi Pembangunan di Jababeka terkait studi2 kasus transportasi dianggap kurang berkenan. Kutipan Media tidak menampilkan urutan keseluruhan diskusinya secara utuh sehingga disalahpahami," tulis Emil, sapaan akrabnya.

Dalam forum tersebut, kata Emil, para developer Bekasi-Karawang meminta pemerintah membangun mass rapid transit (MRT). Ia pun menyampaikan beberapa poin argumentasinya.

Salah satu yang ia sorot yakni harga pembangunan MRT yang cenderung mahal bagi pemerintah daerah.

"MRT itu mahal sekali, Rp 1 triliun per km. Tidak ada anggaran pemerintah daerah yang sanggup kecuali DKI mungkin," tulis dia.

Kemudian, kehadiran MRT baiknya berada di area dengan populasi besar agar cepat balik modal serta terkoneksi dengan feeder.

"Kedua populasi harus besar supaya penuh dan balik modal cepat. Harus terkoneksi dengan feeder dan jaringannya harus luas," ujarnya.

"Jika populasi sedikit, nanti ada tantangan seperti LRT Palembang yang kondisi ridership-nya penumpang hariannya belum maksimal (berdasarkan penglihatan saya saat kunjungan terakhir)," tambah Emil.

Ia menjelaskan, argumentasinya dalam diskusi tersebut bersifat akademis dengan membahas plus minus pembangunan Indonesia, bukan dalam konteks tanya jawab dengan media.

"Diskusi di Jababeka itu sifatnya akademis membahas plus minus pembangunan Indonesia dari zaman dulu sd (sampai dengan) sekarang. Bukan format tanya jawab dengan media," katanya.

Sebagai mantan dosen, ia pun menjelaskan argumentasinya berdasarkan studi kasus dalam diskusi itu. Salah satu contoh yang ia sebut yakni proyek LRT Palembang.

"Mungkin kebiasaan saya sebagai mantan dosen yg selalu berargumen dengan memberi contoh studi kasus. Suka lupa bahwa dalam berstatemen akademik, melekat jabatan saya sbg pemimpin daerah, sehingga ada kritikan 'urus aja atuh jabar, jangan sok komen pembangunan daerah lain'. Kritikan itu saya terima dengan lapang dada," papar Emil.

Ia pun menyampaikan permohonan maaf kepada warga Palembang yang merasa tersinggung dengan pernyataannya.

"Namun jika itu kurang berkenan dan keliru, sekali lagi saya haturkan permohonan maaf. Mungkin saya harus update dan jalan-jalan lagi ke Kota Palembang yang pembangunannya memang keren, pesat dan luarbiasa," jelas Emil.

Klarifikasi Emil ditutup dengan sebuah pantun.

“Indahnya kembang di motif baju. Menjual gaun ke pulau Sumatera. Kota Palembang memang maju. Warganya pun bahagia sejahtera. Sejaki lagi hapunten dan hatur nuhun," jelasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/10/24/115504878/ridwan-kamil-minta-maaf-ke-warga-palembang-jelaskan-konteks-kritik-lrt

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com